nusabali

Purnabakti, Prof Bakta Mengabdi Lagi

  • www.nusabali.com-purnabakti-prof-bakta-mengabdi-lagi

Acara Gathering Night dihadiri keluarga, para rekan dan sahabatnya sesama dokter maupun dalam organisasi lain. Termasuk I Wayan Koster, Gubernur Bali terpilih pada Pilgub Bali 2018.

DENPASAR, NusaBali
Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Udayana (Unud), Prof Dr dr I Made Bakta SpPD-KHOM memasuki masa purnabakti per 1 Juli 2018 pada usia 70 tahun. Namun, dedikasinya masih sangat dibutuhkan oleh Unud. Oleh rektor, Prof Bakta pun kembali diminta untuk mengabdi hingga usia 79 tahun.

“Tanggal 28 Juni kemarin sudah berumur 70 tahun, per 1 Juli sudah purnabakti. Namun, Bu Rektor sudah menandatangani pengangkatan kembali sebagai guru besar Emeritus (guru besar yang pensiun namun diangkat kembali). Mudah-mudahan selalu diberikan kesehatan agar bisa terus mengabdi,” ujar Prof Bakta kepada NusaBali usai acara Gathering Night, 42 tahun masa pengabdiannya di Harris Pop Hotel dan Convention Denpasar, Sabtu (30/6) malam.

Guru Besar kelahiran Denpasar, 28 Juni 1948 itu mengatakan, kecintaannya pada ilmu membuatnya tetap mengabdikan diri. Harapannya, Unud harus bisa lebih maju, minimal bisa menjadi 10 besar universitas ternama di Indonesia. Bukan saja mengabdi pada Unud, kini Prof Bakta juga mengabdikan diri di Institut Ilmu Kesehatan Medika Persada Bali sejak tahun 2015. 

“Saya mengabdi kembali untuk mendidik calon-calon spesialis penyakit dalam dan ahli onkologi, karena tenaga kami masih dibutuhkan. Kami mendirikan di Institut Ilmu Kesehatan Medika Persada Bali. Karena kecintaan kami pada ilmu, membuat kami tetap mengabdi,” jelas putra dari pasangan (alm) I Wayan Kanten dan (alm) Ni Ketut Masri ini.

Karir Prof Bakta diawali menjadi dosen bagian penyakit dalam tahun 1976-1982. Barulah diangkat menjadi dosen bagian penyakit dalam mulai tahun 1982. Sempat pula menjadi Kepala Divisi Hematology tahun 1984. Karirnya kemudian menanjak menjadi Kepala Bagian Penyakit Dalam FK Unud, hingga Ketua Program Studi S3 Unud.

Sejak tahun 2000, karirnya kian menanjak jadi Direktur Progra, Pasca Sarjana Unud hingga tahun 2005. Karirnya mencapai puncak setelah menjadi rektor selama dua kali periode, 2005-2013. “Selama 8 tahun jadi Rektor, kami membangun dua fakultas yang sebelumnya belum ada, yaitu FISIP dan Fakultas Perikanan dan Kelautan sekitar tahun 2011-2012. Kami mendirikan, dan langsung menjadi dekannya sekaligus pada dua fakultas itu,” cerita ayah tiga anak dari pernikahannya dengan Ni Nyoman Sriani.

Setelah lengser menjadi rektor Unud, Prof Bakta pun berkiprah menjadi rektor di di Institut Ilmu Kesehatan Medika Persada Bali mulai tahun 2015 hingga sekarang. Harapan kami, Institut yang kami dirikan bisa stabil dan madiri, sehingga bisa menghasilkan lulusan yang dibutuhkan oleh masyarakat. Kami baru, dan masih butuh banyak pembenahan,” jelas lulusan doktor FK Unair tahun 1989-1993.

Di usianya yang kian senja, Prof Bakta masih terlihat bugar. Rahasianya, jalani hidup seperti air yang mengalir. Hasilnya pasrahkan kepada Tuhan. “Saya kira dinamika hidup itu berjalan sekali. Kalau kita menghadapi tantangan jangan terlalu sedih, kalau kita mendapat hasil jangan terlalu gembira, sehingga emosi kita tidak labil,” katanya.

Prof Bakta juga mengaku rutin membaca buku Bhagawad Gita sejak tahun 1982. “Jadi kebiasan, kalau tidak baca Bhagawad Gita rasanya seolah tidak minum air. Meskipun saya belum cukup mengerti, tetapi melihat pancarannya bisa masuk ke dalam otak saya, meskipun secara harfiah,” imbuhnya.

Acara Gathering Night dihadiri keluarga, para rekan dan sahabatnya sesama dokter maupun dalam organisasi lain. Termasuk I Wayan Koster, Gubernur Bali terpilih pada Pilgub Bali 2018. Mereka berdua bahkan bersahabat sejak lama. “Saya sudah sejak lama bersahabat, awet dari dulu. Kalau beliau yang ngundang, saya tidak pernah absen untuk hadir, dimanapun beliau mengundang saya. Kita masih sangat membutuhkan orang-orang seperti Prof Bakta untuk membangun Bali,” kata Koster saat menghadiri acara Prof Bakta, malam itu. *ind

Komentar