nusabali

Minikino Hadirkan Sensasi Membuat Film Pendek selama 34 Jam

  • www.nusabali.com-minikino-hadirkan-sensasi-membuat-film-pendek-selama-34-jam

Dari proses penulisan scenario, latihan, shooting, editing, hingga pengumpulan film pada pihak panitia, seluruhnya dilakukan dalam waktu maksimal 34 jam nonstop.

DENPASAR, NusaBali
Minikino merupakan sebuah organisasi yang mewadahi festival dan pecinta film pendek yang telah memiliki jaringan kerja internasional. Ibarat sebuah wadah, Minikino tidak memproduksi film, melainkan menyediakan ruang bagi para penggiat film pendek untuk berekspresi, berkompetisi, dan menampilkan hasil karyanya pada khalayak.

Sejak 2002, Minikino telah membentangkan sayap melalui berbagai program yang dimilikinya, di antaranya, festival film pendek yang meliputi; Monthly Screening & Discussion (sepanjang tahun, sejak 2002), Open December (tahunan, sejak 2003), dan Minikino Film Week ‘Bali International Short Film Festival’ (tahunan, sejak 2015).

Ada pula 2 gerakan tahunan berjejaring kerja, yang masing-masing bernama, Indonesia Raja (Nasional, sejak 2015) dan S-Express (Regional Asia Tenggara, sejak 2003). Serta, sebuah kompetisi film pendek tahunan bernama, Begadang Filmmaking Competition (sejak 2017).

Kali ini, NusaBali akan membahas lebih detail tentang Begadang Filmmaking Competition dari Minikino yang telah menginjak tahun keduanya tersebut. Kompetisi ini sebenarnya telah dilaksanakan pada 1 dan 2 September 2018 lalu, sedangkan, pengumuman 4 nominasi akan diumumkan pada (10/09/2018) nanti. Hanya akan ada satu juara yang akan dianugerahkan pada Internasional Minikino Film Week 4 yang akan diselenggarakan pada (04/10/2018) di Danes Art Veranda, Denpasar. Kompetisi berskala nasional ini pun telah diikuti oleh 17 kelompok film pendek yang berasal dari 8 provinsi di Indonesia dan hanya 10 yang berhasil menyelesaikannya dalam waktu 34 jam. 

Begadang Filmmaking Competition kian unik dengan berbagai peraturan yang dimilikinya, yaitu, film harus dibuat dalam 34 jam nonstop dengan durasi film maksimal 5 menit. Tidak berhenti sampai di sana, peserta juga dibuat was-was dengan ketentuan berikutnya, yaitu, tambahan elemen audio visual yang baru diumumkan ketika kompetisi dinyatakan dimulai. Sehingga, peserta tidak bisa memulai membuat film sebelum waktu yang telah ditetapkan, kecuali hanya mereka-reka strategi yang akan dilakukan bersama tim. Tahun ini, petunjuk audio visual yang diberi adalah, film harus tanpa dialog kata-kata, harus ada unsur air mata yang terlihat jelas, harus ada adegan berlari, dan harus menyertakan elemen suara tertawa.

Adalah Made Birus, selaku Koordinator Begadang Filmmaking Competition, yang akhirnya menjawab rahasia dibalik 4 elemen yang disuguhkan tersebut.

“Ide 4 kata kunci itu baru kita temukan 3 hari sebelumnya. Ide pertama kita pingin sekali karena film itu kan kekuatannya adalah audio visual yang dalam artian, bagaimana visualnya bisa bercerita, kemudian bagaimana audio, audio ini lebih kepada membangun suasananya, bukan dialognya. Dan sering sekali untuk memudahkan karena tahun lalu itu nyaris semuanya kata-kata, jadi kata-katanya tidak ada yang diistirahatkan. Saya pernah mendengar sebuah ungkapan dari workhop penulisan yang berbunyi, ‘ketika itu sudah dikatakan dalam gambar, tidak ada lagi kata-kata yang lebih sempurna daripada gambar itu’, itu kalimat dari mentor saya yang sangat saya ingat dalam film,” ungkap Made.

Made juga memaparkan, bahwa 34 jam adalah waktu yang pas untuk membuat sebuah film yang berdurasi maksimal 5 menit, bahkan dirinya dan tim pernah mempraktekkannya sendiri, membuat film dalam 30 jam dan hasilnya, mereka mampu menyelesaikan 3 film dengan 3 tim. Made pun yakin bahwa peserta bisa melakukannya juga.

“Akhirnya kita yakin ini bisa. Ini sangat mungkin untuk dibuat, apakah filmnya jadi bagus, dan kami pun terkejut ketika festival pertama, kami dapat animasi yang bagus sekali dan tahun ini juga luar biasa. Artinya, hasil yang dicapai dari teman-teman itu luar biasa,” komentar Made saat membawakan presentasi Minikino dalam acara Festival Tepi Sawah di Omah Apik Pejeng, Gianyar.

Pada kesempatan tersebut, Made pun membeberkan sedikit perihal Begadang Filmmaking Competition, yang mana, tujuan daripada kompetisi ini adalah untuk memberi peserta sebuah pengalaman bahwa ada proses yang harus dihadapi dalam sebuah produsi film yang secara nyata memang demikian. Artinya, ketika memproduksi sebuah film, mereka harus yakin bahwa tim dan peralatannya siap. Seberapa pun yang ada, mereka harus yakin film itu harus selesai. Yang terakhir, mereka harus benar-benar berani menghadapi segala tantangan yang ada dalam proses itu.

Terakhir, Made memberi secerca petunjuk bahwa arah daripada film-film yang tercipta dari Begadang Filmmaking Competition ini akan bermuara pada kesempatan untuk dipilih dan diputar dalam program-program yang dimiliki Minikino dan secara langsung berkesempatan untuk menjadi nominasi untuk dipilih BEKRAF (Badan Ekonomi Kreatif) Indonesia dalam program-program yang telah dicanangkan untuk menampilkan film-film pendek buatan Indonesia. Tetntunya, hak cipta film masih dimiliki oleh tim yang memproduksi film-film tersebut.*ph

Komentar