nusabali

Rochineng Pilih Kendaraan PDIP untuk Perjuangkan Wong Cilik

  • www.nusabali.com-rochineng-pilih-kendaraan-pdip-untuk-perjuangkan-wong-cilik

Tarung DPRD Bali Dapil Buleleng di Pileg 2019

DENPASAR, NusaBali
Ada banyak birokrat yang maju tarung berebut kursi legislatif dalam Pileg 2019. Salah satunya, Dr I Ketut Rochineng SH MH, 60, Kepala Badan Kepegawaian Daerah (BKD) Provinsi Bali yang maju tarung ke DPRD Bali Dapil Buleleng. Birokrat yang dikenal sebagai penyanyi Pop Bali ini pilih PDIP sebagai kendaraan politik, agar bisa perjuangkan wong cilik.

Ketut Rochineng yang kini masih pegang posisi sebagai Penjabat Bupati Gianyar, merupakan satu dari 12 caleg PDIP untuk kursi DPRD Bali Dapil Buleleng dalam Pileg 2019. Birokrat asal Desa Patemon, Kecamatan Seririt, Buleleng ini menempati nomor urut 12 di internal caleg PDIP Dapil Buleleng.

Sedangkan 11 caleg PDIP untuk kursi DPRD Bali Dapil Buleleng lainnya, masing-masing Gede Kusumaputra (incumbent), Dewa Made Mahayadnya alias Dewa Jack (incumbent),  Kadek Setiawan (incumbent), Dewa Nyoman Rai Adi (incumbent), Putu Mangku Mertayasa (new comer yang kini anggota DPRD Buleleng), I Gusti Ayu Aries Sujati (new comer yang istri dari Bupati Buleleng Putu Agus Su-radnyana), I Made Dana (new comer yang kini Perbekel Sanggalangit, Kecamatan Gerokgak, Buleleng), Ketut Suardana (new comer yang kini Perbekel Tejakula, Kecamatan Tejakula, Buleleng), Nyoman Witari, Komang Supriatni, dan Made Utarini.

Keberanian Rochineng bertarung di Dapil Buleleng yang notabene merupakan wilayah ‘neraka’ dalam Pileg 2019, bukannya sekadar gambling. Rochineng sudah melakukan persiapan lumayan panjang. Rochineng sendiri sudah bersiap terjun ke kancah politik pada 2016 silam, ketika menyiapkan diri tarung sebagai kandidat Calon Bupati (Cabup) Buleleng di Pilkada 2017.

Kala itu, Ketua Harian Ormas Laskar Bali ini terjun bersosialisasi di 129 desa se-Kabupaten Buleleng. Namun, karena beberapa pertimbangan politik dan analisa strategi, mantan Kasat Pol PP Provinsi Bali ini akhirnya urung tarung ke Pilkada Buleleng 2017. Rochineng kemudian memilih maju tarung ke DPRD Bali dalam Pileg 2019.

Saat ditemui NusaBali di kediamannya kawasan Kelurahan Padangsambian, Denpasar Barat, Minggu (29/7), Rochineng menyebutkan dirinya terjun ke dunia politik karena akan memasuki pensiun sebagai PNS pada 2019 mendatang. Rochineng tak mau masa hidupnya yang masih produktif disia-siakan, melainkan tetap ingin dimanfaatkan untuk pengabdian masyarakat.

“Saya terjun ke politik ini sebagai wadah pengabdian. Saya tidak mau ada jeda dalam hidup saya beraktivitas. Kalau berjuang dan mengabdi untuk masyarakat tanpa wadah kekuasaan, daya dukungnya lemah,” tandas ayah satu anak dan tiga ccu dari pernikahannya dengan Ni Made Sri Ardiani SPd ini.

Rochineng menambahkan, kalau pribadi-pribadi turun ke masyarakat tanpa ada baju lembaga, akan ditafsirkan aneh-aneh. “Jadi, harus melalui jalur politik. Maka, harus ada wadah, salah satunya sebagai anggota legislatif. Tapi, sebenarnya saya di mana saja siap. Legislatif ole, eksekutif juga oke,” tandas Rochineng yang juga penyandang gelar juara nasional Tenis Veteran 2016 dan 2017 ini.

Rochineng mengatakan, selaku caleg DPRD Bali Dapil Buleleng, dirinya sudah merangkul kelompok-kelompok pemegang suara di Gumi Panji Sakti. Mulai dari tokoh masyarakat, cendekiawan, kalangan generasi muda milienal, seniman, akademisi, sampai tokoh agama.

“Pokoknya kita semua ajak. Kita rangkul elemen masyarakat Buleleng tanpa mengenal soroh dan profesi, yang penting mereka komitmen memberikan dukungan. Ini sudah marathon saya lakukan sejak 2016, ketika mau maju sebagai Calon Bupati Buleleng.”

Ditanya kenapa pilih PDIP sebagai kendaraan politik, menurut Rochineng, ini karena napas dan ideologi nasionalis partai tersebut yang memperjuangkan wong cilik. “Saya melihat PDIP sangat komitmen membela wong cilik. Saya ini anak yatim sejak kecil, pedagang es lilin sambil sekolah. Saya merasakan menjadi orang miskin itu tidak enak,” katanya.

Selain itu, kata Rochineng, PDIP memiliki soliditas kuat. PDIP adalah partai solid, kadernya militan, loyalitas kadernya tinggi, dan berjiwa gotong-royong. “Ini sama dengan pribadi saya. Komitmen yang tinggi dan siap loyal kepada partai, loyal kepada pimpinan partai, dan berjuang di garis partai. Saya pertaruhkan segalanya kalau sudah jadi wakil rakyat, sebagai kader PDIP nanti. Saya kalau sudah berjuang tidak mengenal untung rugi, pokoknya total,” jelas Ketua Umum Forki Bali (induk organisasi cabang olahraga beladiri karate) 2013-2018 dan 2018-2023 ini.

Perjuangan Rochineng untuk bisa tembus sebagai caleg PDIP untuk kursi DPRD Bali Dapil Buleleng, juga panjang. Menurut Rochineng, awalnya dia berdiskusi dengan Gubernur Bali Made Mangku Pastika, atasannya di Pemprov Bali. Selain itu, juga berkomunikasi dengan tokoh PDIP, lalu ada kaitan dengan Pilgub Bali 2018. “Hingga akhirnya saya diminta maju nyaleg. Saya gabung ke PDIP nggak lihat untung rugi, dengan segala risiko,” kata Rochineng.

Rochineng juga sudah mengajukan pengunduran diri dari PNS kepada Gubernur Bali. Hal ini dilakukan karena mendaftar sebagai caleg DPRD Bali ketika dirinya menjabat Kepala BKD Bali. Namun, pengajuan pengunduran diri ke pimpinan ini tidak serta merta langsung turun SK Pemberhentian sebagai PNS. Yang jelas, saat sudah ditetapkan sebagai calon legislatif atau DCT (daftar calon tetap) nanti, Rochineng sudah lepas dari status PNS.

Menurut Rochineng, pengunduran dirinya masih menunggu persetujuan teknis dari Badan Kepegawaian Negara (BKN). “Ketika pertujuan teknis sudah turun, Gubernur Bali akan menetapkan surat pemberhentian sebagai PNS. Begitu surat turun, saya akan berhenti. Nanti surat pemberhentian ini wajib diserahkan ketika sudah DCT, 20 September 2018 mencatang,” katanya. *nat

Komentar