nusabali

Bali Panen Tawaran Direct Flight

  • www.nusabali.com-bali-panen-tawaran-direct-flight

Wakil rakyat di Senayan ajak berjuang bersama gedor pusat, agar terima tawaran penerbangan langsung ke Bali

Bandara Masih Jadi Kendala

DENPASAR, NusaBali
Bali masih menjadi daerah tujuan wisata favorit, meskipun pemerintah membuat 10 destinasi ‘Bali Baru’. Buktinya, Bali kebanjiran tawaran direct flight (penerbangan langsung) dari negara-negara belahan Eropa, Amerika, Timur Tengah, dan Asia Timur. Saat ini, ada 54 permintaan direct flight ke Bali.

Panen permintaan direct flight ini diungkapkan anggota Komisi X DPR RI (membidangi pariwisata, budaya, pendidikan, pemuda, olahraga, perpustakaan, ekonomi kreatif), Putu Supadma Rudana, di Denpasar, Kamis (3/5). Anggota Fraksi Demokrat DPR RI Dapil Bali ini mengatakan, 50 permintaan direct flight tersebut harus direspons secepatnya oleh Pemprov Bali dan stakeholder pariwisata.

“Negara-negara dari belahan Eropa, Amerika, Timur Tengah, dan Asia Timur minta direct flight, karena banyak yang ingin datang ke Bali. Mereka tidak terpengaruh dengan dibangunnya 10 destinasi ‘Bali Baru’ di daerah lain. Mereka tetap inginnya ke Bali,” ujar Supadma Rudana.

“Artinya, ini peluang pasar. Sepekan lalu, kami dan Kementerian Pariwisata secara resmi meluncurkan penerbangan langsung Denpasar-India. Kita berharap penerbangan langsung yang ditawarkan negera-negara dari belahan Eropa, Amerika, Asia Timur, dan Timur Tengah disambut dengan menyiapkan diri di daerah,” lanjut politisi asal Desa Peliatan, Kecamatan Ubud, Gianyar yang juga Wakil Sekjen DPP Demokrat ini.

Supadma menegaskan, kalau penerbangan langsung ini berhasil, maka tingkat kunjungan pariwisata ke Bali bisa terdongkrak dan memenuhi target nasional 20 juta turis per tahun. Selama ini, turis mancanegara yang datang ke Indonesia, hanya 40 persennya berkunjung ke Bali.

“Sekarang turis asal India menjadi nomor dua terbanyak ke Bali, setelah Australia. India sudah melirik Bali, karena adanya culture dan wisata spiritual yang menarik. Ini menguntungkan setelah Bali sempat anjlok karena bencana alam erupsi Gunung Agung di Karangasem,” ujar Supadma yang juga Direktur Penelitian, Pengembangan, dan Pemajuan Kebudayaan Taman Mini Indonesia Indah (TMII) Jakarta.

Supadma mengingatkan, direct flight yang ditawarkan negara-negara pemasok turis ini perlu disikapi bersama-sama. Pemprov Bali harus melakukan sinergi dengan pemerintah pusat, terutama untuk pembangunan infrastruktur. “Nanti saya akan bicara dengan teman-teman anggota DPR RI Dapil Bali yang membidangi infrastruktur, bahwa Bali harus berbenah,” katanya.

Infrastruktur yang harus segera dibenahi, kata Supadma, adalah kesiapan Bandara Internasional Ngurah Rai Tuban, Kecamatan Kuta, Badung yang saat ini krodit karena problem run way (landasan pacu). “Bayangkan kalau turis ke Bali itu harus antre di udara untuk mendarat. Artinya, kita punya kendala. Ini perlu pendekatan politik Bali-Jakarta. Kita nggak bicara siapa dan dari mana yang bisa melakukan ini, ayo sama-sama,” ajak putra dari mantan anggota DPD RI Dapil Bali 2004-2009, I Nyoman Rudana ini.

Sedangkan Gubernur Bali Made Mangku Pastika sebelumnya mengatakan, setiap kunjungan Duta Besar dan Konsul Jenderal negara sahabat ke Kantor Gubernuran, mereka selalu minta dibukanya penerbangan langsung ke Bali, selain bicara soal kerjasama antar pemerintahan. “Saya ketika menerima Dubes atau Konsul di Kantor Gubernur, yang diminta itu selalu soal pembukaan direct flight ke Bali. Dari Eropa, China, Amerika rata-rata minta dibuka penerbangan langsung,” ujar Pastika beberapa waktu lalu.

Hanya saja, menurut Pastika, untuk menerima tawaran direct flight tersebut, harus disiapkan sarana pendukung, terutama bandara. “Bandara Ngurah Rai saat ini run way masih kurang, parkir terbatas. Makanya, jalan satu-satunya perluasan bandara dan pembangunan bandara baru. Bandara Bali Utara di Buleleng itu harus ada,” tegas Pastika.

Menurut Pastika, bandara paling penting bagi Bali. Bandara Ngurah Rai diperbaiki, itu karena kekuatan lobi. “Ornamen Bali di Bandara Ngurah Rai yang sebelumnya hilang, akhirnya tetap dipertahankan. Itu karena kita kuat lobinya ke pusat. Orang luar kalau turun di Bandara Ngurah Rai sudah harus langsung merasakan aura Bali, itu yang penting,” katanya.

Sementara itu, Ketua Komisi II DPRD Bali (membidangi pariwisata), I Ketut Suwandhi, mengatakan diperlukan kesiapan infrastruktur untuk bisa memenuhi pasar dengan tawaran 54 penerbangan langsung. “Kita harus siap dengan infrastruktur. Dan, infrastruktur ini sudah harus perjuangkan ke pusat. Sebab, otoritas bandara itu ada aturan tersendiri, undang-undang tersendiri. Maka, harus negoisasi dengan pusat. Kami siap bersama-sama stakeholder dan eksekutif ke pusat,” ujar politisi Golkar Golkar ini saat dikonfirmasi NusaBali di Denpasar, Kamis kemarin.

Suawandhi menegaskan, wacana pembangunan Bandara Buleleng juga harus digencarkan, karena Bandara Ngurah Rai sudah krodit. “Syukur ada Pertemuan Tahunan IMF-Bank Dunia di Nusa Dua, Oktober 2018 mendatang, sehingga dilakukan perluasan Bandara Ngurah Rai. Jadi, sekarang kita bisa bernapas lebih dalam. Tapi, kebutuhan bandara baru dan infrastruktur pendukungnya harus diperjuangkan,” tegas politisi berjuluk ‘Jenderal Kota’ ini.

Dikonfirmasi NusaBali terpisah kemarin, Kadis Pariwisata Provinsi Bali, Anak Agung Yuniartha, mengatakan pihaknya sudah sangat sering menyampaikan masalah tawaran penerbangan langsung dari berbagai negara ini kepada Menteri Pariwisata Arief Yahya dan pihak Garuda Indonesia. “Tapi, alasannya belum bisa, karena ada beberapa persoalan, mulai dari armada sampai infrastruktur,” ujar Gung Yuniartha.

Menurut Gung Yuniartha, terkait panen tawaran direct flight untuk Bali, harus diselesaikan dulu masalah Bandara Ngurah Rai yang krodit. “Ya, satu-satunya solusi adalah membangun bandara baru di Bali Utara. Tidak ada solusi lain. Kita akan semakin krodit ketika bencana alam seperti erupsi Gunung Agung, di mana pesawat harus mendarat di Surabaya, mendarat di Lombok. Kalau bandara terganggu, turis nggak mau datang,” ungkap mantan Kepala Perwakilan Provinsi Bali di Jakarta ini.

Gung Yuniartha menyebutkan, memang banyak negara dari belahan Eropa dan Amerika yang minta penerbangan langsung ke Bali, tanpa singgah dulu ke Jakarta. Tapi, hal ini tidak bisa diselesaikan dari Bali, melaunkan harus ada sounding ke pemerintah pusat. “Saat ini, baru penerbangan langsung Denpasar-Mumbai (India) saja yang bisa dipenuhi. Itu pun, baru bisa dipenuhi 2 kali seminggu. Padahal, saya minta ke Pak Menpar Arief Yahya 4 kali seminggu. Alasannya, armada pesawat Garuda terbatas,” papar Gung Yuniartha.

Yang miris, permintaan penerbangan langsung London-Denpasar yang berkali-kali diajukan pihak Eropa, sampai sekarang belum bisa dipenuhi. Sudah begitu, penerbangan langsung London-Jakarta juga dihentikan dan dialihkan menjadi London-Perth (Australia). “Saya teriak ke pusat, kenapa tidak dialihkan menjadi London-Denpasar saja? Pasti dari London itu 60 persen ingin ke Bali,” sesalnya. *nat

Komentar