nusabali

Konsisten Jaga Joged Ajeg Bali

  • www.nusabali.com-konsisten-jaga-joged-ajeg-bali

“Kalau kami dari dulu pakai pakem joged ajeg Bali. Karena inilah seni budaya yang diwariskan ke kita”

Sekaa Joged Werdi Budaya, Ambengan, Sukasada


DENPASAR, NusaBali
Sekaa Joged Werdi Budaya, Desa Ambengan, Sukasada, Buleleng membuat semarak Pesta Kesenian Bali (PKB) ke-40 di Taman Budaya-Art Center, Denpasar, Senin (2/7). Mereka membawakan empat penari joged cantik yang siap mengajak penari untuk berjoged bersama di Panggung Madya Mandala.

Sekaa Joged Werdi Budaya termasuk salah satu joged yang mampu bertahan hingga kini. Berdiri sejak 26 Oktober 2006, sekaa ini tetap eksis, bahkan penabuhnya belum pernah ganti personil. Terlihat kemarin, anggota sekaa tersebut didominasi laki-laki berumur 50 tahun. Hanya penarinya saja yang sering berganti.

Selain itu, di PKB mereka bahkan sudah tampil sebanyak tiga kali. Pertama tahun 2008, mereka membawa joged tradisi era 70-an. Kemudian tahun 2011, mulai menampilkan joged kreasi. Sedangkan tahun ini mereka menampilkan joged tradisi seni pakem.

“Kami berdiri sudah 12 tahun dan belum ada ganti penabuh. Cuma penarinya saja sering berganti, karena menikah. Setelah menikah, mereka kebanyakan tidak diizinkan lagi menari joged,” ujar kelihan Sekaa Joged Werdi Budaya, Jro Putu Sirkayasa.

Ditanya soal joged jaruh, Jro Sirkayasa menegaskan kalau sekaa-nya konsisten menggunakan pakem joged ajeg Bali. Sebenarnya, pihaknya tidak khawatir kehilangan tawaran pekerjaan meskipun tetap memakai pakem. Apalagi joged jaruh saat ini semakin diperhatikan. “Kalau kami dari dulu pakai pakem joged ajeg Bali. Karena inilah seni budaya yang diwariskan ke kita. Banyak joged yang begitu, tapi kami tetap memegang teguh pakem yang ada,” katanya.

Pihaknya pun merasa senang karena joged, terutama joged jaruh semakin diperhatikan oleh tim dari Dinas Kebudayaan Provinsi Bali, Budayawan, MUDP Desa Pakraman, dan Polda Bali. “Joged-joged sudah dibina, kami mengapresiasi hal ini. Karena tampilkan joged juga membawa citra desa sendiri,” imbuhnya.

Sementara Kasi Kesenian Tradisional Dinas Kebudayaan Buleleng, Nyoman Mulyawan mengatakan, kesenian Joged terus diperhatikan dengan pembinaan-pembinaan. Namun menurutnya, Sekaa Joged jarang yang melakukan hal demikian porno. Biasanya, penari lepas yang kadang melakukan hal itu. “Karena tuntutan ekonomi juga, lama tidak diupah, akhirnya menerima permintaan goyang berlebihan seperti itu. Tapi di sekaa tidak ada yang begitu. Lagian, kami selalu libatkan mereka dalan event-event festival selain PKB,” tandasnya. *ind

Komentar