nusabali

Wakil Ketua Komisi III DPRD Klungkung Tutup Usia

  • www.nusabali.com-wakil-ketua-komisi-iii-dprd-klungkung-tutup-usia

“Waktu nunas tirta di Pura Prajapati, saya percikkan tirta, lalu keluar seekor ulat bulu. Waktu itu di ruangan ICU yang steril, ini aneh sekali. Dokter dan perawat juga heran, karena ini tidak bisa diterima oleh akal sehat,” ungkap Martini.

I Nyoman Sukanadha meninggal saat Otonannya, Koma Sejak Penampahan Galungan.

DENPASAR, NusaBali
Wakil Ketua Komisi III Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Klungkung Drs I Nyoman Sukanadha MSi, 64, tutup usia pada Jumat (8/6) sekitar pukul 19.00 Wita, setelah selama tiga bulan menjalani perawatan di ICU RSUP Sanglah, Denpasar. Jenazah politisi dari Fraksi Gerindra itu kini disemayamkan di Rumah Suka Duka Kerta Semadhi, Jalan Cargo Permai, Ubung Kaja, Denpasar mulai Sabtu (9/6).

Suasana sedih menyelimuti keluarga alamarhum. Ditemui di Rumah Suka Duka Kerta Semadhi, anak ketiga almarhum, dr Komang Wahyunita Premani SKed AAAK, menceritakan, sudah tiga bulan terakhir ayahnya dirawat di RSUP Sanglah karena didiagnosa menderita urosepsis. Dalam istilah medis, urosepsis adalah infeksi sistemik yang terjadi pada saluran kencing. Pada 6 Maret 2018, telah dilakukan operasi batu pada saluran kencingnya.

“Awalnya operasi batu pada saluran kencingnya. Dari hasil stenografi dan rontgen kelihatan ada batu tapi kecil. Sebenarnya tidak perlu dioperasi. Perlu banyak minum dan olahraga saja. Tapi bapak menginginkan operasi, sedangkan dari anak-anak dan menantu tidak menginginkan operasi, karena bapak punya riwayat gula dan jantung,” tuturnya kepada NusaBali.

Usai operasi pada 6 Maret, keesokan harinya kondisi politisi asal Banjar Kawan, Desa Besan, Kecamatan Dawan, Klungkung, itu sempat membaik. Namun 8 Maret sang ayah mengalami nyeri perut yang hebat, dan mengeluarkan batu lagi pada saluran kencingnya dengan ukuran lebih besar dari semula. “Ini menjadi komplikasi ginjal dan paru, karena tidak bisa mengeluarkan produksi urine. Selama satu bulan pertama dirawat, malah tidak bisa pipis, tidak ada produksi kencing, sampai-sampai setiap hari harus hemodialisa. Bulan kedua, bisa pipis sedikit, BAB-nya juga sedikit,” kata Wahyunita Permani.

Berbagai upaya dilakukan oleh istri, anak, menantu, dan keluarga. Bahkan mereka sampai mencari obat hingga ke Singapura. Istri almarhum, Ni Nyoman Martini SSos, juga memohon kesembuhan secara rohani dari Pura Prajapati di desa. Saat memercikkan tirta yang didapat dari Pura Prajapati, terjadi keanehan. Keluar ulat dari dahi almarhum. 

“Waktu nunas tirta di Pura Prajapati, saya percikkan tirta, lalu keluar seekor ulat bulu. Waktu itu di ruangan ICU yang steril, ini aneh sekali. Dokter dan perawat juga heran, karena ini tidak bisa diterima oleh akal sehat,” ungkap Martini.

Selama tiga bulan dirawat, almarhum sempat lima kali tidak sadarkan diri. Yang kelima merupakan koma yang cukup menyedihkan. Almarhum koma sejak Penampahan Galungan hingga menghembuskan nafas terakhir pada Penampahan Kuningan. Sedihnya, politisi kelahiran 31 Desember 1954, itu kata sang istri, meninggal pada saat hari otonannya (hari lahir Bali), Sukra Wage Kuningan yakni Penampahan Kuningan. Ini membuat Martini tak henti menitikkan air mata.

Martini sangat sedih kehilangan belahan jiwanya. Mulai dari nol dia membangun kehidupan bersama-sama, hingga berhasil menyekolahkan anak-anaknya. Almarhum meninggalkan satu istri, Ni Nyoman Martini SSos, dan empat anak, dr W Enny Sukmawati SKed, dr Kadek Yoga Premana SKed SpOT, dr Komang Wahyunita Premani SKed AAAK, dr Ketut Erna Bagiari SKed SpJP, serta 11 cucu. Keempat anak almarhum semuanya menjadi dokter. Di mata Martini, almarhum tidak pernah marah kepada anak dan istri. “Dia tidak pernah keras sama anak, hanya memberikan anak-anak motivasi. Karena hanya anak pintar yang bisa dapat sekolah dengan mudah. Mimpinya punya klinik. Sudah dibuat hampir selesai 75 persen, tapi beliau sudah tiada sekarang,” tuturnya.

Sebelum menjadi anggota DPRD, almarhum mengabdi sejak 1979 di Pemkab Gianyar. Almarhum belasan tahun mengabdi jadi asisten bupati. Jabatan terakhirnya hingga pensiun adalah Kepala Badan Pelayanan Perizinan Terpadu (BPPT) Kabupaten Gianyar. Selama menjabat PNS, almarhum terkenal disiplin. “Bapak tidak pernah sekalipun ngambil cuti selama jadi PNS. Disiplin, tidak pernah menunda pekerjaan,” kata Martini.

Setelah pensiun, almarhum berniat mengabdikan diri untuk tanah kelahirannya. Makanya Nyoman Sukanadha memilih jalan dengan menjadi anggota DPRD Klungkung. Menariknya, sang istri tidak pernah merasakan gaji yang didapat almarhum dari DPRD Klungkung itu. Sebab gaji yang didapat diberikan lagi kepada masyarakat. Terutama ketika masyarakat di Desa Besan ada yang memiliki hajatan pernikahan, atau ada acara duka kematian. Bahkan terhadap masyarakat yang tidak mendukungnya, alamarhum tidak membeda-bedakan. “Bisa ditanyakan ke Desa Besan. 

Kalau ada orang nikah, gaji dari DPRD-nya itu disumbangkan ke mereka, dalam bentuk bantuan minuman (keperluan resepsi). Kalau ada yang meninggal, bapak kasih uang duka dari uang gajinya. Dia rela, karena memang itu tujuannya untuk tabungan di akhirat, yakni bisa membahagiakan orang lain,” tandasnya.

Sementara itu upacara Ngaben, Ngeroras, dan Nuntun akan dilaksanakan pada Sukra Paing Pahang, Jumat (6/7) mendatang. Sebab dalam hitungan dewasa ayu, belum ada hari baik dalam waktu dekat-dekat ini. Sehingga, buat sementara jenazah disemayamkan di Rumah Suka Duka Kertha Semadi, Jalan Cargo Permai, Ubung Kaja, Denpasar. Barulah 4 Juli diberangkatkan ke kampung halaman di Banjar Kawan, Desa Besan, Dawan, Klungkung.

Sementara itu, Ketua DPC Gerindra Klungkung I Wayan Baru, mengatakan sosok Nyoman Sukanadha adalah orang yang pintar, bersemangat, dan gigih, terutama dalam memperjuangkan aspirasi masyarakat. “Saya sebagai ketua DPC sangat merasa kehilangan dan sangat terpukul kehilangan kader terbaik saya,” ujar pria yang juga menjabat sebagai Ketua DPRD Klungkung, ini. Kata dia, Sukanadha sudah direncanakan pada Pilkada Klungkung 2023 mendatang maju ke eksekutif. “Kita sudah membahas ini dengan beliau, rencananya sebagai bupati/wakil bupati,” ujarnya. 

Atas keteladanan dan perjuangan yang sudah dilakukan Sukanadha, masyarakat Desa Besan merasa sangat kehilangan. “Saya sebagai masyarakat sangat kehilangan sosok beliau. Selain sudah berjuang memajukan desa, beliau juga dikenal sangat bares (pemurah),” ujar masyarakat Desa Besan, I Gede Agus Ovan Diputra, 29. 7 ind, wan

Komentar