nusabali

Ketut Simpen Selamatkan Ribuan Kelahiran Baru

  • www.nusabali.com-ketut-simpen-selamatkan-ribuan-kelahiran-baru

Pementasan Teater ‘11 Ibu, 11 Panggung, 11 Kisah’

SINGARAJA, NusaBali
Satu per satu tangisan bayi menyeruak di bilik kamar persalinan praktik bidan Ketut Simpen. Sejak mengabdi 41 tahun sebagai bidan,  tangannya telah menyelamatkan ribuan kelahiran baru. Menolong kelahiran setiap kehidupan baru merupakan perjuangan besar Simpen. Dalam puluhan ribu kelahiran baru di tangannya ia juga belajar menyelamatkan kelahirannya sendiri.

Di tengah perjuangannya, tiba-tiba suara musik merintih dan suasana haru biru menyeruak. Simpen tak kuasa menghadapi cobaan hidup, menerima kekerasan dari cinta lamanya. Di tengah perjuangannya menjadi wanita kuat ia pun memutuskan pergi dan melahirkan kehidupan baru bagi dirinya sendiri. “Aku merobek-robek bajuku sendiri. Aku tak kuat. Aku ingin membunuh diriku sendiri. Ibu, aku berdosa padamu ibu,” pekik mantan Wakil Dirut RSUD Buleleng saat memainkan perannya Minggu (30/9) malam.

Ketut Simpen yang kini berusia 64 tahun sebagai bidan senior di Buleleng tampil prima dalam teater monolog project ‘11 Ibu 11 Panggung 11 Kisah’ yang disutradarai oleh Kadek Sonia Piscayanti. Meski tampil perdana dalam teater, ia mampu menyempurnakan suara simbol perempuan dari segala profesi. Dalam pementasannya yang sangat memukau ia membawakan naskah berjudul ‘Ribuan Kelahiran Baru di Tanganku’ yang diadopsi dari cerita hidupnya sendiri.

Penampilan primanya Minggu malam mendapat apresiasi dan tepuk tangan meriah dari penonton yang hadir di rumah Simpen sebagai tempat pementasan. Bahkan sejumlah penonton yang memberikan kesan pesan ikut terharu dan merasakan penderitaan dan cobaan berat yang dibawakan Simpen. Emosi dan pengaturan ritme penjiwaan pementasannya pun menyihir penonton tak berkedip dan masuk kedalam kisahnya.

Sementara itu Sutradara pementasan, Kadek Sonia Piscayanti mengatakan project 11 Ibu 11 Panggung 11 Kisah merupakan tonggak bagi dirinya mengembangkan teater dokumenter. Bagi Sonia, menulis naskah teater dokumenter adalah tantangan tersendiri. Ia merasa harus menjadi 11 ibu untuk memaknai nilai di balik kisah.

Tantangan utamanya adalah membuat jarak antara subjektivitas sebagai perempuan dan objektivitas sebagai penulis. Tantangan ini kemudian disikapi Sonia sebagai proses yang harus dilalui. “Kuncinya adalah kepercayaan sebagai tim dan komitmen belajar mendengarkan. Para ibu adalah pejuang hebat. Mereka sudah menjadi aktor di hidupnya sendiri. Saya percaya sekecil apapun kisah bisa dibagi dan nilainya bisa dipelajari,” ucap Sonia.*k23

Komentar