nusabali

Kepompong Ulat Sutra Disulap Jadi Aksesoris

  • www.nusabali.com-kepompong-ulat-sutra-disulap-jadi-aksesoris

Kepompong ulat sutera lebih banyak diolah menjadi benang. Namun tidak di tangan Putu Suandewi.

DENPASAR, NusaBali
Sepuluh tahun silam, mantan karyawan sebuah hotel ini menemukan terobosan baru; kerajinan berbahan kepompong ulat sutera. “Saya bikin menjadi kerajinan berbagai aksesoris,” cerita Suandewi.  Bahan baku itu diakui diperoleh berkat kerjasama dengan Balai Persuteraan Indonesia. “Kepompong ulat sutera itu ada dua; yang dibudidaya dan tidak dibudidaya. Saya menggunakan bahan yang sudah terbuang, jadi bukan yang untuk digunakan menjadi benang,” tutur  perajin yang juga memiliki usaha kebaya bordiran di kawasan Jalan Pulau Misol Denpasar ini.

Aksesoris yang dihasilkan dari kepompong ulat sutera ini berupa kuntum bunga dan rangkaian bunga. Harga yang dibandrol cukup terjangkau, mulai dari Rp 10.000 hingga Rp 50.000. Namun kuntum bunga dengan hiasan perak dipatok Rp 150.000.  Sementara produk kerajinan lain yang dihasilkan adalah tas dan kipas di kisaran harga Rp 300.000.

“Saya memang hobi bikin kerajinan,” ujar perajin binaan Jasa Raharja ini.  Saat ini Suandewi mengaku memperkerjakan tiga orang.  Proses pengerjaaan satu kuntum bunga dengan diameter 7 cm, membutuhkan waktu sekitar 30 menit. Dan dalam sehari, satu pekerja bisa menghasilkan 10-25 pcs kuntum bunga.

Soal penjualan, diakui Suandewi lebih banyak memenuhi pasar lokal. Selain itu penjualan juga dilakukan secara online dengan pembeli dari Jakarta dan sejumlah kota lain di Jawa. “Pesaing sebenarnya relatif tidak ada, karena perajin biasanya membuat benang suteranya. Sedangkan aksesoris seperti ini lebih banyak menggunakan kulit jagung ataupun lontar,” ujar anggota Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia (IWAPI) Denpasar ini.

Uniknya,’ penemuan’ Suandewi ini berawal dari permintaan wisatawan asal Prancis. Pada 2008 saat masih bekerja di sebuah hotel, kata Suandewi, ada tamu asal Prancis yang meminta dibikinkan kerajinan untuk pasar Jepang. “Eh ternyata setelah saya bikin kerajinan dari kepompong ulat sutera, turis Prancis-nya nggak datang sampai sekarang,” kenang  Suandewi.

Show must go on.Karya kepompong itu dilanjutkan Suandewi. Hanya saja, kerajinan temuan tersebut sempat mandeg dalam kurun beberapa tahun kendati sejumlah pameran di ibukota pernah diikutinya. “Sekarang saya bangkitkan kembali,” kata perajin berusia 43 tahun ini dengan penuh semangat.

Rencana ke depan, perajin yang juga dibina Disperindag dan Diskop UKM Provinsi Bali ini berniat melibatkan generasi milenial untuk inspirasi karya-karyanya. “Ide kreatif biasanya justru banyak dari generasi muda. Jadi milenial memang harus dilibatkan,” tegas Suandewi. *mao

Komentar