nusabali

Pesona Amlapura dari Penaban

  • www.nusabali.com-pesona-amlapura-dari-penaban

Pengunjung Museum Pustaka Lontar di Desa Pakraman Penaban, Karangasem, tak hanya pasiv, seperti di museum lain.

AMLAPURA, NusaBali

Para pengunjung juga  bisa menyaksikan langsung tata cara menulis di daun lontar, dan aktivitas lainnya. Bukan itu saja. Museum Pustaka Lontar juga didukung paket wisata trekking berkeliling Desa Pakraman Dukuh Penaban hingga di puncak bukit menikmti panorama alam sawah, lembah, dan terlihat Kota Amlapura.

Sepanjang jalur trekking juga bisa menikmati sejuknya Mata Air Sad Ripu, yang diyakini mampu menyembuhkan penyakit, paling tidak musuh-musuh dalam diri bisa reda, yang merupakan khasiat air tersebut. Sebab, sad ripu itu, merupakan enam musuh dalam diri, yang selalu menggoda dan mempengaruhi pikiran. Paling tidak setelah menikmati air sad ripu, maka enam musuh dalam diri, maka gejolak bathin dalam diri sendiri  bisa dinetralisir, yakni: kama (nafsu), lobha ( tamak), krodha (kemarahan), moha (kebingungan), mada (mabuk), dan matsarya (dengki).

Dukungan lainnya atas dibangunnya Museum Pustaka Lontar, setiap Purnama Kapitu ada pementasan tari sakral Kupu-Kupu Kuning yang mengisahkan Kerajaan Karangasem berperang di Lombok, serta tarian Canglongleng, mengisahkan wabah yang pernah terjadi di Desa Pakraman Dukuh Penaban.

"Jadi berdirinya Museum Pustaka Lontar banyak manfaatnya. Misalnya telah mempekerjakan tiga pemuda dan pemudi Desa Pakraman Dukuh Penaban, memberi pekerjaan bagi perajin lontar, lingkungan jadi bersih, tradisi terpelihara," jelas Jro Nengah Suarya dihubungi di kediamannya Banjar Penaban, Desa Pakraman Dukuh Penaban, Kelurahan/Kecamatan Karangasem, Sabtu (13/10).

Jro Suarya juga mengatakan, telah mendirikan klinik lontar, khusus untuk pengunjung yang berniat belajar menulis lontar tempatnya di Bale Sangkul Putih, yang khusus dibangun di lahan 3 are untuk pertemuan para pengunjung belajar menulis lontar.

Kata Jro Suarya, ibu-ibu rumah tangga juga diberdayakan sebagai pendukung aktivitas museum, dengan membuka kerajinan membuat sabun herbal. Kegiatan ini tetap berhubungan dengan lontar yakni membuat sabun petunjuknya dari lontar. Di samping itu pemberdayaan lainnya kaum ibu-ibu diwajibkan mengumpulkan sampah plastik disetor di Museum Pustaka Lontar setiap sebulan sekali. Iibu-ibu kemudian wajib membuka rekening di LPD Desa Pakraman Dukuh Penaban, hasil penjualan sampah plastik, langsung masuk rekening, dan uang bisa ditarik setiap enam bulan, jelang Galungan.

Sekretaris Desa Pakraman Dukuh Penaban I Nengah Sudana, merasa termotivasi atas antusias krama memberikan dukungan. Sebab, museum terbentuk dan berdiri berkat dukungan warga. Di awali bersih-bersih, gotong royong di lokasi museum, hingga gotong royong di alur sungai jalur tracking yang melintasi Mata Air Sad Ripu. "Krama Desa Pakraman Dukuh Penaban antusias, karena kami berdayakan semuanya. Misalnya kaum ibu-ibu kami berdayakan, mengumpulkan sampah plastik, sangat bermanfaat untuk kebersihan lingkungan dan bernilai ekonomi bagi mereka," kata I Nengah Sudana.

Di Museum yang dibangun kata I Nengah Sudana, terintegrasi, pengunjung bisa menyaksikan bahkan bila perlu ikut belajar tata cara menulis lontar, konservasi, merawat, membaca dan meresensi. *nan

Komentar