nusabali

Satpol PP – ODGJ, Kejar-kejaran

  • www.nusabali.com-satpol-pp-odgj-kejar-kejaran

Amankan Warga ODGJ di Desa Pejeng Kangin

GIANYAR, NusaBali

Kasus Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) meresahkan warga kembali terjadi di Gianyar. Kali ini, Gusti Ngurah Putu Karbawa, warga Banjar Pengembungan, Desa Pejeng Kangin, Kecamatan Tampaksiring, diamankan petugas Satpol PP Gianyar, Rabu (12/9). Penangkapan Karbawa cukup dramatis karena petugas Satpol PP harus kejar-kejaran.

Menurut petugas Satpol PP Gianyar, Wayan Nasta, yang merupakan spesialis penjinak ODGJ, Karbawa ini kerap membuat resah warga setempat. “Dia menganggu meresahkan, banyak kelakuannya meresahkan,” ujar Nasta. Terkadang dia merusak barang yang ditemui. Kadang juga menakuti warga setempat.

Bahkan, penampilan Karbawa ini cukup aneh. Rambutnya dicukur pendek, dan tidak mengenakan baju. Sehingga beberapa tattoo di badannya kelihatan. Warga pun khawatir ketika bertemu dengan Karbawa. “Maka dia dilaporkan oleh kelian banjar. Dari Satpol PP turun untuk mengamankan,” jelasnya.

Saat dicari Satpol PP, Karbawa yang diketahui mengidap gangguan jiwa sejak SMA itu berada di pinggir jalan. “Ketika kami cari, dia sempat lari. Akhirnya kami kejar dia,” jelasnya. Aksi kejar-kejaran pun berlangsung. Petugas Satpol PP akhirnya berhasil menangkap Karbawa di depan Balai Banjar Pengambungan. Saat coba diamankan, dia berusaha kabur lagi. “Akhirnya kami ajak bicara. Dan dia mau dibawa ke RS Jiwa di Bangli,” jelasnya.

Sebagaimana diketahui, Karbawa, 35, yang masih bujang ini hanya tinggal bersama ayahnya yang sakit-sakitan, Gusti Ngurah Ketut Wijaya,55. Sang ayah harus berjuang sendirian merawat anak pertamanya ini. Istrinya, Gusti Nyoman Rusmini telah meninggal karena sakit sesak nafas, sekitar 10 tahun lalu. Anak dan ayah ini menjalani hari-harinya tanpa air bersih dan listrik.

Sejatinya, mereka pernah menikmati aliran listrik PLN. Namun akibat dari keterbatasan ekonomi, Gusti Ketut Wijaya beberapa kali nunggak pembayaran. Sehingga sekitar lima tahun terakhir, meteran listriknya dicabut.

Sepeninggal sang istri, Gusti Ngurah Ketut Wijaya merangkap tugas rumah tangga untuk urusan dapur. Setiap hari, ia harus masak nasi untuk dirinya beserta Karbawa. Gusti Ngurah Ketut Wijaya memasak memakai kayu bakar. Namun sering kali ia tak masak akibat tak memiliki beras. Keduanya kemudian hidup dengan belas kasihan para tetangga dan warga sekitar. Depresinya Karbawa dipicu karena faktor pendidikan. "Semasih anak-anak, Turah sudah merasa minder karena ekonomi pas-pasan. Padahal guru-gurunya sering jemput ke rumah, supaya dia mau sekolah. Tapi tidak digubris, sehingga akhirnya putus sekolah saat SD," ujarnya. Diperparah dengan kepergian sang ibu tercinta, Karbawa menjadi semakin tak terkendali. Bahkan satu waktu, ia sempat membawa pisau dan membacok kepala warga, kena kuping sebelah kiri.*invi

Komentar