nusabali

Paus 50 Ton Kampih di Pantai Batu Tumpeng

  • www.nusabali.com-paus-50-ton-kampih-di-pantai-batu-tumpeng

Bangkai ikan Paus raksasa dengan bobot sekitar 50 ton kampih (terdampar) di Pantai Batu Tumpeng, Banjar Tangkas, Desa Pakraman Gelgel, Kecamatan Klungkung, Senin (14/3) subuh. 

Sempat Jadi Tontonan Warga, Bangkai Paus Dikubur Tadi Malam

SEMARAPURA, NusaBali
Petugas sempat kesulitan mengevakuasi bangkai Paus dengan panjang 16,2 meter dan tinggi sekitar 5,5 meter ini, karena saking besarnya bobot.

Paus raksasa berwarna hitam yang kampih di Pantai Batu Tumpeng, Banjar Tangkas, Desa Pakraman Gelgel ini merupakan jenis Sperma (Physeter Macrocephalus). Paus ini lebih dikenal sebagai Paus berkepala kotak. Peristiwa kampihnya bangkai Paus ukuran raksasa ini pertama kali diketahui dua warga Desa Jumpai, Kecamatan Klungkung, yakni I Nengah Sunarta dan I Nengah Darta, Senin subuh sekitar pukul 05.00 Wita. Ketika itu, kedua warga ini hendak membuka jaring Lobster di Pantai Batu Tumpeng.

Mereka terkejut melihat ada Paus terdampar hanya berjarak 3 meter dari bibir pantai. Setelah diamati, Paus tersebut sudah dalam kondisi mati. Peristiwa terdamparnya bangkai Paus raksasa disampaikan kepada warga lainnya. Sampai akhirnya bangkai Paus diunggah ke media sosial Facebook (FB). Dari situ, informasi dengan cepat menyebar luar.

Senin pagi sekitar pukul 06.00 Wita, puluhan warga mulai berdatangan ke Pantai Batu Tumpeng untuk menyaksikan langsung bangkai Paus. Sebagian dari mereka berfoto selfie, bahkan ada yang naik ke atas bangkai Paus itu. Sejak pagi hingga petang, pengunjung silih berganti datang ke lokasi teronggoknya bangkai Paus di Pantai Batu Tumpeng. 

Tidak sedikit di antara warga yang datang sambil membawa canangsari dan dihaturkan di atas bangkai Paus. Bahkan, ada pula sejumlah warga yang datang ke lokasi dengan membawa gergaji dan blakas (sejenis golok) untuk memotong gigi dan kelamin bangkai Paus. 

Petugas dari berbagai unsur juga terjun ke lokasi TKP, Senin kemarin, untuk mengevakuasi bangai Paus raksasa. Termasuk di antaranya jajaran Polres Klungkung, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Klungkung, Badan Koordinasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Klungkung, dan Dinas Peternakan-Perikanan-Kelautan (PPK) Klungkung. Wakil Bupati Klungkung, Made Kasta, juga sempat terjun ke lokasi.

Setelah dilakukan koordinasi antar-pihak terkait, memang disepakati untuk mengevakuasi bangkai Paus dan kemudian langsung dikuburkan dalam kondisi utuh di sekitar Pantai Batu Tumpeng. Hanya saja, hingga tadi malam pukul 22.00 Wita, petugas belum berhasil mengevakuasi bangkai Paus. Selain bobotnya yang superberat yakni sekitar 50 ton, upaya evakuasi juga terkendala ombak besar. Padahal, dua mobil derek dengan kekuatan masing-masing 8 ton sudah disiapkan untuk menarik bangkai Paus tersebut ke darat.

Sempat muncul usulan dari warga upaya bangkai Paus dipotong-potong saja, karena minyaknya dipercaya bisa dipakai obat. Namun, usulan tersebut ditolak petugas, karena Paus termasuk hewan yang dilindungi. Setelah didatangkan alat berat yang kekuatannya lebih besar lagi, bangkai Paus raksasa akhirnya berhasil dievakuasi dan langsung dikubur di Pantai Batu Tumpeng, pas tengah malam pukul 24.00 Wita.

Kasi Pengawasan dan Pengendalian Sumber Kelautan Dinas PPK Klungkung, Inung, menduga Paus kepala kotak ukuran raksasa yang kampih di pantai Batu Tumpeng ini tersesat dan terpisah dari kawanannya. “Penyebab terdamparnya Paus ini mungkin karena tersesat atau terlepas dari kelompoknya, lalu terbawa arus laut yang kuat,” ujar Inung di lokasi TKP Pantai Batu Tumpeng, Senin kemarin.

Menurut Inung, kawanan Paus sering bertransmigrasi ke berbagai daerah secara bersama-sama pada musim-musim tertentu. Termasuk di Klungkung sendiri memiliki jalur bertransmigrasinya kananan Paus, terutama sekitar kawasan Nusa Penida menuju arah barat. 

Inung sendiri mengimbau warga tidak mendekati ataupun menyentuh bangkai Paus yang kampih di Pantai Batu Tumbeng. Pasalnya, dikhawatirkan ada virus yang bisa menular. Terlebih, penyebab kematian Paus juga belum diketahui. “Paus ini juga mengalami lecet di beberapa bagian tubuhnya, mungkin karena terhempas gelombang,” katanya sembari mengisyaratkan Paus naas ini diduga mati 24 jam sebelum bangkainya ditemukan.
Sementara itu, pada hari yang sama Senin kemarin, juga ditemukan bangkai anak Paus jenis Pilot terdampar di jangkar sampan milik warga di kawasan Pantai Sampalan, Desa Batununggul, Kecamatan Nusa Penida, Klungkung. Bangkai anak Paus berukuran panjang 2,33 meter dengan tinggi 0,37 meter ini ditemukan terdampar sekitar pukul 09.00 Wita.

Petugas dari Unit Pelaksana Teknis (UPT) Kawasan Konservasi Perairan (KKP) Nusa Penida, Dewa Sanjaya, sempat terjun ke loksi. Setelah dilakukan otopsi kecil, bangkai anak Paus itu langsung dikubur di sekitar Pantai Sampalan, desa Batununggul. “Kami belum mengetahui penyebab pasti kematian anak Paus tersebut, karena sampelnya masih diselidiki,” ujar Kasi TU UPT KKP Nusa Penida, Dewa Yogi Palguna, saat dikonfirmasi NusaBali.

Menurut Yogi Palguna, rentetan kasus kematian Paus yang bangkainya terdampar di perairan Klungkung cukup mengejutkan. Bahkan, beredar rumor kalau kematian Paus diduga karena dampak dari Gerhana Matahari, 9 Maret 2016 lalu. Pasalnya, Paus memiliki sensor yang sangat sensitif terhadap cahaya. 

“Jadi, ketika Paus bertransmigrasi di laut lepas pas siang hari, kemudian tiba-tiba cahaya menjadi gelap dan kembali terpancar sinar cukup terang, maka di sanalah sensoriknya menjadi error. Itu rumor yang saya dengar,” ujar Yogi Palguna. 7 w

Komentar