nusabali

Mensyukuri Anugerah Hidup Wawalungan

  • www.nusabali.com-mensyukuri-anugerah-hidup-wawalungan

Berdasarkan sejarah yang diwarisi secara turun temurun, tradisi ini diperkirakan bermula dari aktivitas para pengembala sapi.

Tradisi Aci Keburan di Pura Hyang Api Kelusa

GIANYAR,  NusaBali
Aci Keburan, salah satu tradisi ritual khas di Pura Hyang Api, Desa Pakraman Kelusa, Desa Kelusa, Kecamatan Payangan, Gianyar. Aci atau persembahan ini dilaksanakan bertepatan dengan hari suci Kuningan, Saniscara Kliwon Kuningan. Berlangsung selama 42 hari. Kali ini akan berlangsung pada Hari Kuningan, Sabtu (9/6) sampai Tumpek Krulut, Saniscara Kliwon Krulut, Sabtu (14/7).

Selama lima hari berturut-turut sejak Hari Kuningan sampai Kamis (14/6), atau Ngeliwon, selanjutnya digelar setiap kliwon atau lima hari sekali sampai nyineb Ida Bhatara saat Tumpek Krulut. Bendesa Pakraman Kelusa I Nyoman Suarka menjelaskan, secara etimologi Aci Keburan ini bermakna persembahan keburan. Kata ‘Kebur’ dalam bahasa Bali,  merupakan perubahan bunyi dari kata ‘keber’ yang artinya terbang. 

Sementara berdasarkan sejarah yang diwarisi secara turun temurun, tradisi ini diperkirakan bermula dari aktivitas para pengembala sapi. Bahwasanya,  saat istirahat mengembala,  mereka duduk berteduh di wantilan areal Pura Hyang Api. Sebagai selingan, dipetiklah daun jarak untuk dimainkan. Ada pula penambahan duri pohon salak, sehingga permainan adu daun jarak ini menjadi seru. Seiring berjalannya waktu, daun jarak itupun berganti menjadi ayam jantan yang dipasangi taji pada kakinya. 

Dipilihnya ayam jantan, karena termasuk bangsa burung yang paling pas untuk dilagakan. Nyoman Suarka menegaskan, Aci Keburan ini bukan tajen yang identik dengan judi. Justru tradisi ini diyakini sebagai upacara yang memberi anugerah keselamatan pada wawalungan atau berbagai jenis hewan maupun binatang. Baik yang dipelihara maupun hewan secara umum. 

"Mereka yang datang mengikuti Aci Keburan  adalah krama yang membayar kaul atau sesangi," jelas Nyoman Suarka saat ditemui di kediamannya, Kamis (7/6).

Menariknya, jumlah pamedek yang datang mengikuti Aci Keburan ini selalu bertambah dari waktu ke waktu. Mereka masing-masing membawa ayam jago."Saat ini hampir dari seluruh Bali datang. Ada juga dari Lombok dan Kalimantan," ungkap pria kelahiran 16 Mei 1965 ini. Dijelaskan saat Kuningan dan Umanis Kuningan tradisi ini digelar mulai pukul 04.00 Wita sampai pukul 11.00 Wita. Selanjutnya, hingga Tumpek Krulut pelaksanaan Aci Keburan dimulai pukul 05.30 Wita - 10.30 Wita. 

Penetapan waktu ini,  sudah pula diwarisi secara turun temurun.  "Tanpa komando,  Aci Keburan dimulai.  Tanpa komando pula Aci Keburan selesai," jelasnya.

Kata Suarka, tradisi ini berjalan begitu saja. Pamedek yang tangkil akan melakukan persembahyangan terlebih dahulu. Kemudian berkumpul di sekitar wantilan, dengan membawa seekor ayam jago di tangan. Jika tajen biasanya mengadu dua ekor ayam jago sekali berlaga. Namun berbeda dengan Aci Keburan. Sekitar 100 - 200 pamedek sekaligus mengadu ayam mereka. Tampaklah suasana kemeriahan dalam tradisi ini. Pun tidak ada istilah kalah menang ketika laga berakhir. "Ayam yang kalah istilahnya dihaturkan, sedangkan ayam yang menang istilahnya dapat nunas," jelasnya.

Dalam berlaga ini pun, tidak saling taruhan. Dan bagi pamedek yang berkeinginan menghaturkan dana punia, disediakan kotak sesari. "Setelah berlaga, pamedek yang nunas akan berdoa mengucap syukur. Sementara pamedek yang ngaturang, tetap merasa gembira karena sudah bayar kaul dengan ikut Aci Keburan. Jadi mereka sama-sama gembira, suka cita, tidak ada kalah menang. 

Mereka percaya, Ida Bhatara yang berstana yakni Ida Bhatara Agnijaya (Dewa Brahma) menganugerahkan keselamatan pada manusia, hewan dan tumbuh-tumbuhan," jelas suami dari Ni Nyoman Suriasih ini. Kaul atau sesangi yang dimaksud, cukup beragam dari masing-masing pamedek. 

"Dominan sesanginya bahwa jika hewan yang sakit bisa sehat, pamedek itu berjanji akan tangkil. Ada pula saat Kuningan enam bulan lalu, pasangan suami istri datang sembahyang. Katanya, sempat berkaul jika anak prematurnya yang sedang sekarat bisa sehat, maka akan tangkil ke pura.  Nah setelah terkabul,  mereka pun datang mengajak serta anaknya," jelas Bendesa periode 2015-2020 ini. 7nvi

Komentar