nusabali

Teater Transisi Wayang Listrik Dikemas Apik

  • www.nusabali.com-teater-transisi-wayang-listrik-dikemas-apik

Tradisi tidak mesti kaku dengan perubahan zaman. Tradisi dapat dibalut dengan modernisasi tanpa melupakan pakem yang sudah diwarisi.

DENPASAR, NusaBali
Inilah yang ditampilkan I Made Sadia bersama Sanggar Paripurna Gianyar yang menyajikan teater transisi wayang listrik bertajuk ‘Dasa Nama Kerta’ yang tampil pada ajang Bali Mandara Mahalango (BBM) di Kalangan Ayodya Taman Budaya, Denpasar, Sabtu (18/8) malam.

Cerita yang diangkat dari Kitab Siwa Tatwa ini dikemas secara apik oleh I Made Sadia. Siwa Tatwa sendiri menceritakan kesalahan yang dilakukan Dewi Uma yang meminum darah Rare Kumara sehingga Dewa Siwa pun murka dan mengutuk Dewi Uma menjadi Dewi Durga. Sempat memohon maaf, namun Dewa Siwa tak menggubris. Setelah Dewi Uma menjadi Dewi Durga, Dewa Siwa merasakan adanya kerinduan dalam hatinya. Dewa Siwa pun memutuskan untuk mengubah wujudnya menjadi Kala Rudra.

Melihat peristiwa itu, Sang Hyang Catuh Dewata sangat sedih lalu berubahlah menjadi kelompok seniman. Dewa Wisnu menjadi Tari Telek, Dewa Brahma menjadi Tari Bang, Dewa Iswara menjadi Barong Swari, dan Dewa Bayu menjadi Dalang. Berubahnya para dewa ini merupakan cikal bakal sesolahan atau balih balihan yang digunakan sebagai penyomia (pelebur) segala mala (kotor/ketidak sucian). “Kisahnya sendiri sangatlah sakral, tapi di sini saya kemas dengan menyesuaikan era global tanpa meninggalkan pakem-pakem tradisi,” ungkapnya.

Kisah yang terdengar sangat sakral ini dikemas oleh Sadia menjadi garapan yang apik dan menghibur. Wayang listrik yang menjadi media transisi antara wayang menuju para penari membuat penonton yang hadir terpukau. Segala bentuk kesenian ditampilkan, dari orang melukis, membuat tapel, hingga menjadi wayang dan penari sesungguhnya adalah sajian transisi yang tak terduga. “Berkat wayang listrik ini saya bisa tampil di luar negeri dan di sini saya ingin selalu mengeksplorasi kisah lainnya sebagai media berkarya,” tutur Sadia.

Sadia membutuhkan waktu yang cukup lama untuk bereksperimen tentang wayang listrik. Semua perjuangannya bermula sejak tahun 1990 sehingga pada tanggal 1 April 1990 pun Sadia resmi membuka sanggarnya. *ind

Komentar