nusabali

Empat Atlet Basket Kursi Roda Targetkan Dua Kemenangan di APG

  • www.nusabali.com-empat-atlet-basket-kursi-roda-targetkan-dua-kemenangan-di-apg

Nyoman Sumerta jadi difabel akibat terserang polio saat usia 1,5 tahun, sementara Lalu Idrus patah kaki kiri karena kecelakaan lalulintas, demikian pula Nesa Jatiana terpaksa amputasi kaki kanan lantaran lakalantas. Sebaliknya, I Gusti Putu Putra Adnyana difabel akibat cedera punggung saat pertandingan sepakbola antar SMA

Sejumlah Atlet Difabel Asal Bali Dipercaya Tampil di Asian Para Games 2018, Ini Sebagian dari Mereka

JAKARTA, NusaBali
Ada 4 atlet difabel asal Bali yang dipercaya membela Indonesia di cabang basket dalam pesta olahraga Asian Para Games (APG) IV di Jakarta, 6-13 Oktober 2018 nanti. Mereka semuanya turun di nomor basket kursi roda (wheel chair basketball), yakni Nyoman Sumerta, 38, Gusti Putu Putra Adnyana, 31, Lalu Idrus, 31, dan Nesa Jatiana, 34. Kwartet atlet basket kursi roda ini berharap bisa memetik minimal dua kemenangan dalam APG IV 2018 nanti.

Kwartet Nyoman Sumerta, IGP Putra Adnyana, Lalu Idrus, dan Nesa Jatiana menjalani Pelatnas APG di Solo, Jawa Tengah, sejak Januari 2018 lalu. Mereka terjun ke ajang pesta olahraga difabel se-Asia ini dengan modal medali perak saat Test Event APG IV 2018. Mereka hanya berani menargetkan dua kemenangan, karena tergabung do grup neraka dalam APG IV 2018 mendatang.

Menurut Nyoman Sumerta, ada 10 negara yang ikut pertandingan basket kursi roda dalam APG IV 2018. Indonesia sendiri tergabung di Grup A bersama empat tim kuat lainnya, yakni China, Thailand, Irak, dan Iran. “Pool A ini merupakan Grup Neraka, karena berisikan negara-negara kuat di basket kursi roda. Jadi, kami tidak pasang target muluk-muluk. Kami berharap raih dua kemenangan,” ujar Sumerta saat ditemui NusaBali di lokasi Pelatnas di Solo, beberapa hari lalu.

Disebutkan, Iran merupakan negara yang sering menjuarai Olimpiade Paralympic. Demikian pula China, adalah raksasa Asia yang sering menjuarai Olimpiade Paralympic. Sedangkan Thailand sudah 8 kali sandang predikat sebagai juara di tingkat ASEAN. Sementara Irak selama ini sering mengikuti berbagai kejuaraan.

Sebaliknya, tim basket kursi roda Indonesia baru terbentuk tahun 2018 ini, untuk menghadapi APG IV di Jakarta. Mereka dipanggil masuk Pelatnas sejak Januari 2018 lalu. Atlet yang dipanggil memperkuat tim basket kursi roda ini berasal dari beberapa cabang olahraga, seperti angkat berat dan bulutangkis. Lalu Idrus sendiri berasal dari cabang angkat berat, yang pernah meraih medali perak dalam Kejurnas 2015 lalu.

Awalnya, ada 25 atlet yang dipanggil mengikuti seleksi basket kursi roda. Jumlah ini kemudian diperah menjadi 12 orang sebagai tim nasional APG IV 2018. Dari jumlah itu, 4 orang di antaranya asal Bali. Dari 4 atlet asal Bali ini, 3 orang berlatar belakang atlet basket kursi roda. Mereka menggeluti basket kursi roda sejak 2014, masing-masing Nyoman Sumerta, IGP Putra Adnyana, dan Nesa Jatiana. Sedangkan satu lagi berlatar belakang sebagai atlet angkat berat, yakni Lalu Idrus.

Keempat atlet asal Bali ini tergabung di tim basket Yayasan Bali Sport Foundation (BSF). Mereka pernah diundang mengikuti eksbisi di Singapura. Kala itu, mereka membawa nama BSF bertanding dengan tim dari Malaysia dan Singapura. Namun, mereka gagal meraih kemenangan. Kini, mereka malah lolos tim nasional APG IV 2018. Sebelum terjun ke PAG IV 2018, Sumerta cs sempat sekali menjalani try out, yakni Test Event APG 2018. Dalam try out itu, mereka kalah dari Thailand.

Menurut Sumerta, mereka menggeluti basket kursi roda lantaran pihak Yayasan BSF tempatnya bernaung mengenalkan basket kepada anak-anak difabel pada 2014 lalu. Sumerta sendiri mengaku difabel karena kena virus polio saat usianya baru 1,5 tahun. Dia kemudian diauh di Yayasan BSF. "Orangtua saya sudah berusaha mengobati dengan cara membawa saya ke manteri untuk disuntik. Namun, upaya itu tidak berhasil, sehingga kaki saya tidak normal,” tutur atlet difabel kelahiran 6 April 1979 asal Banjar Puseh, Desa Angantaka, Kecamatan Abiansemal, Badung ini.

Sedangkan Lalu Idrus mengalami difabel sejak 2008, akibat kecelakaan lalulintas. "Saya patah kaki kiri saya patah," ujar atlet difabel kelahiran Lombok Timur, NTB, 19 November 1987 ini. Hal yang sama juga dialami Nesa Jatiana, yang difabel akibat kecelakaan lalulintas dalam perjalanan ke sekolah tahun 2001. "Kaki kanan saya diamputasi," kata Nesa Jatiana, atlet difabel kelahiran 23 Januari 1984 asal Banjar Jumpayah, Desa/Kecamatan Mengwi, Badung.

Beda lagi dengan IGP Putra Adnyana. Dia difabel lantaran mengalami cedera punggung saat pertandingan sepakbola antar SMA tahun 2010. Putra Adnyana pun tidak bisa bergerak bebas. sehingga harus menggunakan kursi roda. "Saya awalnya normal. Tapi, karena cedera punggung saat pertandingan sepakbola, akhirnya menjadi seperti ini," keluh atlet difabel kelahiran 20 November 1987 asal Banjar Kelod Pekan, Desa Keramas, Kecamatan Blahbatuh, Gianyar ini. *k22

Komentar