nusabali

Empat CEO Unicorn Buka Rahasia di Nusa Dua

  • www.nusabali.com-empat-ceo-unicorn-buka-rahasia-di-nusa-dua

Mayoritas startup mengalami kegagalan, karena itulah kisah sukses founder Go-Jek, Traveloka, Tokopedia dan Bukalapak dijadikan inspirasi.

NUSA DUA, NusaBali

Empat brand  dalam negeri yang famous di jagat bisnis dunia maya satu panggung dan memotivasi bagi start up pemula dalam acara ‘The 1st Next Indonesia Unicorn (NextICorn) International Summit’. CEO Go-Jek Nadiem Makarim, CEO Traveloka Ferry Unardi, CEO Tokopedia William Tanuwijaya, dan CEO Bukalapak Achmad Zaky membuka kiat sukses dalam acara yang digagas Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo).

Kehadiran empat sosok muda sukses luar biasa di hadapan ratusan start up pemula yang memadati Bali Nusa Dua Convention Centre (BNDCC), Rabu (9/5) ini dianggap bisa menginspirasi tumbuhnya startup papan atas di tanah air. “Harus diakui bahwa rasio kegagalan startup di atas 90 persen,” kata Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Thomas Lembong yang juga menjadi pembicara dalam forum yang mendeklarasikan Indonesia as A Digital Paradise tersebut.

Nadiem Makarim menceritakan bagaimana dia memiliki banyak kegelisahan dalam layanan transportasi dan logistik hingga memunculkan ide Go-Jek. "Saya tak pernah membayangkan kesuksesan, yang ada hanya kecemasan dan berupaya memperbaiki keadaan. Setelah itu kami kaget dengan respons pasar Indonesia yang begitu cepat," kata Nadiem.

Nadiem memberikan tiga tips untuk para startup yakni pemodal bukan nomor satu, harus mempercayai orang lain, dan jangan pernah mengambil keputusan saat ketakutan. "Saat ambil keputusan ketika ketakutan, di titik itu Anda dapat melakukan kesalahan, makanya jangan takut," kata Nadiem.

Achmad Zaky mengatakan kesuksesan yang diraih Bukalapak dan unicorn lain karena memberikan pelayanan yang belum pernah ada. Dia mengatakan saat belum ada Bukalapak atau Tokopedia, para UKM mengalami berbagai kesulitan seperti mahalnya biaya sewa ruangan dan tenaga kerja dan kesulitan akses pasar.

Dia mengatakan startup pemula harus bisa mengendus kebutuhan pelanggan dan dapat melihat membuat hal baru yang futuristik dan dibutuhkan di masa depan. "Jangan mengulang yang sudah ada. Bikin yang baru dan dibutuhkan masa depan," katanya.

Hal senada diungkapkan Ferry Unardi yang mengatakan pentingnya peka dan melihat peluang dari keadaan sekitar. Dia mencontohkan Traveloka dibangun dari ide kesulitan dirinya setiap mau pulang kampung ke Padang saat masih kuliah di Amerika. "Lihat sekitar dan amati peluang apa saja yang bisa diciptakan, setelah itu bertahan dan terus bekerja keras," kata Ferry.

Adapun William Tanuwijaya membagi tips menghadapi investor. Dia mengatakan langkah awal memang sangat sulit untuk mendapatkan investor. Meski sulit, William mengatakan kejujuran merupakan hal yang utama untuk mendapatkan kepercayaan. "Bila kita memberikan angka yang besar tapi tak sesuai fakta, kita sendiri yang akan kesulitan. Berikan data apa adanya tapi tunjukkan kita konsisten untuk mencapai target," kata William.

Menteri Kominfo Rudiantara mengatakan pertemuan ini untuk menginspirasi dan mengantar startup-startup lain sebagai calon unicorn atau yang memiliki valuasi di atas 1 miliar dolar AS atau sekitar Rp 14 triliun. Di berbagai kesempatan Rudiantara menargetkan muncul tiga unicorn baru tahun ini.  "Kominfo hendak menjadi fasilitator antara startup dengan para pemodal untuk melahirkan unicorn baru," kata Rudiantara.

Dalam pertemuan dua hari 9-10 Mei 2018,  terdapat 94 startup founders/C-levels dari 70 startup nasional yang siap berinteraksi dengan 98 investor dari 67 perusahaan modal ventura. "(Para investor) datang karena ketertarikan terhadap potensi ekonomi digital Indonesia dan untuk menciptakan unicorn-unicorn baru dari Indonesia," kata Rudiantara.

Kominfo mengundang investor yang memiliki reputasi dan track record melahirkan unicorn-unicorn dunia. Top-tier pemodal ventura global tersebut antara lain Sequoia, Tencent China, Fosun International, Appworks, serta investor lokal seperti Alpha JWC, Convergence, Kejora, dan Venturra.

Pertemuan ini juga melibatkan pemangku kepentingan investasi antara lain Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Kementerian Komunikasi dan Informatika, Bank Indonesia, serta Otoritas Jasa Keuangan (OJK). *mao

Komentar