Pujawali ke 51 Pakai 3 Sarana Pemujaan
Pujawali ke 51 Pura Kertajaya, Tangerang, Banten yang jatuh pada Sabtu (14/7) malam berbeda dengan pujawali sebelumnya.
JAKARTA, NusaBali
Kali ini menghadirkan tiga sarana pemujaan. Mulai dari bebanten Bali, tumpengan dari paguyuban Majapahid (Manunggal Jawa Dwipa Hindu Dharma) dan Sunda Wiwitan. Menurut Ketua Panitia Pujawali ke 51 Pura Kertajaya, I Wayan Sukania, tiga sarana pemujaan dalam Pujawali ini merupakan kali pertama dilakukan.
"Integrasi tiga cara berbeda dijadikan satu kesatuan merupakan salah satu bentuk kesadaran Hindu Nusantara. Semoga ini bisa menjadi teladan akan bentuk kesadaran Hindu nusantara yang universal," ujar Wayan Sukania kepada NusaBali, Senin (16/7).
Sinergi itu pun, membuat perayaan pujawali ke 51 Pura Kertajaya memberikan vibrasi positif yang luar biasa. Bahkan sampai menggetarkan jiwa, karena terasa damai serta tentram lantaran alunan doa, mantra dan kidung, iringan alat musik tradisional secara bersama-sama mampu memberikan hidangan spiritual kepada krama yang hadir di Pura Kertajaya.
Menurut Sukania, ke depan tidak menutup kemungkinan akan menghadirkan umat Hindu dari komunitas lain seperti Hindu India, Hindu Kaharingan dan daerah lain. Pasalnya, Hindu tidak hanya Bali saja. Melainkan ada di daerah nusantara lainnya. Komunitas Hindu Sunda Wiwitan sendiri datang langsung dari Bandung, Jawa Barat.
Rombongan mereka berisikan 15 orang. Sementara dari paguyuban Majapahid 20 orang. Mereka bergabung dengan umat Hindu dari Pura lainnya. "Pekuluh yang hadir dari Pura BSD, Serang, Ciledug, Rempoa dan Cijantung," papar Sukania.
Persembahyangan pun dibagi empat gelombang.Gelombang pertama paling ramai, karena proses ritual berlangsung di sesi tersebut. Total ada sekitar 2000-an umat Hindu datang ke Pujawali Pura Kertajaya. Selain persembahyangan, umat yang hadir juga dapat melihat tarian Rejang Renteng dari ibu-ibu banjar Tangerang dan kesenian Topeng Sidakarya. *k22
Kali ini menghadirkan tiga sarana pemujaan. Mulai dari bebanten Bali, tumpengan dari paguyuban Majapahid (Manunggal Jawa Dwipa Hindu Dharma) dan Sunda Wiwitan. Menurut Ketua Panitia Pujawali ke 51 Pura Kertajaya, I Wayan Sukania, tiga sarana pemujaan dalam Pujawali ini merupakan kali pertama dilakukan.
"Integrasi tiga cara berbeda dijadikan satu kesatuan merupakan salah satu bentuk kesadaran Hindu Nusantara. Semoga ini bisa menjadi teladan akan bentuk kesadaran Hindu nusantara yang universal," ujar Wayan Sukania kepada NusaBali, Senin (16/7).
Sinergi itu pun, membuat perayaan pujawali ke 51 Pura Kertajaya memberikan vibrasi positif yang luar biasa. Bahkan sampai menggetarkan jiwa, karena terasa damai serta tentram lantaran alunan doa, mantra dan kidung, iringan alat musik tradisional secara bersama-sama mampu memberikan hidangan spiritual kepada krama yang hadir di Pura Kertajaya.
Menurut Sukania, ke depan tidak menutup kemungkinan akan menghadirkan umat Hindu dari komunitas lain seperti Hindu India, Hindu Kaharingan dan daerah lain. Pasalnya, Hindu tidak hanya Bali saja. Melainkan ada di daerah nusantara lainnya. Komunitas Hindu Sunda Wiwitan sendiri datang langsung dari Bandung, Jawa Barat.
Rombongan mereka berisikan 15 orang. Sementara dari paguyuban Majapahid 20 orang. Mereka bergabung dengan umat Hindu dari Pura lainnya. "Pekuluh yang hadir dari Pura BSD, Serang, Ciledug, Rempoa dan Cijantung," papar Sukania.
Persembahyangan pun dibagi empat gelombang.Gelombang pertama paling ramai, karena proses ritual berlangsung di sesi tersebut. Total ada sekitar 2000-an umat Hindu datang ke Pujawali Pura Kertajaya. Selain persembahyangan, umat yang hadir juga dapat melihat tarian Rejang Renteng dari ibu-ibu banjar Tangerang dan kesenian Topeng Sidakarya. *k22
Komentar