nusabali

Desaku Menanti Perangi Gepeng

  • www.nusabali.com-desaku-menanti-perangi-gepeng

Selama tiga bulan pertama, para penghuni rumah singgah dapat dana sosial Rp 3 juta per bulan untuk biaya hidup sebelum hasil kerajinan laku terjual.

AMLAPURA, NusaBali

Dinas Sosial Karangasem membangun 50 unit Rumah Singgah untuk berdayakan gelandang dan pengemis (gepeng) di Banjar Muntigunung Kauh, Desa Tianyar Barat, Kecamatan Kubu, Karangasem. Dana pembangunan rumah singgah program Desaku Menanti di Muntigunung Kauh ini bersumber dari Kementerian Sosial RI. Program Desaku Menanti bertujuan perangi gepeng agar jumlahnya berkurang, kesejahteraannya meningkat, dan mewujudkan desa wisata.  

Kepala Dinas Sosial Karangasem, Ni Ketut Puspa Kumari, mengatakan 50 unit rumah singgah ini memanfaatkan lahan warga seluas 2 hektare. Dijelaskan, program Desaku Menanti digagas Perbekel Desa Tianyar Barat, I Gede Agung Pasrisak Juliawan. Gagasan itu kemudian ditindaklanjuti dengan mengadakan survei pada Januari 2018. Hasilnya, ada warga merelakan lahannya seluas 2 hektare dengan perjanjian hak guna pakai untuk mewujudkan program Desaku Menanti.

Selanjutnya Dinas Sosial Karangasem mengusulkan anggaran ke Kementerian Sosial.  Permohonan terpenuhi, Kementerian Sosial kucurkan dana untuk membangun 50 unit rumah singgah, per rumah nilainya Rp 30 juta. “Pemerataan lahan sudah dilakukan. Sebanyak 50 rumah dibangun awal Mei 2018,” jelas Puspa Kumari, Selasa (24/4). Dijelaskan, bangunan rumah didesain agar tertata rapi, rencananya untuk jangka panjang terus dibenahi sehingga menjadi desa wisata seperti Desa Panglipuran, Bangli.

Seluruh rumah nantinya dihuni mantan gepeng untuk melakukan aktivitas di antaranya menganyam ate, menganyam daun lontar, membuat dupa, memproduksi gula ental, mengolah kacang mete, dan sebagainya. “Seluruh kerajinan yang ada di Desa Tianyar Barat akan terpusat di rumah singgah itu,” tambahnya. Para gepeng yang melakukan aktivitas juga tinggal di 50 rumah itu sehingga fokus melakukan kegiatan. “Kami juga tengah menjajaki pasar untuk membeli hasil produksi mereka. Sehingga produksinya berkelanjutan,” lanjut Puspa Kumari.

Puspa Kumari juga mengingatkan, selama tiga bulan pertama para penghuni rumah singgah kebagian dana sosial Rp 3 juta per bulan untuk biaya hidup sebelum hasil kerajinan laku terjual. Sementara Perbekel Tianyar Barat, I Gede Agung Pasrisak Juliawan, mengapresiasi dukungan dari Dinas Sosial. “Warga kami diberdayakan, terutama yang sebelumnya menggepeng. Secara tidak langsung warga yang menggepeng terus berkurang,” ujar Agung Juliawan.

Sebelumnya tercatat 100 gepeng semuanya dari kaum ibu-ibu mengikuti pelatihan pada tanggal 18-25 September 2016 berasal dari Desa Tianyar Barat dan Desa Tianyar Tengah. Sebagian dari gepeng itu diberdayakan dalam program Desaku Menanti terutama yang berasal dari Banjar Muntigunung, Muntigunung Tengah, Muntigunung Kangin dan Muntigunung Kauh. Sedangkan total gepeng yang terdata 404 jiwa berasal dari 242 KK asal Desa Tianyar Barat dan Desa Tianyar Tengah tersebar di 13 banjar dinas. Tetapi yang masih aktif menggepeng secara berkesinambungan hanya 112 KK atau 256 jiwa. *k16

Komentar