nusabali

Petinju Valentinus Nahak Tutup Usia

  • www.nusabali.com-petinju-valentinus-nahak-tutup-usia

Sedihnya lagi, ayah Valen sudah dibelikan tiket oleh Julio. Rencananya, Sabtu pagi sang ayah sampai di Bali untuk melihat kondisi Valen, anak tercintanya.

DENPASAR, NusaBali
Petinju Indonesia dari Pengkot Pertina Denpasar yang dipersiapkan untuk Asian Games 2018, Valentinus Nahak alias Valen, 22, (kelas Terbang 52 kg), menghembuskan nafas terakhirnya di RSUP Sanglah, Kamis (2/8) sekitar pukul 19.35 Wita, setelah lama berjuang melawan penyakit tumor kelenjar getah bening stadium lanjut yang dideritanya. Semalam, ratusan kerabat berkumpul memenuhi halaman Instalasi Forensik RSUP Sanglah Denpasar mengiringi kepergian Valen.

Kakak kandung Valen, Julio Bria saat ditemui di Forensik RSUP Sanglah Denpasar, mengatakan, sebenarnya Valen sudah dipindahkan ke Ruang Angsoka sejak Rabu (1/8) dari Ruang Kamboja, untuk di kemoterapi. Namun, jelang kemoterapi, ternyata kondisinya malah semakin menurun. “Rabu malam, sesaat setelah dipindah sempat makan bubur, kemudian istirahat. Tapi tadi siang kondisinya menurun,” katanya.

Kondisi Valen yang semakin menurun, membuat kemoterapi urung dilakukan. Petang kemarin, akhirnya Valen menghembuskan nafas terakhirnya. “Kira-kira setelah magrib dia dikasi minum, tapi seperti sudah tak bernafas,” ucapnya, sedih.

Istri dari Julio Bria, Rini Mulyani, 27, mengatakan, sebelum menghembuskan nafas terakhir, Valen sempat meminta maaf pada dirinya, satu malam sebelum menjalani kemoterapi. Saat itu, Valen sudah mengaku tidak kuat dengan sakitnya. “Dia bilang, ‘maafin aku ya mbak’. Saya bilang adik ndak ada salah, lalu dia menangis, minta dicium sama saya. Saya cium keningnya, bilang cepat sembuh ya dik. Saat itu dia bilang sudah tidak kuat. Saya semangati dia, pasti kuat,” ujarnya.

Kamis kemarin, Valen rencananya akan dikemoterapi. Dari kamarnya di Ruang Kamboja, Valen lantas dipindah ke Ruang Angsoka pada Rabu (1/8) sore, untuk persiapan menjalani kemoterapi itu. Namun, ternyata kondisi Valen melemah sehingga kemoterapi sulit dilakukan. “Kemarin (Rabu, red) sudah dipindah ke Angsoka untuk persiapan kemoterapi. Nah, pagi-pagi sudah mau persiapan kemo hari ini (kemarin, red), Julio datang lah ke sana. Ternyata jantungnya lemah, sehingga tidak bisa dikemo. Pukul 14.00 Wita, Julio masih di sana, dan Valen masih tidur. Sekitar jam setengah 7 malam, saat itu saya masih di tempat kerja, ada Bu Gek telepon, katanya sudah meninggal. Jefri dan Charles (saudara kandung Valen) yang paling tahu saat itu,” tuturnya, sedih.

Sedihnya lagi, ayah Valen sudah dibelikan tiket oleh Julio. Rencananya, Sabtu pagi sang ayah sampai di Bali untuk melihat kondisi Valen, anak tercintanya. Namun apa daya, takdir berkata lain. Valen kini telah beristirahat dengan tenang, dan tidak merasakan sakit lagi. “Rencananya besok pagi (hari ini, red) akan diberangkatkan ke Kupang. Jamnya masih belum tahu,” jelas Rini.

Rini mulai menceritakan Valen bisa sampai ke Bali. Awalnya, kakak Valen, Julio Bria, yang pertama ke Bali menjadi atlet tinju. Tahun 2012, Julio berhasil menang SEA Games. Setelah itu, ia dan Julio membawa Valen ke Bali, bermaksud ingin mengubah nasib di Pulau Dewata. “Padahal dia (Valen, red) tidak ingin menjadi petinju. Dia ingin jadi pemain bola. Dia sangat dekat dengan saya. Valen itu orangnya kuat, hebat. Main pertama langsung menang. Dia juga suka bercanda,” ceritanya, sambil terisak.

Rini mengungkapkan, dua tahun lalu Valen sempat mengeluhkan sakit perut pada Rini. Namun Valen mengira itu adalah sakit perut biasa, karena dia terbiasa mengangkat angkat berat. Tapi sakit perut itu dalam sehari dua hari sudah sembuh, sehingga tidak ada pemeriksaan lanjutan yang dilakukan. “Awal Mei ini, Valen chat cuma ke saya, dan saya suruh dia makan yang baik, karena dia suka pedas sama seperti saya. Dia sebenarnya sudah dicek di Manado, sudah di CT Scan sama USG. Malah sempat dia jogging di Lapangan Renon. Dua minggu sebelum lebaran dia divonis menderita sakit itu. Sudah dibilang tumor ganas,” jelasnya. *ind

Komentar