nusabali

Disnaker Tunggu Kabar BP3TKI

  • www.nusabali.com-disnaker-tunggu-kabar-bp3tki

Orangtua korban memilih kremasi di Turki lantaran tidak memiliki uang untuk biaya pemulangan jenazah anaknya.

TKW Asal Desa Pacung Meninggal di Turki

SINGARAJA, NusaBali
Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) Kabupaten Buleleng telah berkoordinasi dengan Balai Pelayanan, Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BP3TKI), terkait upaya pemulangan jenazah Made Pariani, 33, tenaga kerja wanita asal Desa Pacung, Kecamatan Tejakula yang meninggal di Negara Turki.

Karena sejauh ini, Dinaskertrans juga tidak memiliki data terkait dengan TKW Made Pariani. “Kita sudah kontak dengan BP3TKI, untuk sementara kami masih mencari informasi data-data terkait dengan TKW tersebut. Apakah korban berangkat melalui agen resmi atau berangkat secara mandiri,” terang Kepala Disnakertras Buleleng, Ni Made Dwi Priyanti Koriawan, dikonfirmasi Rabu (27/6).

Masih kata Kepala Disnaker Dwi Priyanti, tenaga kerja yang meninggal di luar negeri,jenazahnya bisa dipulangkan secepatnya ketika semua dokumennya lengkap. Namun ketika tidak lengkap, maka perlu proses yang agak panjang. Karena itu, pihaknya berharap setelah berkoordinasi dengan BP3TKI, mendapat penjelasan lebih lanjut dari BP3TKI. “Kami masih tunggu informasi dari BP3TKI, karena BP3TKI juga sedang berkoordinasi dengan pihak kedutaan di Turki, apakah korban terdaftar atau tidak dan seperti apa pemulangannya nanti,” jelasnya.

Dwi Priyanti mengaku, pihaknya akan mematangkan lagi koordinasi dengan BP3TKI, Kamis (28/6) hari ini, karena Rabu (27/6) masih suasana libur. Untuk sementara TKW Pariani diketahui meninggal karena menderita sakit meningitis dan paru-paru. “Kami juga nanti akan mencari data ke orangtuanya di Desa Pacung, karena ada disebutkan kalau persyaratannya sudah lengkap. Seperti apa persyaratannya itu, kita akan tanya nanti orangtuanya,” kata Dwi Priyanti.

Sebelumnya, Ni Kadek Pariani, 32 asal Desa Pacung, Kecamatan Tejakula, Buleleng, dikabarkan meninggal di Negara Turki-tempatnya bekerja. Pariani meninggal setelah mendapat perawatan beberapa hari di sebuah rumah sakit. Hingga kini, pihak keluarga belum bisa memulangkan jenazah Pariani, karena kesulitan biaya.

Pariani bekerja sebagai tenaga spa terapis di Turki, sudah hampir setahun. Ia berangkat ke Turki sekitar Juni 2017. Namun, agen yang memberangkatkan Pariani belum jelas. Pihak orangtua Pariani mendapat kabar kematian anaknya, dari salah satu kerabat Pariani yang juga bekerja di Turki sebagai spa terapis. Orangtua Pariani, Wayan Kariada, 55 mengaku, belum mendapat kejelasan kepulangan anak keduanya itu. Dikatakan, jika sampai membutuhkan biaya sampai Rp 3.000.000 untuk proses pemulangan anaknya, lebih baik anaknya dikremasi di Turki. Karena,  Kariada mengaku sama sekali tidak punya uang. “Kalau diminta biaya Rp 1 juta sampai Rp 3 juta, lebih baik anak saya dikremasi di sana (Turki), uangnya bisa saya pakai buat upacara di sini,” katanya. *k19

Komentar