nusabali

Rayakan Harkitnas, PGRI Karangasem Gelar Bedah Buku

  • www.nusabali.com-rayakan-harkitnas-pgri-karangasem-gelar-bedah-buku

PGRI Karangasem membedah lima buku karya guru berprestasi di Gedung UKM Center Jalan Gajah Mada Amlapura, Minggu (20/5).

AMLAPURA, NusaBali
Bedah buku ini bertujuan memotivasi para guru menulis bulu serta rayakan Hari Kebangkitan Nasional (Harkitnas). Bedah buku juga diisi pameran buku karya para guru di Karangasem. Ratusan guru membeli buku tersebut karena dinilai cocok untuk pengembangan profesi guru.

Moderator bedah buku itu yakni I Gede Ariyasa, I Made Regeg, Ida Bagus Nyoman Japa, I Komang Warsa, dan Ida Bagus Wayan Widiasa Keniten. Buku berjudul Guru Profesional yang ditulis Ida Bagus Nyoman Japa dibedah Ida Bagus Wayan Widiasa Keniten. Ida Bagus Wayan Widiasa Keniten memaparkan buku setebal 97 halaman cocok dibaca berbagai kalangan, mulai dari guru, kepala sekolah, dan pengawas. Sehingga nantinya mampu menguatkan kemampuan profesi guru dalam menjalankan tugasnya dan diharapkan mampu menulis buku. “Sehingga muncul semangat membuat buku. Satu guru minimal buat satu buku,” kata IBW Widiasa Keniten.

Sementara Ida Bagus Nyoman Japa membedah buku berjudul Jurus Melawan Penyakit Guru yang disusun I Made Regeg. Ada 20 jenis penyakit guru yang diperkenalkan dalam bentuk singkatan yang menghibur. Misalnya lanjut IB Nyoman Japa, penyakit asam urat (asal sampai materi urutan tak masalah), rematik (rendah motivasi anak tak simpatik), diabetes (di hadapan anak bekerja tidak serius) dan sebagainya. Sedangkan I Komang Warsa membedah buku Kearifan Ala Bali yang disusun I Gede Ariyasa. Buku kumpulan esai yang mengangkat kearifan Bali itu telah terbiasa dipraktikkan masyarakat, hanya saja filosofinya dan esensinya perlu dipahami.

Dua buku lainnya yakni Gunung Agung dalam Goresan Pena Guru dan Memahami Siswa Menuju Guru Profesional disusun Ida Bagus Nyoman Japa. I Gede Ariyasa mengatakan buku Gunung Agung dalam Goresan Pena Guru merupakan antologi sumbangan 19 penulis. “Bagi guru dan masyarakat umum tidak mengetahui perkembangan Gunung Agung saat erupsi, mulai tahun 2017 hingga tahun 2018, telah terangkum dalam buku ini,” kata I Gede Ariyasa.

Dalam buku itu juga memuat sejarah meletusnya Gunung Agung, juga memuat keikhlasan Gunung Agung yang terus menerus memberikan kehidupan. “Pasir dan batu terus digali, Gunung Agung tidak pernah mengeluh. Buku itu juga bisa untuk referensi mengajar di sekolah dan sebagai pedoman menulis buku,” jelas I Gede Ariyasa. Dikatakan, kelima buku yang dibedah merupakan terbitan Pustaka Ekspresi Tabanan. *k16

Komentar