nusabali

Embung Kering, Krisis Air Bersih Meluas

  • www.nusabali.com-embung-kering-krisis-air-bersih-meluas

Kekeringan juga berdampak pada sektor pertanian karena warga tidak bisa melakukan tanam bawang dan cabai. Ternak juga terpaksa dijual karena kesulitan pakan segar.

Warga Terpaksa Beli Air Ratusan Ribu

AMLAPURA, NusaBali
Dampak kemarau yang mengakibatkan kekeringan dan krisis air semakin terasa bagi warga yang bermukim di Bali Timur, tepatnya Karangasem dan Bangli ini.Di Karangasem, embung di Banjar Yehkori, Desa Jungutan, Kecamatan Bebandem mulai kering. Sehingga warga kesulitan air bersih, sejak sebulan terakhir mulai beli air dengan biaya yang cukup mahal.

Warga mesti membeli per tower kapasitas 1.000 liter Rp 70.000. rata-rata tiap KK membeli 2 tower, untuk kebutuhan satu bulan. Warga I Ketut Lemek, dan I Nyoman Kondra menuturkan hal itu. Walau ada mata air, debitnya menurun drastis, embung tak lagi ada air karena belum pernah turun hujan.

Warga Banjar Yehkori mengeluhkan hal ini di Amlapura, Rabu (21/10). “Saya beli air selama sebulan terakhir dua tower, per tower isinya 1.000 liter, total pembelian Rp 140.000,” kata I Ketut Lemek. Air tersebut katanya, untuk kebutuhan mandi, mencuci, memasak, minum dan untuk ternak sapi. “Juga untuk menyiram kebun sayur,” katanya.

Warga I Nyoman Kondra juga menuturkan demikian. “Memang setiap musim panas, selalu beli air, setiap tahun maksimal membeli air selama 4 bulan,” katanya. Selama ini BPBD (Badan Penanggulangan Bencana Daerah) Karangasem menyuplai bantuan air bersih ke Kecamatan Selat, Kecamatan Abang, Kecamatan Kubu dan Kecamatan Karangasem. Belum pernah membantu masyarakat di Kecamatan Bebandem, terutama di pegunungan.

Kepala Pelaksana BPBD Ida Bagus Ketut Arimbawa mengatakan, sepanjang ada permohonan bantuan air dari kelian banjar diketahui perbekel, petugas siap menyuplai air. Apalagi, BPBD memiliki 3 mobil tanki, juga ada bantuan dari BBD Provinsi Bali setiap Senin. Paling tidak untuk di Banjar Yehkori, bisa memberikan pelayanan menggunakan satu mobil tanki, dengan kemampuan tiga kali kirim setiap hari. 

Sementara di Kabupaten Bangli, warga yang berada di wilayah balik Bukit Kintamani, Bangli, kondisinya juga kian memprihatinkan. Dampak kekeringan selain menyebabkan krisis air bersih, juga mengakibatkan sektor pertanian dan peternakan milik warga setempat menjadi terancam. Salah satu wilayah yang paling parah terkena dampak kemarau, yakni di Dusun Madya, Desa Trunyan.

Kepala Dusun Madya, I Wayan Besar, mengakui kemarau panjang memang sudah menyebabkan berbagai kesulitan menimpa warganya. Terutama pada sektor pertanian, sebab pada musim kemarau ini, warga tidak bisa melakukan tanam bawang dan cabai karena sulitnya mencari pasokan air. 

“Kami kanya bisa mengandalkan peternakan sapi saja. Namun, belakangan ini peternakan warga juga mulai terancam akibat tidak mendapat pakan yang memadai. Sebab rumput untuk pakan ternak kering kerontang,” keluhnya, Rabu (21/10).

Kadus yang juga memelihara tiga ekor sapi, mengaku kerena keterbatasan rumput hijau, terpaksa diberi makan rumput kering. Dampaknya, diakui, pemberian rumput kering tersebut menyebabkan pertumbuhan ternak menjadi lambat. Sebab, sejumlah peternak terpaksa menjual ternak sapinya untuk mengurangi resiko kerugian. 

Sementara, untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari masyarakat, warga terpaksa turun mengambil air dari Danau Batur . karena cadangan air cubang juga sudah habis karena kemarau. “Untuk dapat mendapatkan air bersih, warga bisa menempuh jarak sekitar 7-8 kilometer dengan jalan kaki melalui jalan setapak dan berbukit. Kondisi ini, memang biasa kami alami ketika musim kemarau. Untuk itu, kami hanya bisa pasrah,” ungkapnya.

Komentar