nusabali

Jadi Polisi Bermodalkan Predikat Atlet Bulutangkis Semasa SMA

  • www.nusabali.com-jadi-polisi-bermodalkan-predikat-atlet-bulutangkis-semasa-sma

Sebagai perempuan Bali yang pegang jabatan di kepolisian, AKP Putu Diah Kurniawandari harus pintar-pintar berbagi waktu antara tugas dinas dan urusan rumah tangga

AKP Putu Diah Kurniawandari, Perempuan Pertama yang Menjabat Kasat Lantas Polres Buleleng

SINGARAJA, NusaBali
Ada banyak polisi wanita (Polwan) yang pegang jabatan strategis di lingkup Polda Bali. Salah satunya, AKP Putu Diah Kurniawandari, 31, perwira yang kini menjabat sebagai Kepala Satuan (Kasat) Lantas Polres Buleleng. Sebelum diterima di dinas kepolisian, AKP Putu Diah Kurniawandari lebih dikenal sebagai atlet bulutangkis semasa SMA.

AKP Putu Diah Kurniawandari merupakan perempuan pertama yang menjabat sebagai Kasat Lantas Polres Buleleng. Sebelumnya, jabatan itu selalu dipegang laki-laki. Perempuan asal Desa Delod Berawah, Kecamatan Mendoyo, Jembrana ini pegang jabatan Kasat lantas Polres Buleleng sejak 1 Maret 2018 lalu, ketika dipercaya menggantikan AKP Adi Sulistyo Utomo.

Ditemui NusaBali di ruangan kerjanya di Mapolres Buleleng, Jalan Pramuka Singaraja, Kamis (19/4), AKP Diah Kurniawandari sempat menceritakan riwayatnya sampai menjadi seorang polosi. Menutut Putu Diah, dirinya tertarik menjadi anggota Polri, karena memang lahir dan dibesarkan di lingkungan keluarga polisi.

Sang ayah, I Made Muliawan, adalah pensiunan polisi. Nah, karena dibesarkan di lingkungan asrama polisi, membuat perempuan kelahiran 27 Agustus 1987 ini kagum setiapkali melihat wanita menggunakan seragam kepolisian. “Memang cita-cita saya dari kecil ingin jadi Polwan, lantaran terpengaruh hidup di lingkungan asrama polisi,” kelang Putu Diah.

Sebelum melamar menjadi anggota Polri, alumnus SMAN 1 Denpasar tahun 2005 ini getol di dunia olahraga. Kedua orangtuanya mengarahkan Putu Diah mengisi kegiatan positif dengan ikut klub bulutangkis. Bahkan, Putu Diah sudah menggeluti olahraga bulutangkis sejak usia 8 tahun, kitika masih duduk di bangku Kelas II SDN 3 Pemecutan, Denpasar Barat.

Barulah sejak duduk di Kelas II SMPN 1 Denpasar, Putu Diah mulai bertanding dan berhasil mengumpulkan sejumlah medali dan trofi. Prestasi tertingginya adalah mewakili kabuaten ke berbagai kejuaraan bulutangkis tingkat provini. Putu Diah total mengoleksi 60 sertifikat penghargaan atas prestasinya sebagai atlet bulutangkis.

Bermodalkan prestasinya sebagai atlet bulutangkis, perempuan berwajah ayu ini langsung melamar di Akademi Kepolisian (Akpol) di Semarang, Jawa Tengah, setamat SMAN 1 Denpasar tahun 2005. Beruntung, anak sulung dari dua bersaudara keluarga pasangan I Made Muliawan dan Ni Nengah Ardani ini lolos seleksi di Akpol.

Putu Diah berhasil menamatkan pendidikan Akpol selama 3,5 tahun pada akhir 2008. Putu Diah yang kala itu berpangkat Ipda, ditugaskan pertama di Sat Reskrim Polres Jakarta Utara Polda. Setelah hampir 10 tahun bertugas di lingkup Polda Metro Jaya, barulah Putu Diah dipindahkan tugas ke tanah kelahiran lingkup Polda Bali pada 2017.

Sebelum pindah tugas ke Bali, Putu Diah sempat selama 2 tahun menjalani pendidikan di Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian (PTIK). Putu Diah selama hampir setahun pegang jabatan sebagai Kaur Prodok Spripim Polda Bali, sebelum akhirnya dialihkan menjadi Kasta Lantas Polres Buleleng, 1 Maret 2018.

Menurut Putu Diah, menjalani tugas sebagai perwira Polri memiliki kebanggaan tersendiri. Dia mengaku mendapat pengalaman dan pengetahuan baru setiap dipindahtugaskan. “Dalam setiap bidang penugasan baru, saya selalu mendapatkan pengalaman unik,” cerita ibu satu anak dari pernikahannya dengan Kapten Laut (P) Komang Sukrawan ini.

Putu Diah memaparkan, ketahanan sebagai seorang Polwan juga diuji secara fisik dan mental, terutama saat menghadapi kasus-kasus yang memelukan perjuangan khusus. Sebagai seorang Polwan, selain memiliki tugas menegakkan hukum, juga dituntut melakukan pendekatan dengan sisi humanis.

Sebagai perempuan Bali yang pegang jabatan di dinas kepolisian, Putu Diah mengaku harus pintar-pintar mengatur waktu. Di satu sisi, dia dituntut all out dalam mengemban tugas di lapangan. Di sisi lain, dia juga punya kewajiban sebagai istri dan ibu dalam keluarga kecilnya.

Putu Diah bersyukur karena dapat menjalani tugasnya di kepolisian dengan baik dan sekalian memainkan perannya dalam keluarga. Hal tersebut tidak terlepas karena dukungan dari orangtua dan suaminya, Kapten Laut (P) Komang Sukrawan. Menurut Putu Diah, sebagai seorang perempuan yang hidup di masa kini dengan kebebasan berkarier seluas-luasnya dan setinggi-tinggi, hal itu patut disyukuri dan dilakoni dengan penuh tanggung jawab. Perempuan masa kini tidak lagi terbele-nggu untuk memperjuangkan cita-cita dan hak-haknya seperti sosok Ibu Kartini, yang dikenal sebagai pejuang wanita.

Putu Diah mengatakan, setiap perempuan memang harus mencontoh pergerakan dan perjuangan Ibu Kartini. Semangat juang Ibu Kartini bisa diteladani dan diaplikasikan untuk mendapatkan kesempatan, hak, dan pengakuan yang sama dengan para lelaki. Dia pun menghimbau kaumnya untuk memanfaatkan kesempatan seluas-luasnya bagi perempuan masa kini dalam berkarier.

“Dalam perjalanan profesi apa pun, kalau perempuan berkarier, pasti mengalami dilema anatra urusan pekerjaan dan urusan rumah tangga. Itu adalah pilihan, tapi semuanya bisa berjalan lancar dengan komunikasi dan dukungan keluarga. Izin dan restu dari suami serta keluarga itu sangat penting,” tandas ibunda dari Putu Dinda Kirana Nareswari ini.

Sementara itu, sebagai perempuan pertama yang pegang jabatan Kasat Lantas Polres Buleleng, Putu Diah bercita-cita bisa mencarikan jalan keluar angka kecelakaan lalulintas yang sangat tinggi di Gumi Panji Sakti. Putu Diah pun terus menganalisa dan melakukan pemetaan terhadap penyebab kasus lakalantas di Buleleng. “Kami akan terus melakukan sosialisasi dan pendekatan kepada masyarakat untuk meningkatkan kesadaran diri dalam keselamatan berlalulintas,” katanya. *k23

Komentar