nusabali

Cak Tutur Katuturang SMAN 1 Gianyar

  • www.nusabali.com-cak-tutur-katuturang-sman-1-gianyar

Pesankan Jangan Abaikan Nasehat dan Saling Membantu

DENPASAR, NusaBali

SMAN 1 Gianyar menampilkan garapan cak memukau di ajang Bali Mandara Nawanatya III, di Panggung Terbuka Ardha Candra, Taman Budaya-Art Center, Denpasar, Sabtu (8/9) malam lalu. Membawakan lakon bertajuk ‘Tutur Katuturang’ (sebelumnya ditulis membawakan lakon bertajuk ‘Werah Weruh’), penampilan 230 orang pelajar itu patut diacungi jempol karena membawakan kisah Tantri penuh makna.

Penggarap Cak Modern SMAN 1 Gianyar, Tude Pramana, mengatakan, lakon ‘Tutur Katuturang’ merupakan kisah Tantri yang menceritakan empas yang diterbangkan oleh angsa. Diceritakan dalam telaga Kumudawati, ada dua ekor angsa bernama Cakrengga dan Cakrenggi dan satu empas bernama Durbudhi. Pada suatu hari telaga itu mengalami kekeringan, sehingga angsa berniat untuk pindah ke telaga Taman Narmada.

Empas pun rupanya ingin ikut. Angsa pun menyetujui permintaan empas untuk ikut terbang. Agar bisa terbang, angsa menggunakan siasat dengan ranting pohon. Namun, angsa memberikan nasehat, bahwa apapun yang dilihat dan didengar dalam perjalanan, empas harus diam, tak boleh berbicara.

Rupanya, dalam perjalanan, empas tidak menurut apa kata si angsa. Setelah terbang jauh, pada suatu tempat ada anjing yang sedang mencari makan. Lalu dilihatlah dua angsa menerbangkan benda yang aneh. Anjing mengejek benda tersebut dan membuat empas amat marah. Mulutnya terbuka, lalu jatuh ketanah. Akhirnya dimakan oleh sang anjing.

“Pesannya jangan seperti empas. Karena emosionalnya belum bisa dikontrol oleh si empas, karena ejekan dari anjing dari darat, kemudian empas emosi dan terjatuh ke tanah dan dimakan. Pesan lainnya yang menonjol di sini adalah toleransi dan menolong antara sesama jika melihat teman kesusahan,” ujar Tude.

SMAN 1 Gianyar adalah satu dari sekian jumlah sekolah yang rutin ikut parade cak modern Bali Mandara Nawanatya. Jika tahun lalu melibatkan 150 orang, maka tahun ini garapan cak bertajuk ‘Tutur Katuturang’ melibatkan lebih banyak, yakni sebanyak 230 orang. “Di sini kami mengangkat cak agar cak bercerita. Ada tokoh pekak (kakek, red) dan anak-anak, yang berfungsi sebagai penutur yang menjelaskan jalan cerita angsa dan empas ini. Sedangkan ilustrasinya langsung dari cak langsung berilustrasi tentang cerita ini,” jelasnya.

Ditambahkan, dalam garapan ini kental nuansa cak, dengan tidak menggunakan instrument. Mereka menggunakan pakem yang sudah ada yakni pakem cak dari Gianyar. Tude mengaku sedikit tidaknya mengambil pakem-pakem cak yang ada di Bona, Gianyar. Sementara nada yang digunakan adalah slendro. Sedangkan pakem cak yang asli menggunakan nada pelog. “Kalau pakem cak yang asli, menggunakan api di tengah-tengahnya. Karena cak modern, jadinya kami garap sedemikian rupa, sehingga kami tidak lepas dari pakem, tetapi garapan kami menggunakan judul dari kisah Tantri, serta pola koreografi dan tariannya kami anggap sudah modern,” imbuhnya. *ind

Komentar