nusabali

LENTERA : Mengolah Luka Menjadi Cahaya

  • www.nusabali.com-lentera-mengolah-luka-menjadi-cahaya

MENGACU pada temuan Dr Judith Orloff dalam The Empath Survival Guide, seperlima manusia di muka bumi ternyata empath, yakni sejenis manusia yang memiliki benih-benih empati jauh lebih banyak dari orang kebanyakan.

Yang perlu diwaspadai, manusia jenis ini mudah luka. Berita baiknya, kaum empath paling berpo-tensi untuk bisa diajak menerangi dunia. Masa kecil yang penuh luka, cepat merasa kasihan terhadap orang lain, ketika kanak-kanak lebih sering menangis dibandingkan anak lain, tidak jarang disebut cengeng, orangtua berkali-kali memberi nasihat agar yang bersangkutan lebih kuat menghadapi kehidupan, sering tersentuh mendengar penderitaan dunia. Itulah sebagian tanda kalau seseorang itu empath.

Agar tidak bertumbuh menjadi jiwa dengan sejuta luka, sebaliknya bertumbuh menjadi pembawa cahaya, seawal mungkin latih diri untuk menggunakan perasaan sebagai kompas perjalanan. Begitu sebuah tempat memunculkan rasa resah dan gelisah, itu tanda kalau di sana ada banyak vampir energi. Menjauh bersama punggung bersahabat adalah pilihan yang paling menyehatkan.

Ciri lain kaum empath khususnya introvert empath , ia memerlukan lebih sedikit pemancing dari luar seperti pesta agar bahagia. Ia lebih aman dan nyaman dalam kesendirian. Sering menemukan kebahagiaan mendalam, bahkan dari hal-hal kecil seperti udara segar. Pada saat yang sama, keramaian lebih banyak menguras energi dibandingkan menambah energi.

Untuk itu, kesendirian yang ditemani ke-u-Tuhan (baca: di mana ada kelebihan, di sana ada kekurangan) adalah rumah terindahnya kaum empath. Rasa berkecukupan adalah nutrisi jiwa yang paling menenteramkan. Lebih bagus lagi kalau bisa mengolah luka jiwa menjadi benih cahaya saat tumbuh di tengah kesendirian.

Sebagai bahan renungan, kehidupan sebagian dibentuk oleh kisah-kisah yang ditulis seseorang di dalam. Agar sembuh dan tumbuh, belajar menjauh dari orang-orang yang menulis kisah buruk dalam hidup Anda, terutama melalui kata-kata yang tidak sehat. Bersamaan dengan itu, tulis ulang kisah hidup Anda. Setidaknya, bikin daftar hal-hal yang layak disyukuri atau hal-hal indah yang pernah dilakukan.

Meminjam temuan psikolog Carl Jung, perasaan-perasaan yang ditekan lama akan mengikuti seseorang sebagai bayangan. Ia akan muncul dalam bentuk bad mood, rasa sedih, atau malah sakit. Yang disarankan, belajar mengolah bayangan menjadi permata spiritual. Persisnya, kita memerlukan kegelapan agar bisa melihat keindahan cahaya. Manusia memerlukan bayangan kesedihan untuk bisa mengerti kedalaman kebahagiaan kemudian.

Sebagai bekal spiritual untuk para empath, di sepanjang perjalanan Anda punya tanda-tanda petunjuk jalan. Di siang hari, petunjuk jalannya adalah synchronicities (kebetulan-kebetulan yang penuh makna). Dan, synchronicities akan lebih sering muncul kalau seseorang melaksanakan panggilan kesehariannya sedikit lebih lambat, sekaligus penuh kesadaran. Di malam hari, marka jalannya adalah lucid dreaming (mimpi yang terang).

Agar daya ciptanya kuat dan hebat, bayangkan hidup yang terang benderang di mata ketiga (di antara dua alis) dan sekaligus ikhlaskan hasilnya di ulu hati. Sebuah ramuan spiritual yang sangat menyembuhkan. Tidak sedikit manusia yang menemukan rumah indah dengan cara ini.

Pendekatan lain, di tulang punggung tersimpan energi kundalini. Lihat tulang punggung sebagai seruling sangat indah. Kemudian, tiup dari arah bawah menggunakan gema AUM. Dekati matahari berwarna ungu yang berlokasi di mata ketiga. Siapa saja yang bisa menyentuh matahari terakhir, dia sudah boleh menjadi pembawa cahaya.

Sebagaimana diwariskan YM Dalai Lama, “Empati adalah kualitas manusia sejati. Sekaligus obat yang paling dibutuhkan dunia saat ini!" Berbekalkan pesan ini, datangilah keramaian bersama sepasang tangan yang penuh pelayanan, sepasang bibir yang penuh senyuman, serta sepasang mata yang penuh penerimaan. 7 *)

Gede Prama

Komentar