nusabali

Keindahan Bali dari Duda Timur

  • www.nusabali.com-keindahan-bali-dari-duda-timur

Pelestarian seni budaya Bali kini tak hanya dilakoni masyarakat Bali perkotaan.

Tari Masayuban, Kreasi Mahasiswa KKN ISI 2017

AMLAPURA, NusaBali
Warga di desa-desa pinggiran kini intens menggeluti budayanya, khusus tari-tarian. Di Desa Duda Timur, Kecamatan Selat, Karangasem, misalnya. Warga di desa ini belajar menari dalam wadah Sanggar Semara Ratih Mulatsarira, Banjar Wates Tengah, Desa Duda Timur. Latihannya setiap hari Sabtu-Minggu. Beragam seni tari lepas diperdalam kalangan remaja, termasuk Tari Maskot Desa Duda Timur, yang diberi nama Tari Masayuban.

Aktivitas seni itu juga merupakan bagian dari program desa yang keberlangsungannya didanai dana desa, yang berasal dari BKK Provinsi Bali. Dengan memberdayakan kalangan remaja dari 9 banjar: Pesangkan, Juuk Legi, Pesangkan Anyar, Wates Tengah, Wates Kaja, Wates Kangin, Putung,  Pateh dan Batu Gede. Tari Masayuban merupakan garapan terbaru, atas arahan dari mahasiswa ISI Denpasar saat menggelar acara KKN di Desa Duda Timur tahun 2017, sebagai motivasi awal dalam upaya memiliki tari maskot tersebut.

Mahasiswa KKN yang menanamkan dasar-dasar tarian, berikut dipadukan dengan seni tabuh, latihannya hanya 20 hari. Tari Masayuban yang menceritakan proses panen buah salak, hingga mengemas hasil bumi tersebut, langsung dipentaskan di acara perpisahan KKN ISI Denpasar di Gedung UKM Center Jalan Gajah Mada Amlapura tahun 2017.

Dipilihnya tema panen salak, mengingat Desa Duda Timur, merupakan daerah agraris yang mana masyarakatnya dominan berkebun salak. Untuk keberlangsungan latihan di Sanggar Semara Ratih Mulatsarira, diasuh I Gusti Ayu Ratih Damayanti.

Tari Masayuban tersebut dipentaskan hanya sekitar 10 menit, tetapi telah mampu menggambarkan aktivitas petani kebun salak di Desa Duda Timur, dari awal menanam, memelihara, memasang pagar kebun, hingga memanen. Semuanya dituangkan dalam bentuk karya seni tari.

Enam penari yang membawakan tarian itu berseragam kain poleng stelan kain putih, lengkap dengan membawa bakul poleng. Keenam penari itu Ni Kadek Eka Hirmayanti siswi kelas XI IPB SMAN Selat, Ni Komang Ayu Widiastuti siswi kelas VIIIi SMPN 2 Selat, Ni Luh Eka Era Kurniawati siswi kelas IXe SMPN 2 Selat, I Gusti Ayu Putri Triyanti siswi kelas XI Ilmu Pengetahuan Sosial 1 SMAN Selat, Ni Nyoman Neni Yurianti siswi kelas IX/f SMPN 2 Selat dan I Gusti Ayu Putri Setiyawati siswi kelas XII IPS2 SMAN Selat.

Mereka selalu merasa bangga bisa membawa keindahan alam Desa Duda Timur, lewat Tari Maskot Masayuban, ke hadapan publik. Terlebih lagi tarian itu ada sinopsisnya, sehingga setiap penonton dengan mudah memahami maksud dari setiap gerak tari yang dibawakan para remaja itu.

Sebenarnya puluhan remaja lainnya juga telah mahir menarikan Tari Masayuban, dari berbagai jenjang generasi. Tujuannya agar di kemudian hari, jika penari angkatan pertama berhalangan, ada penggantinya. Atau penarinya telah tamat sekolah, kemudian melanjutkan ke luar Karangasem masih ada penari yang masih sekolah dan tinggal di kampung itu. Sehingga di setiap ada acara-acara kedinasan di Desa Duda Timur, Tari Masayuban, dijadikan tarian menyambut tamu.

Pembina I Gusti Ayu Ratih Damayanti mengatakan, para penari yang menarikan Tari Masayuban tersebut rata-rata telah berpengalaman sebagai penari lepas. "Makanya lebih mudah mengarahkan untuk penguasaan Tari Masayuban, karena sebelumnya telah memiliki dasar-dasar kuat untuk menari," jelas I Gusti Ayu Ratih Damayanti, ditemui di Objek Wisata Putung, Banjar Putung, Desa Duda Timur, Kecamatan Selat, Karangasem, Rabu (16/5), usai pementasan Tari Masayuban, di sela-sela acara penerimaan dua Muri Smart Desa untuk Perbekel Duda Timur I Gede Pawana.

Penari Ni Kadek Eka Hirmayanti mengatakan, awalnya bergabung di Sanggar Tari Semara Ratih Mulatsarira, belakangan ada program baru untuk menguasai tari maskot Desa Duda Timur, maka ikut memperdalam tarian itu, yang mulanya dilatih mahasiswa ISI Denpasar. Setelah seluruh rangkaian tarian dikuasai, tinggal memperdalam. "Saya merasakan tidak lama mempelajarinya," kata Ni Kadek Eka Hirmayanti.

Penari Ni Luh Era Kurniawati juga mengatakan demikian. "Kami dipilih menarikan, Tari Masayuban itu, kan kebetulan tinggi badan dengan penari lainnya ada keserasian. Sehingga saat menari terlihat kompak," katanya.

I Gusti Ayu Putri Setiyawati yang telah duduk di kelas XII SMA, mengaku tidak khawatir kelanjutan Tari Masayuban itu, walau dirinya segera menamatkan sekolah. "Kan banyak ada generasi di belakang saya, terutama adik-adik siswa SMP, juga telah menguasai tarian itu. Jadinya tarian maskot tetap lestari dan berkesinambungan. Apalagi didukung program Desa Duda Timur," katanya. *k16

Komentar