nusabali

Denpasar Alami Inflasi 0,38 Persen

  • www.nusabali.com-denpasar-alami-inflasi-038-persen

Denpasar mengalami inflasi 0,38 persen pada Juni lalu. Inflasi ditunjukkan dengan naiknya indeks harga pada tiga kelompok pengeluaran, yaitu kelompok bahan makanan sebesar 1,25 persen, kelompok transfortasi komunikasi, dan jasa keuangan yang mengalami inflasi 0,51 persen dan kelompok perumahan, air, listrik,  gas serta dan bahan bakar sebesar 0,24 persen.

Inflasi Lebaran Terendah sejak 2012

DENPASAR, NusaBali
Kepala Bidang Statistik Distribusi BPS Provinsi Bali I Gede Nyoman Subadri, menyatakan inflasi yang terjadi di kota Denpasar, juga di Singaraja sebesar 0,16 persen pada Juni relatif rendah. Menurut Subadri, faktor hari raya keagamaan, tidak terlalu besar pengaruhnya terhadap inflasi. “Inflasi di Bali lebih sering dipengaruhi oleh faktor musiman,” ujar Subadri.

Faktor musiman yang dimaksud adalah faktor ketersediaan atau ketidaktersediaan komoditas barang kebutuhan. “Kalau musimnya, namun barang dipasar tidak ada, sementara kebutuhan tetap ini memicu terjadinya perubahan harga,” kata Subadri. “Salah satu komoditas yang sering menyumbang inflasi adalah cabe rawit, bawang merah, bawang putih, cabe merah. “Barang- barang itu yang paling sering menyumbang inflasi,” imbuhnya.

TPID (Tim Pengendali Inflasi Daerah) menurut Subadri, rupanya sudah bisa menangkap sinyal dan mengambil ancang-ancang awal dan antisipasi terhadap jenis barang kebutuhan tertentu yang sering memicu inflasi. “Sehingga tidak terjadi gejolak harga yang sampai memicu gejolak inflasi,” kata Subadri.

Kelompok bahan makanan yang mengalami kenaikan harga,  yang menyumbang inflasi pada Juni di antaranya pisang, daging ayam kampung, cabe rawit, daging babi, telor ayam ras. Sedang dari kelompok transfortasi adalah angkutan antar kota.

Sementara itu Kepala BPS Suhariyanto mengatakan laju inflasi pada Lebaran 2018 merupakan yang terendah dibandingkan periode sama sejak 2012. "(Inflasi Lebaran yang rendah) ini merupakan angka menggembirakan. Kami apresiasi kerja keras pemerintah dan BI untuk mengendalikan harga dengan kebijakan," katanya dalam jumpa pers di Jakarta, Senin (2/7).

Suhariyanto mengatakan inflasi periode Lebaran pada Juni 2018 tercatat sebesar 0,59 persen atau lebih rendah dari periode Juli 2016 dan Juni 2017 masing-masing sebesar 0,69 persen. Posisi ini juga jauh lebih baik dari periode Agustus 2012 sebesar 0,95 persen, Agustus 2013 sebesar 1,12 persen serta Juli 2014 dan Juli 2015 masing-masing sebesar 0,93 persen. "Jadi sejak 2011, ini inflasi lebaran yang terendah," kata Suhariyanto.

Suhariyanto mengatakan inflasi yang terkendali pada Juni 2018 ini karena harga-harga komoditas pangan seperti telur, cabai merah, beras dan bawang putih tidak mengalami kenaikan. Meski demikian, tarif angkutan udara maupun tarif angkutan antarkota mengalami kenaikan dan memicu inflasi pada Lebaran 2018 karena tingginya permintaan dari masyarakat. "Secara keseluruhan, inflasi pada periode Juni 2018 dipengaruhi oleh tarif angkutan udara, ikan segar, tarif angkutan antar kota, daging ayam ras dan tarif sewa rumah," ujarnya.

Dari 82 kota Indeks Harga Konsumen, seluruhnya mengalami inflasi, dengan inflasi tertinggi terjadi di Tarakan sebesar 2,71 persen dan inflasi terendah di Medan dan Pekanbaru masing-masing 0,01 persen.

Dengan inflasi pada Juni 2018 sebesar 0,59 persen, maka laju inflasi tahun kalender Januari-Juni tercatat sebesar 1,90 persen dan inflasi tahun ke tahun (yoy) 3,12 persen.  Sementara itu, pemerintah menetapkan asumsi inflasi nasional pada APBN 2018 sebesar 3,5 persen.*k17, ant

Komentar