nusabali

Sekolah Swasta Hanya Bisa Pasrah

  • www.nusabali.com-sekolah-swasta-hanya-bisa-pasrah

Banyaknya siswa yang sebelumnya diterima pada SMA swasta, namun pindah ke SMA negeri, sepertinya sekolah swasta sengaja ‘dihabisi’ oleh pemerintah.

Akibat Penerimaan Peserta Didik Baru Gelombang II

GIANYAR,  NusaBali
Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) SMA/SMK negeri tahun 2018 gelombang II benar-benar membuat pasrah sekolah swasta. Sebab PPDB gelombang II masuk sekolah negeri membuat calon siswa yang awalnya mendaftar pada sekolah swasta, beralih ke negeri.  Jumlah siswa baru yang sebelumnya berancang-ancang masuk ke sekolah swasta sampai satu rombel (rombongan belajar) atau sekitar 50 siswa.

Padahal, PPDB gelombang II ini seharusnya hanya menerima calon siswa baru yang tercecer. Selain itu, PPDB gelombang II juga menunda proses belajar mengajar. Seharusnya, Senin (16/7) ini sudah belajar di kelas. Namun kenyataannya, siswa SMA/SMK baru akan melaksanakan MPLS (Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah).

Hal itu diungkapkan Ketua Musyawarah Bersama Perguruan Swasta (MBPS) Kabupaten Gianyar Drs I Nyoman Sarwa, dihubungi Minggu (15/7). Dikatakan, pembukaan PPDB SMA/SMK negeri gelombang ke II sudah berdampak pada kacaunya pendaftaran pada sekolah swasta. Hal ini terjadi lantaran pembiaran terhadap pelanggaran surat edaran PPDB gelombang II. Sudah ada edaran yang menegaskan bagi siswa yang sudah diterima di sekolah swasta ataupun negeri, tidak boleh mengikuti PPDB gelombang II.

Namun kenyataannya, lanjut Sarwa, dalam PPDB gelombang II ini cukup banyak siswa yang sudah mendaftar di sekolah swasta, kemudian pindah ke sekolah negeri. Sementara itu, sekolah swasta yang kehilangan banyak siswa, hanya bisa pasrah dengan kondisi ini. "Mau melapor kemana? Tidak ada yang menanggapi keluhan kami, yang jelas sekolah swasta banyak dirugikan," ucapnya.

Dia mencontohkan, di SMA PGRI 2 Blahbatuh awalnya sudah menerima 443 siswa. Namun akibat PPDB gelombang II ini kehilangan sekitar 40 siswa. "Padahal kami punya rombel yang cukup, dan guru yang cukup untuk mengajar seluruh siswa ini," ujarnya. Sarwa menambahkan, SMA swasta yang lain justru kondisinya lebih memprihatinkan. Dikatakan, ada yang sampai kehilangan 30 - 50 siswa. "Bisa mendapat satu rombel saja sudah syukur, tapi ini ada yang hanya satu rombel siswanya jauh di bawah 30 orang. Ini sangat memprihatinan," keluhnya.

Jelas Sarwa, menyimak banyaknya siswa yang sebelumnya diterima pada SMA swasta, namun pindah ke SMA negeri, sepertinya sekolah swasta sengaja ‘dihabisi’ oleh pemerintah. Padahal peran sekolah swasta sudah jelas, membantu sekolah negeri secara mandiri, bukan membebani APBD dengan mengangkat tenaga pendidik kontrak.*nvi

Komentar