nusabali

Festival Subak Suguhkan 21 Demplot Hortikultura

  • www.nusabali.com-festival-subak-suguhkan-21-demplot-hortikultura

Festival Subak Karangasem II tahun 2018 suguhkan 21 demplot beragam tanaman hortikultura.

AMLAPURA, NusaBali

Festival yang diagendakan di Subak Desa, Banjar Kaler, Desa Bugbug, Kecamatan Karangam dari tanggal 1-3 September 2018 ini bertujuan mengedukasi anggota subak se-Karangasem. Panitia tinggal membangun tenda tempat acara. Sebanyak 250 penari Pendet Pujiastuti tengah menggelar gladi untuk acara pembukaan.

Kepala Dinas Pertanian Karangasem, I Wayan Supandi,  menjelaskan Festival Subak sangat efektif memotivasi anggota subak untuk mengedukasi petani dalam bercocok tanam beragam jenis hortikultura. Supandi menjelaskan, demplot memanfaatkan 2 hektare lahan Subak Desa telah dibangun sejak Mei 2018. Tanaman di antaranya cabe, sayur hijau, sawi, bunga gemitir, tembakau, sayur paya, tomat, jagung, kacang panjang, labu semangka, dan melon. “Kami mengedukasi masyarakat petani tata cara bercocok tanam agar produksinya optimal. Mulai dari menggemburkan lahan, pemupukan, hingga pemeliharaan,” kata Supandi, Jumat (24/8).

Dikatakan, demplot satu-satunya cara yang paling efektif mengedukasi masyarakat karena praktik langsung. Sehingga petani langsung bisa mengerti apalagi disertai menggunakan teknologi pertanian. Festival Subak juga bertujuan melestarikan budaya subak, terutama organisasi irigasi tradisional dilandasi konsep Tri Hita Karana juga memotivasi generasi muda agar mencintai pekerjaan sebagai petani. Ke depan bisa diciptakan agrowisata. “Selama festival, kami menggelar pameran hasil-hasil pertanian,” katanya.

Supandi mengungkapkan pentingnya menggunakan pupuk organik. Secara bertahap petani diarahkan mengurangi pupuk kimia. Selain biayanya murah dan sangat baik untuk kesehatan. Sebelum Festival Subak Karangasem dibuka dilakukan kunjungan siswa ke lokasi Festival Subak Karangasem, Selasa (28/8) menggelar seminar tentang subak. Supandi mengatakan, sebanyak 132 subak se-Karangasem diundang untuk studi banding tata cara bercocok tanam di puncak festival.

Perbekel Desa Bugbug, I Gede Suteja, mengapresiasi festival itu sehingga petani dapat transfer ilmu pengetahuan langsung dari pemerintah. “Apalagi kali ini bercocok tanam menggunakan teknologi,” katanya. Jelang puncak festival, sebanyak 250 penari Pendet Pujiastuti melakukan gladi di bawah arahan Ni Made Suradnyani dan Ni Made Suartini agar gerakannya kompak dan memikat penonton yang hadir. *k16

Komentar