nusabali

Rumah Terbakar, Balita Kakak Adik Nyaris Terpanggang

  • www.nusabali.com-rumah-terbakar-balita-kakak-adik-nyaris-terpanggang

Dua balita kakak adik nyaris tewas terpanggang dalam musibah kebakaran di rumah milik keluarga Gede Rebes, 70, di Banjar Taman, Desa Padangbulia, Kecamatan Sukasada, Buleleng, Kamis (12/4) siang.

SINGARAJA, NusaBali
Beruntung, kedua balita tersebut, Kadek Sika, 5,5, dan adiknya Komang Parel, 3, berhasil diselamatkan sang kakek, Gede Rebes.Saat kebakaran terjadi, Kamis siang sekitar pukul 11.30 Wita, balita kakak adik Kadek Sika dan Komang Parel sedang tidur di dalam rumah permanen berukuran 12 meter x 9 meter tersebut. Sementara kedua orangtaunya, Ketut Pancer, 38, dan Luh Wanti Sutrisni, 35, tidak ada di rumah.

Sang ayah, Ketut Pancer siang itu masih di tempat kerjanya sebagai pegawai Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana Pemberdayaan Perempuan, dan Perlin-dungan Anak (DaldukKBP3A) Buleleng. Sedangkan ibu kedua balita, Luh Wanti Sutrisni, sedang pergi. Sementara kakak sulung kedua balita, Luh Rahel, 8, sedang sekolah.

Siang itu, balita kakak adik ini sebenarnya di rumah bersama kakeknya, Gede Rebes. Namun, saat itu Gede Rebes pergi sembahyang ke Merajan (Pura Keluarga) yang berada di sebelah rumahnya. Gede Rebes meninggalkan dua cucu balitanya yang sedang nonton TV di ruang tamu, selanjutnya tertidur.

Persembahyangan baru berlangsung sekitar 30 menit, tiba-tiba terjadi kebakaran. Kobaran api pertama kali diketahui Luh Putu Sri, 30, menantu samping dari Gede Rebes. Karena teriakan histeris Luh Putu Sri, Gede Rebes langsung keluar dari Merajan dan dengan sigap mengevakuasi dua cucu balitanya, sebelum api berkobar hebat. Kedua balita itu pun berhasil diselamatkan tanpa mengalami luka sedikit pun. Kedua balita yang nyaris jadi korban rumah terbakar ini kemudian diungsikan ke rumah kerabat dekatnya.

Kobaran api dalam sekejap menghanguskan seisi rumah keluarga Gede Rebes. Ba-ngunan rumah dengan 4 kamar tidur ini hangus. Selain itu, satu unit dapur dan gelebeg (bangunan tradisional untuk menyimpan padi) yang bersebelahan dengan rumah induk juga hangus terbakar. Tidak ada satu pun barang yang dapat disela-matkan dari rumah Gede Rebes. Kobaran api pun baru berhasil dipadamkan setelah dua unit mobil pemadam kebakaran Pemkab Buleleng dikerahkan ke lokasi.

Menurut Kepala Dinas Pemadam Kebakaran Buleleng, Gede Sugiartha Widiada, petugas yang dikerahkan harus berjuang selama 3 jam sebelum berhasil memadamkan api yang menghanguskan rumah keluarga Gede Rebes, Kamis siang pukul 14.30 Wita. “Saat kami tangani, api sudah membesar dan melalap kayu-kayu rangka atap rumah. Api baru padam sekitar 3 jam penanganan, dengan menghabiskan 4 tangki air,” jelas Gede Sugiartha.

Sementara, jajaran kepolisian kemarin sudah terjun ke lokasi TKP kebakaran untuk melakukan pemeriksaan. Kasubag Humas Polres Buleleng, AKP I Nyoman Suartika, mengatakan berdasarkan hasil pemerikaan, kebakaran yang nyaris merenggut nyawa dua balita kakak adik ini diduga terjadi karena korsleting listrik.

Mneurut AKP Suartika, indikasi korsleting listrik tersebut semakin kuat karena su-mber api yang berasal dari ruang tamu, di mana TV masih menyala. “Sebelum di-tinggal sembahyang, kedua cucunya (balita kakak adik) memang sedang menonton TV. Saat ditinggal tidur, TV juga masih dalam kondisi menyala. Ini masih dugaan awal, lengkapnya nanti akan dilkaukan penyelidikan lebih lajut,” tandas AKP Suar-tika.

Musibah ini menyebabkan kerugian material mencapai ratusan juta rupiah. Pasalnya, bangunan dan barang di rumah keluarga Gede Rebes semuanya hangus terbakar. Setelah rumahnya ludes terbakar, Gede Rebes bersama keluarganya, termasuk anak, menantu, dan cucu, terpaksa mengungsi ke rumah keluarga terdekatnya.

Mereka buat sementara menempati menempati rumah milik Ketut Nari (saudara dari Gede Rebes) yang dalam keadaan kosong dan lokasinya masih satu pekarangan. Saat ini, Ketut Nari tinggal di Desa Menyali, Kecamatan Sawan, Buleleng.

Gede Rebes sendiri berusaha tegar meski kehilangan rumah dan harta bendanya yang hangus terbakar. Dia sudah menerima peristiwa ini sebagai musibah. “Ini musibah. Kami tak ada firasat sebelumnya akan terjadi musibah seperti ini,” jelas pria berusia 70 tahun ini. *k23

Komentar