nusabali

Pura Bias Tugel di Objek Water Blow Pun Porakporanda

  • www.nusabali.com-pura-bias-tugel-di-objek-water-blow-pun-porakporanda

Pantai Wisata Kuta juga diterjang ombak besar sehingga air laut sempat meluber ke jalan raya di depan Hotel The Stone

Gelombang Pasang Terjang Kawasan Pantai Wisata Nusa Dua, Kecamatan Kuta Selatan


MANGUPURA, NusaBali
Gelombang pasang yang menerjang kawasan pesisir selatan Bali, Rabu (25/7) pagi, juga menimbulkan kerusakan di kawasan wisata internasional Nusa Dua, Kelurahan Benoa, Kecamatan Kuta Selatan, Badung. Bahkan, bencana ini menghancurkan Pura Bias Tugel di objek wisata Water Blow Nusa Dua.

Pura Bias Tugel yang dibangun di atas batu karang seluas 50 meter x 50 meter ini hancur berantakan dihantam hempasan ombak setinggi lebih dari 6 meter, Rabu pagi sekitar pukul 09.00 Wita. Palinggih (bangunan suci) Bale Piyasan ukuran 6 meter x 2 meter di Pura Bias Tugel bahkan sampai hancur berkeping-keping.

Sebetulnya, Pura Bias Tugel ini berada di atas batu karang yang tingginya sekitar 3 meter dari permukaan air laut. Namun, karena ganasnya ombak kemarin pagi, keseluruhan pura diterjang air laut. Hempasan ombak sampai ke daratan Pulau Peninsula yang berjarak sekitar 100 meter dari tepi laut.

Managing Director The Nusa Dua Indonsia Tourism Development Coporation (ITDC), I Wayan Karioka, mengungkapkan selama ini memang sering terjadi ombak kategori ekstrim di areal Pura Bias Tugel. Namun, tidak pernah sampai seekstrim kemarin pagi.

Menurut Wayan Karioka, bukan hanya Bale Piasan di Pura Bias Tugel yang porakporanda. Pagar pembatas proyek observation deck (gardu pandang) yang tengah dibangun di lokasi Water Blow juga hancur berantakan tak tersisa. “Gelombang kali ini paling ekstrim yang saya pernah lihat terjadi di kawasan Water Blow. Bayangkan, hempasan ombak setinggi belasan meter itu sampai ke daratan Pulau Peninsula,” jelas Wayan Karioka saat dikonfirmasi NusaBali, Rabu kemarin.

Karioka menyebutkan, untuk keamanan pasca gelombang pasang kema-rin pagi, pihaknya menambah jumlah personel security buat mengawasi setiap wisatawan yang berkunjung. Selain itu, jarak aman untuk pengun-jung juga diperpanjang. “Jika sebelumnya wisatan boleh melihat deburan ombak dari pinggir karang, kini hanya dibolehkan melihat dari Pulau Peninsula,” katanya.

Pantauan NusaBali, deburan ombak ekstrem di objek wisata Water Blow kemarin mennjadi tontonan wisatawan. Meski hanya boleh melihat dari jarak cukup jauh, namun wisatawan cukup puas bisa menyaksikan deburan ombak cukup tinggi ini. Tak sedikit wisatawan yang mengabadikan momen ini dengan melakukan foto selfie.

Menurut Karioka, pihanya belum bisa memperkirakan kerugian material akibat gelombang pasang di objek wisata Water Blow kemarin. Yang jelas, bangunan suci Bale Piyasan yang hancur itu saja nilainya lebih dari Rp 50 juta. “Dalam waktu dekat, kami akan menggelar upacara pengulapan. Tapi, upacara ini masih akan kita bicarakan dengan pengempon Pura Bias Tugel,” tegas Karioka.

Gelombang pasang kemarin pagi bukan hanya menghantam objek wisata Water Blow, tapi juga terjadi hampir di seluruh pesisir selatan Bali. Ter-masuk di Pantai Kuta (Badung), Pantai Seminyak (Badung), Pantai Kedonganan (Badung), Pantai Jimbaran (Padung), Pantai Sanur (Denpa-sar), dan Pantai Padanggalak (Denpasar), hingga Pantai Lebih (Gianyar).

Terjangan obak di Pantai Kuta, mislanya, menyebabkan air laut meluber hingga ke jalan raya tepatnya depan Hotel The Stone di Jalan Raya Pantai Kuta. Koordinator Balawista Badung, I Ketut Ipel, mengatakan ombak besar yang terjadi Pantai Kuta sudah mulai terlihat sejak Selasa (24/7). "Tanda-tandanya sudah mulai terlihat kemarin sore (Selasa). Saat itu, ombaknya sampai ke tempat pedagang pantai berjualan. Ternyata, hari ini (kemarin) terjadi ombak tinggi,” jelas Ketut Ipel saat dikonfirmasi NusaBali terpisah, Rabu kemarin.

Menurut Ketut Ipel, bukan hanya ombak yang besar, tapi air laut pasang juga terlihat lebih besar. Ombak besar ditambah dengan pasang naik besar membuat hempasan ombak sampai ke trotoar di depan Kantor Balawista Pantai Kuta. "Dengan kondisi seperti ini, kami sebagai tim Balawista bekerja harus lebih ektra lagi. Kami melihat ancaman dari gelombang ini sangat besar. Terlihat banyak gelombang tarik, itu berbahaya terutama untuk anak-anak," katanya.

Ketut Ipel mengakui, gelombang kemarin menjadi besar juga karena menjelang Purnama (bulan penuh). Biasanya, menjelang Purnama pasang naik air laut besar. Nah, pasang besar ditambah dengan ombak besar, jadinya lebih dahsyat. "Kami terpaksa harus tutup areal berenang di Pantai Kuta. Kami menghimbau pengunjung untuk selalu waspada, patuhi rambu-rambu yang terpasang," tegas Ketut Ipel. *p

Komentar