nusabali

Wanita asal Rusia Sayat Urat Nadi

  • www.nusabali.com-wanita-asal-rusia-sayat-urat-nadi

Bunuh Diri karena Derita Kanker Paru

GIANYAR,  NusaBali
Diduga depresi akibat menderita kanker paru-paru selama 7 tahun, seorang warga negara asing (WNA) asal Rusia Titiana Chrernysh, 27, nekat bunuh diri di tempatnya menginap 'Rumah Adil' Banjar Penestanan Kelod Desa Sayan Kecamatan Ubud. Bule perempuan ini menyayat urat nadi tangan kirinya hingga kehabisan darah ada Kamis (12/7) malam.

Informasi di lapangan, pertama kali korban ditemukan sudah lemas dalam posisi duduk di kamar mandi penginapan oleh pacarnya Aleksei Semenchuk, 29, yang juga WNA. Bule Rusia yang sudah lama menetap di Ubud ditemukan tewas bersimbah darah di kamar mandi tempatnya menginap. Tepatnya di kamar tinggal lantai 2 yang berukuran 5x4 cm dengan kamar mandi berukuran 1x 2,5 cm. Saat ditemukan,  nadi korban di bagian pergelangan tangan kirinya tersayat. Pemilik penginaoan pun baru melapor kejadian ini pada Kamis malam. Saat polisi tiba di TKP,  korban sudah dipindahkan ke tempat tidur dengan dibungkus kain putih.  

Berdasarkan keterangan sejumlah saksi, saat ditemukan posisi korban duduk lemas bersandar di dinding. Darah yang keluar pun cukul banyak dari luka sayatan di pergelangan tangan kiri  hingga mengental. Kapolsek Ubud,  Kompol Raka Sugita mengatakan sudah menurunkan tim identifikasi dan melakukan olah TKP. "Kami masih membutuhkan proses pemeriksaan lanjutan. Terlalu dini jika kami simpulkan penyebab kematiannya," terang Kapolsek Ubud Raka Sugita.

Sementara dari keterangan pacar korban, Aleksei Semenchuk, 29, siang hari sebelum kejadian, dirinya meningggalkan korban sendirian di tempatnya menginap untuk keperluan belanja ke super market. Balik dari belanja, korban tidak ditemukan di dalam kamar. Saksi pun mengaku sempat mencari korban sambil mamanggil korban berulangkali. Setelah  masuk ke kamar mandi, Saksi terkejut mendapati korban duduk nyandar serta bersimbah darah. Saksi pun khawatir setelah memeriksa nadi korban yang tidak berdenyut lagi. Lanjut itu meminta bantuan pihak penginapan untuk memanggil dokter.

Disebutkan juga  bahwa korban dan saksi sudah hidup bersama selama 8 tahun. Dan korban diakui menderita sakit sejak 7 tahun lalu dan hingga kini tidak kunjung sembuh. Hanya saja kondisi semakin drop dalam 2 minggu terakhir. Korban disebutkan sudah pasrah dan enggan melakukan pemeriksaan rutin. Kecuali sempat sekali memeriksakan diri ke  Clinik Utama, Kedewatan, Ubud. "Dari keterangan pacar korban, sebulan yang lalu ibu korban sudah pernah menemui korban dan sudah mengetahui kondisi korban dalam keadaan sakit," terang Kapolsek Raka Sugita.

Keterangan pacar korban itu diperkuat oleh keterangan pemilik penginapan  Rumah Adil  I Wayan Dirsa, 40. Saat diberitahu kejadian itu, ia bergegas ke  kamar nomor 21, tempat korban menginap. Di kamar mandi Dirsa sudah mendapati korban lemas, sementara pacarnya mendampingi sembari membersihkan darah yang berceceran di lantai. Dirsa juga sempat mengecek nadi ditangannya dan tidak ada tanda denyut nadi. Selanjutnya pacar korban menghubungi Clinik Utama. Petugas medis bersama perawat pun lantas  melakukan pemerikasaan kondisi korban. Dan dipastikan korban sudah meninggal dunia. Dugaan sementara korban meninggal karena kehabisan darah akibat  luka sayatan  di pergelangan tangan kiri korban. Setelah itu, barulah tuan rumah Dirsa menghubungi Polsek Ubud.

Kapolres Gianyar AKBP Priyanto Priyo Hutomo ketika dikonfirmasi, Jumat (13/7) kemarin membenarkan kejadian tersebut. Mengenai penyebab kematian,  dugaan sementara karena bunuh diri.  Namun demikian, kepolisian masih menunggu hasil otopsi untuk memastikan. "Jenazah masih diotopai Dugaan sementara bunuh diri dengan cara menyayat urat nadi di tangan," jelasnya. Kapolres Priyanto yang terjun langsung ke TKP saat kejadian mengatakan bahwa korban sudah menderita sakit menahun. "Sakit sudah 7 tahun kanker paru paru," jelas mantan Kapolres Jembrana ini. Kini jenazah korban masih dititip di Forensik RSUP sanglah Denpasar. Katanya, pihak keluarga sepakat untuk dilakukan kremasi di Bali.

Dikonfirmasi terpisah, Kelihan Banjar Penestanan I Wayan Sugiawan mengaku cukup sulit memonitor gerak gerik para wisatawan yang tinggal sementara di wilayahnya. "Keseharian tamu ini kami tidak monitor. Karena wilayah tyang banyak turis, gak mungkin semua bisa kita monitor," jelasnya. Lalu terkait upacara pecaruan pasca kejadian, katanya akan dilaksanakan oleh pemilik penginapan I Wayan Dirsa. "Pasti nike, orang meninggal pasti mecaru. Nanti dari pihak yang punya rumah," jelasnya. *nvi

Komentar