nusabali

Padukan Dua Laras Gambelan

  • www.nusabali.com-padukan-dua-laras-gambelan

Selain garapan Tabuh Rerangsangan, Sanggar Citta Kelangen juga menampilkan Tari Janji Hanoman yang menggambarkan janji Hanoman kepada Sang Rama

Sanggar Citta Kelangen, Desa Sidakarya


DENPASAR, NusaBali
Ajang Pesta Kesenian Bali (PKB) tidak hanya sebagai ajang pelestarian, namun juga pengembangan. Tidak hanya melulu tradisi, namun sajian kesenian juga dikemas lebih inovatif. Seperti Sanggar Citta Kelangen, Banjar Tengah, Desa Sidakarya, Denpasar Selatan yang mencoba memadukan dua barungan gambelan, yaitu gender wayang dan beberapa gamelan semara pegulingan di Gedung Ksirarnawa, Taman Budaya-Art Center, Denpasar, Senin (2/7) malam.

Sanggar Citta Kelangen menyajikan Tabuh Rerangsangan yang menggambarkan pluralisme dan toleransi sebagai wujud pengakuan atas perbedaan. Kata ‘rerangsang’ sendiri memiliki arti menyelaraskan. Perbedaan yang diselaraskan disimbulkan dengan menggunakan dua barungan gamelan, yakni gender wayang dan beberapa gamelan semara pegulingan. Masing-masing memiliki perbedaan, baik secara bentuk, fisik, teknik tabuhan dan laras. Penyelarasan keduanya menjadi satu sajian yang inovatif.

Pementasan seni inovatif, menurut Kordinator Sanggar Citta Kelangen, I Wayan Rena, memang baru dikenal, namun keberadaannya mendapat perhatian masyarakat beberapa tahun belakangan. Karena tergolong baru, tak jarang masyarakat malah tertarik untuk menontonnya. “Saya berharap pementasan seni inovatif ini menjadi salah satu pemantik tumbuh kembangnya kesenian di Bali. Selain seni tradisi, seni inovatif juga harus tetap dikembangkan sebagai wujud pengembangan terhadap seni dan budaya. Namun, jangan sampai melupakan seni tradisi sebagai cikal-bakalnya,” ungkapnya.

Dalam menggarap sebuah karya inovatif, kata Wayan Rena, juga diperlukan keseriusan dan pendalaman rasa. Tidak lain karena seni inovatif masih bersifat improvisasi, namun tidak melupakan pakem seni. Seperti itu juga yang terjadi saat penggarapan gamelan inovatif Tabuh Rerangsangan. “Penggarap harus benar-benar mampu menyelaraskan beberapa instrument. Misalnya, semara pegulingan yang berlaras pelog dan gender wayang dengan laras selendro. Untuk menyelaraskan itu, memerlukan rasa yang mendalam, agar garapannya selaras namun bisa tetap sesuai pakemnya,” jelasnnya.  

Selain garapan Tabuh Rerangsangan, Sanggar Citta Kelangen juga menampilkan Tari Janji Hanoman yang menggambarkan janji Hanoman kepada Sang Rama. Termasuk menyajikan pula Tari Sintha Labuh Geni yang menceritakan Dewi Sintha yang rela terbakar untuk menunjukkan kesetianya kepada Sang Rama. Garapan inovatif itu nyatanya mampu mengundang antusias pengunjung PKB untuk menonton. Terlihat dari Gedung Ksirarnawa yang penuh sesak. Bahkan tidak sedikit yang rela berdiri demi bisa menonton garapan karya Sanggar Citta Kelangen Banjar Tengah, Desa Sidakarya, Denpasar Selatan itu. *ind

Komentar