nusabali

Atlet Gateball dari Bali Masih Tertimbun

  • www.nusabali.com-atlet-gateball-dari-bali-masih-tertimbun

Keluarga di Tabanan Berharap Korban Ditemukan Hidup

TABANAN, NusaBali

Satu lagi krama Bali yang ikut jadi korban gempa 7,4 SR disertai tsunami di Palu dan Donggala, Sulawesi Tengah, Jumat (28/9) sore. Dia adalah I Dewa Yoga Nata Kusuma, 38, krama Banjar Tegal Ambengan, Desa Sudimara, Kecamatan Tabanan, yang tertimbun reruntuhan Hotel Roa Roa di Palu. Kendati pasrah, pihak keluarganya di Desa Sudimara berharap korban Dewa Yoga Nata Kusuma ditemukan dalam kondisi selamat.

Korban Dewa Yoga Nata Kusuma kesehariannya adalah staf di Balai Pelaksana Jalan Nasional (BPJN) Wilayah II Denpasar. Korban yang notabene atlet gateball berada di Hotel Roa Roa Palu dalam rangka mengikuti Kejuaraan Gateball serangkian HUT Kota Palu. Dia berangkat mewakili BPJN Denpasar bersama dua rekannya.

Dewa Yoga Nata Kusuma merupakan anak sulung dari tiga bersaudara keluarga pasangan Dewa Nyoman Sukadana (almarhum) dan Dewa Ayu Yayu Ratna. Dari pernikahannya dengan I Gusti Ayu Gede Dina Karamani, 30, koban dewa Yoga dikaruniai tiga anak yang masih kecil-kecil: Dewa Ayu Nindya Natania, 9 (siswi Kelas IV SD), Dewa Gede Danendra Nata, 6 (sekolah TK), dan Dewa Nagus Nusakti Adi Nata, 1,5.

Hingga Selasa (2/10), belum diketahui pasti apakah korban Dewa Yoga masih hidup atau sudah meninggal. Korban yang tertimbun reruntuhan bangunan Hotel Roa Roa Palu, tempatnya menginap, belum berhasil dievakuasi.

Saat ditemui NusaBali dirumah di Banjar Tegal Ambengan, Desa Sudimara, Selasa kemarin, ibunda korban, Dewa Ayu Yayu Ratna Dewi, masih shock dan sempat menangis teringat nasib putra sulungnya yang belum ditemukan. "Nunas tulung doakan anak tiyang pang selamet (Minta tolong doakan anak saya supaya selamat, Red)," ujar Ratna Dewi sambil menangis.

Sedangkan adik kandung korban, Dewa Bagus Dwipa Nata Kusuma, 36, mengatakan kakaknya berangkat ke Palu, Jumat, 28 September 2018 dinihari pukul 03.00 Wita. Kakaknya itu berangkat dari Banjar Mekayu, Desa Lalanglinggah, Kecamatan Selemadeg Tabanan, tempat istrinya bekerja sebagai Bidan PTT di Pusskesmas Pembantu Selemadeg Barat karena tinggal di mess.

Korban Dewa Yoga terbang dari Bandara Internasional Ngurah Rai Tuban, Kecamatan Kuta, Badung dan dijadwalkan tiba di Palu, Jumat siang pukul 13.00 Wita, setelah mendarat di Bandara Internasional Hasanuddin Makassar (Sulawesi Selatan). "Dari Makassar, kakak sempat nelepon saya. Kebetulan, mertua saya tinggal di Makasar. Dia menanyakan apakah nitip sesuatu, saya bilang tidak ada nitip apa," ke-nang Dewa Dwipa.

Jumat petang, situasi mendadak berubah panik ketika Dewa Dwipa melihat berita di televisi bahwa terjadi gempa besar berkekuatan 7,4 SR dibarengi tsunami di Palu dan Donggala. Dewa Dwipa pun langsung menelepon kakak, korban Dewa Yoga. Sayangnya, telepon korban tidak bisa dihubungi. "Ditelepon berkali-kali tidak bisa, kemudian saya telepon temanya yang ada di Denpasar," tutur Dewa Dwipa.

Informasi yang didapat dari rekannya itu, korban Dewa Yoga tidak jelas. Sebab, sambungan telepon ke Palu pasca gempa terputus mati total. Sempat ada informasi kalau korban Dewa Yoga masih hidup, karena terdengar teriakan minta tolong dari pipa paralon reruntuhan Hotel Roa Roa Palu. "Dari informasi yang didapat, kakak saya menginap di Lantai VII Hotel Roa Roa," papar Dewa Dwipa.

Informasi lainnya yang didapat Dewa Dwipa dari Denpasar, kakaknya terjebak di dalam Hotel Roa Roa Palu yang ambruk, karena sedang istirahat sore itu. Padahal, dua rekannya yang berangkat bareng, sempat menawari korban Dewa Yoga keluar hotel untuk makan. Namun, korban memilih istirahat dalam kamar dan berjanji akan menyusul dua rekannya. Tak lama berselang, Hotel Roa Roa yang berlantai 8 ambruk diguncang gempa.

Hingga saat ini, korban Dewa Yoga belum ditemukan. Pihak kelarga pasrah, namun berharap korban bisa ditemukan dalam kondiai masih hidup. Istri korban, IGA Dina Karamani, sempat memutuskan untuk berangkat ke Palu bersama dengan adik istri Dewa Dwipa dan dua staf BPJN Denpasar. Hanya saja, mereka belum bisa berangkat karena pesawat belum bisa terbang ke Palu. Menurut Dewa Dwipa, istrinya dan istri kakaknya itu masih tinggal di rumah mertuanya di Makassar. “Saat ini, mereka masih di Makassar,” jelas Dewa Dwipa.

Menurut Dewa Dwipa, kakak sulungnya yang jadi korban bencana di Palu adalah sosok pendiam, Sebelum bekerja sebagai staf BPJN Denpasar, Dewa Yoga sempat jadi guru Bahasa Inggris di SMK Surya Wisata. Korban yang kelahiran 16 Mei 1980 adalah lulusan Fakultas Sastra Unud.

Sementara itu, anak sulung korban Dewa Yoga, yakni Dewa Ayu Nindya Natania, mengaku tidak tahu saat ayahnya berangkat ke Palu. Sebab, ayahnya berangkat daei mess ibunya di Desa Lalanglinggah dinihari sekitar pukul 03.00 Wita. “Aji (ayah) hanya sempat pamitan kepada ibu. Ketika sampai di hotel tempatnya menginap, aji sempat chat ibu seraya mengatakan sudah sampai di Palu," cerita bocah berusia 9 tahun ini di rumahnya di Desa Sudimara, Selasa kemarin.

Paparan senada disampaikan mertua korban Dewa Yoga, I Gusti Putu Weda. Menurut IGP Weda, pihaknya pasrah terkait kondisi sang menantu. Apalagi, melihat putrinya, IGA Dina Karamani (istri dari korban Dewa Yiga), menangis tiada henti. "Yen dadi bayah ban yeh mata, sube telah (Kalau bisa dibayar dengan air mata, sudah habis, Red)," sergah IGP Weda. Dia berharap menantunya selamat. Apalagi, tiga anak korban masih kecil-kecil. *de

Komentar