nusabali

Peternak Ayam Kesulitan Bibit

  • www.nusabali.com-peternak-ayam-kesulitan-bibit

Sejak Mei pemesanan bibit ayam 4.000 ekor belum juga dilayani. Kelangsungan produksi telur pun jadi terhambat dan mata rantainya terputus,  jika induk ayam petelur diapkir.

Produksi Telur Terancam Tersendat

SEMARAPURA, NusaBali
Sejak tiga bulan terakhir ini, lebih dari seratus peternak ayam petelur di Kabupaten Karangasem kesulitan memperoleh pasokan bibit ayam petelur atau DOC (day old chick).  Akibatnya, produksi telur terancam tidak berkesinambungan. Selain langka, juga harga bibit ayam juga kini kian mahal. Harga normal Rp 5.000/ekor, kali ini mencapai Rp 9.000/ekor.

Realitas tersebut di atas diungkapkan sejumlah peternak ayam petelur di beberapa lokasi di wilayah Karangasem pada Selasa (28/8). Diantaranya I Nengah Rusnawan, salah satu peternak ayam petelur di Banjar Kanginan, Desa Pesedahan, Kecamatan Manggis.

Menurut Rusnawan, sejak Mei pesan bibit ayam 4.000 ekor belum juga datang. Sehingga kelangsungan produksi telur menjjadi terhambat dan putus mata rantainya jika induk ayam yang bertelur diapkir. "Biasanya saya dapat bibit tiap dua bulan, sebanyak 4.000 ekor, kali ini sejak Mei belum dapat bibit. Kami khawatir, nantinya tidak ada lagi ayam yang memproduksi telur," kata I Nengah Rusnawan.

Selama ini I Nengah Rusnawan memelihara 30.000 ekor ayam petelur, setiap bulan mesti diapkir, sebab tidak berproduksi lagi. Apalagi sekarang ini bukan saja langka, tapi harga bibit ayam datang sudah mencapai Rp 9.000 per ekor, padahal harga normal sebelumnya Rp 5.000 per ekor.

Persoalan dialami peternak ayam petelur katanya bukan saja langkanya bibit ayam, juga pakan ternak mahal. Harga jagung per kilogram Rp 4.400, harga normal berkisar Rp 2.500-Rp 3.000 per kilogram.   

Peternak ayam petelur lainnya, I Nengah Wage, di Banjar/Desa Bugbug, Kecamatan Karangasem juga mengeluhkan demikian. "Saya sejak awal Juli pesan bibit ayam, belum kunjung datang. Biasanya pesan Juli, datangnya Juli juga," kata I Nengah Wage.

Penambahan tiap bulan, kisaran 2.500-3000 ekor. Gara-gara bibit ayam sulit didapatkan, sehingga jumlah ayam miliknya berkurang dari 25.000 ekor, menjadi 12.000 ekor.

"Saya dengar dari pemerintah, induk untuk memproduksi bibit ayam dikurangi, sehingga produksi bibitnya berkurang," kata Nengah Wage.

Sementara Kadis Perikanan Karangasem I Ketut Artama yang juga menangani peternakan dihubungi ada nada sambung hanya saja tidak memberikan respons.

Sedangkan informasi di Dinas Perikanan, populasi ayam petelur terakhir kali tercatat pada 2016 sebanyak 1.110.231 ekor, tersebar di enam kecamatan, yakni Rendang sebanyak 15.000 ekor, Manggis 804.200 ekor, Karangasem 198.010, Abang 3.971 ekor, Bebandem 11.000 ekor, dan Selat 78.050 ekor.

Justru keberadaan ayam pedaging lebih banyak populasinya mencapai 1.201.204 ekor selama 2016. Tetapi keberadaan ayam petelur di Karangasem saat ini meningkat dibandingkan 2014 mencapai 1.030.547 ekor dan 2015 sebanyak 1.052.192 ekor. *k16

Komentar