nusabali

Kadek Karya Dewi Sabet Perunggu dari Nomor ITT Para Cycling

  • www.nusabali.com-kadek-karya-dewi-sabet-perunggu-dari-nomor-itt-para-cycling

Ni Kadek Karya Dewi mengikuti jejak Ni Nengah Widiasih, atlet difabel yang sehari sebelumnya sukses persembahkan medali perak dari cabang angkat berat Asian Para Games 2018

Para Atlet Difabel Asal Bali Lanjutkan Trend Positif di Pesta Olahraga Asian Para Games III 2018


JAKARTA, NusaBali
Impian atlet para cycling asal Bali, Ni Kadek Karya Dewi, 39, untuk mempersembahkan hasil terbaik dalam Asian Para Games (APG) III di Jakarta, 6-13 Oktober 2018, akhirnya terwujud. Atlet difabel asal Banjar Ulun Kukul, Desa Besakih, Kecamatan Rendang, Karangasem ini berhasil sabet medali perunggu di nomor ITT (H2-4) dalam tarung di Sirkuit Sentul, Bogor, Jawa Barat, Senin (8/10).

Kadek Karya Dewi finish di urutan ketiga dengan catatan waktu 28:28.885. Karya Dewi diungguli Lee Doyeon dari Korea Selatan yang berhak atas medali emas dengan waktu 21:16.133 dan Wang Kea Hyun (juga asal Korea Selatan) yang sabet perak dengan waktu 26:07.656. Sedangkan atlet para cycling asal Bali lainnya, Ida Ayu Ketut Kenari, gagal meraih medali karena finish di urutan keempat dengan waktu 38:08.436.

Kadek Karya Dewi merupakan atlet difabel asal Bali kedua yang sumbang medali di ajang APG III 2018. Sehari sebelumnya, lifter difabel Ni Nengah Widiasih, 29, juga berhasil mempersembahkan medali perak bagi kontingen Indonesia dari cabang angkat berat. Nengah Widiasih diungguli lifter difabel asal China, Zhe Cui, yang sabet medali emas.

Sukses sabet perunggu cabang balap sepeda di APG III 2018 amat diyukuri Kadek  Karya Dewi. Apalagi, APG 2018 adalah keikutsertaan pertamanya di pesta olahraga bagi para atlet difabel tersebut. "Senanglah, akhirnya saya mendapatkan perunggu dalam keikutsertaan perdana di APG ini," ujar Karya Dewi saat dihubungi NusaBali per telepon dari Jakarta, Senin kemarin.

Menurut Karya Dewi, tidaklah mudah untuk raih medali perunggu di APG 2018, mengingat kemampuan para pesaingnya rata-rata kuat. Ketika sama-sama try out ke Italia, kemampuan para atlet Korea Selatan masih di atas Karya Dewi. Namun, dia tidak patah semangat saat berhadapan dengan para atlet Negeri Ginseng di APG 2018. Karya Dewi berusaha menempel ketat lawan-lawannya.

Hanya saja, Karya Dewi harus puas finish di peringkat tiga. Terlebih, hembusan angin di Sirkuit Sentul sangat kencang, hingga mempengaruhi kayuhannya. Kencangnya hembusan angin, praktis  memperlambat gowesannya.

"Posisi saya duduk, sedangkan lawan tiduran, sehingga hembusan angin tidak terlalu berpengaruh bagi atlet Korea. Hembusan angin justru berpengaruh kepada saya. Sebab, angin langsung menerpa tubuh saya," jelas atlet difabel kelahiran 31 Maret 1979 ini. “Syukurlah, saya masih bisa finih di urutan ketiga. Catatan waktu saya terpaut 7 menit dari peraih medali emas,” lanjut anak ke-10 dari 11 bersaudara keluarga pasangan Pande Gede Mawe dan Ni Luh Pande ini.

Keberhasilan Karya Dewi meraih perunggu di APG 2018 ini sudah diketahui oleh keluarga besarnya di Bali. Menurut Karya Dewi, mereka mendapat informasi dari saudara yang menyaksikan perjuangannya melalui televisi. Demikian pula sang suami, Lalu Idrus, sudah mengetahui keberhasilannya. Hanya saja, sang suami tidak bisa datang langsung menyaksikan kesuksesannya di Bogor, karena yang bersang-kutan harus mempersiapkan diri menghadapi tim China di cabang basket kursi roda APG 2018. Duel Indonesia vs China akan digelar Selasa (9/10) ini.

"Walau kami sama-sama bertarung di APG 2018, tapi kami tidak bisa datang langsung saling memberikan support. Kami memiliki tanggung jawab masing-masing untuk bertanding di APG 2018," jelas Karya Dewi.

Sementara itu, setelah sabet perunggu di nomor H2-4, Karya Dewi akan kembali bertarung di nomor road race. Karya Dewi akan turun lagi bersama Ida Ayu Kanari, atlet para cycling lainnya yang asal Desa/Kecamatan Rendang, Karangasem. Laga nomor rad race akan digelar di Sirkuit Sentul, Bogor, Rabu (9/10) besok.

Karya Dewi optomistis bisa meraih hasil terbaik di nomor road race ini. "Semoga saya mendapat hasil terbaik. Saya akan berusaha maksimal," ujar Karya Dewi. Menurut Karya Dewi, jarak tempuh nomor road raca cukup jauh, yakni 40 km. Untuk itu, perlu strategi bagus dalam menuntaskan pertandingan. "Strateginya, saya harus kuat dan punya daya tahan," ujar atlet difabel yang belum dikaruniai momongan dari pernikahannya dengan Lalu Idrus ini.

Kadek Karya Dewi sendiri dipanggil masuk Pelatnas APG 2018 berkat prestasinya dalam pesta ASEAN Para Games 2017 di Malaysia, ketika sukses sabet 2 medali emas. Keberhasilan Karya Dewi sabet dua emas di Malaysia terbilang mengejutkan. Sebab, dia sebetulnya baru menggeluti cabang balap sepeda.

Kisah bermula awal 2017 lalu, ketika teman bosnya mencari atlet para cycling ke Yayasan Bali Sport Foundation (BSF) di Denpasar. Maklum, BSF dikenal sebagai yayasan yang membina atlet-atlet difabel. Bosnya lantas merekomendasikan Karya Dewi sebagai atlet para cycling. Padahal, Karya Dewi sebelumnya menggeluti cabang olahraga rugby dan basket kursi roda.

Karya Dewi awalnya agak sulit pindah cabang olahraga. Terlebih, di para cycling harus hafal gir ketika jalan turunan dan tanjakan. "Kalau di rugby dan basket kursi roda kan hanya menerapkan strategi saja. Sementara di para cycling, saya harus hafal gir turun dan tanjakan bagaiman," kenang Karya Dewi.

Meski sulit, Karya Dewi tekun berlatih, hingga kemudian dipercaya tampil dalam ASEAN Para Games 2017 di Malaysia. Itulah kejuaraan pertama yang diikutinya sebagai atlet para cycling. Hebatnya, Karya Dewi langsung mempersembahkan dua medali emas dari nomor ITT dan road race dalam event perdananya. Berkat suksesnya itu, dia dipanggil masuk Pelatnas APG 2018. Bukan hanya Karya Dewi yang dipanggil masuk Pelatnas APG 2018, tapi juga suami tercintanya, Lalu Idrus.

Karya Dewi menjadi difabel karena serangan polio saat usia 7 tahun. Berbagai pengobatan telah ditempuh kedua orangtuanya, tapi tidak membuahkan hasil. Karya Dewi pun harus beraktivitas dengan cara merangkak. Rasa kecewa sempat menghinggapinya, karena Karya Dewi merasa berbeda dengan anak yang lain.

Namun, Karya Dewi cukup bersyukur karena teman-teman, keluarga, dan saudaranya tidak ada yang mengucilkannya. Mereka tetap menganggap Karya Dewi sama dengan yang lain. Karya Dewi mulai menggunakan kursi roda sejak 2009, ketika usianya menginjak 20 tahun. Kemudian, Karya Dewi bekerja di yayasan sosial yang menangani difabel tahun 2011. Dia ditempatkan di bagian admin.

Setelah bekerja di yayasan sosial tersebut selama 6 tahun, Karya Dewi putuskan pindah ke BSF pada 2017. Dari BSF inilah dia mengenal sejumlah cabang olahraga untuk kaum difabel, hingga kemudian mengantarkannya Karya Dewi membela Indonesia ke ASEAN Para Games 2017 dan Asian Para Games 2018. *k22

Komentar