nusabali

Sofjan Wanandi: JK Tak Mau Duet dengan AHY

  • www.nusabali.com-sofjan-wanandi-jk-tak-mau-duet-dengan-ahy

Wacana duet Jusuf Kalla-Agus Harimurti Yudhoyono (JK-AHY) pada Pilpres 2019 santer diwacanakan oleh Partai Demokrat.

JAKARTA, NusaBali
Ketua Tim Ahli Wapres, Sofjan Wanandi mengungkapkan Wapres Jusuf Kalla (JK) telah menolak dipasangkan dengan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY). "Dia sudah tolak, dia nggak mau, sudah kasih tahu ke Demokrat dia tidak bisa lagi," kata Sofjan di kantor Wapres, Jalan Medan Merdeka Utara, Jakarta Pusat, Rabu (4/7). Sofjan menyatakan JK memilih pensiun saja pada Pilpres 2019. JK disebutkan akan tetap membantu Jokowi. Hanya tak dijelaskan apakah dalam pilpres atau pekerjaan sebagai wapres.

"Dia mau pensiun saja. Dia bilang pasti bantu Pak Jokowi. Jadi apa pun dia tidak peduli," tutur Sofjan. Menurut Sofjan, wacana duet JK-AHY adalah hak Partai Demokrat untuk melakukan manuver. "Ya manuver-manuver itu dia punya hak kan, kita nggak bisa bilang apa-apa. Sudah kita kasih tahu juga Pak JK sudah kasih tahu langsung," tutur Sofjan.

Sementara Partai Demokrat (PD) menepis kabar apabila Jusuf Kalla (JK) menolak duet bareng AHY pada Pilpres 2019. Justru, kata PD, JK mengapresiasi aspirasi kader parpol besutan SBY tersebut.

"Judulnya keliru, JK tidak menolak AHY, seolah beliau lebih mau dengan figur lain. Faktanya, Pak JK justru sangat mengapresiasi aspirasi sejumlah kader Partai Demokrat pada beliau. Beliau juga mengakui AHY adalah figur muda yang cakap dan memiliki elektabilitas paling tinggi sebagai cawapres," ujar Wasekjen PD, Rachland Nashidik kepada wartawan, Rabu kemarin dilansir detik.com. Menurut Rachland, JK tetap mengutamakan pendapat keluarganya yang berkeberatan JK kembali maju pada pilpres.

Bisa saja JK memiliki 'plan B' dalam perpolitikan. "Namun, Pak JK mengutamakan pendapat keluarga yang berkeberatan beliau kembali maju dalam kontestasi pilpres. Dari percakapan langsung dengan beliau, kami menyimpulkan beliau memiliki rencana lain bagi perubahan politik Indonesia, di mana Partai Demokrat bisa memiliki peran strategis yang sama," tutur Rachland. *

Komentar