nusabali

Berharap Murid Tak Lagi Karauhan

  • www.nusabali.com-berharap-murid-tak-lagi-karauhan

Upaya mencegah pengaruh dari kekuatan negatif beragam makhluk gaib, SMKN Amlapura menggelar upacara pacaruan sekaligus mlaspas beberapa bangunan. 

SMKN Amlapura Gelar Pacaruan 

AMLAPURA, NusaBali
Tujuan utama, agar makhluk gaib yang menghuni Sungai Pati dan penghuni Stadion Gunung Agung, yang lokasinya berdampingan dengan sekolah tersebut, tidak lagi mengganggu aktivitas murid. Sebab beberapa kali terjadi kasus murid SMKN Amlapura karauhan (kesurupan). 

Kasek SMKN Amlapura I Wayan Artana yang juga paranormal memaparkan hal itu di sela-sela upacara di SMKN Amlapura saat Purnama Kasanga, Senin (22/2). Menurut Wayan Artana, sebenarnya ‘penghuni’ di Sungai Pati tidak terlalu mengganggu aktivitas siswa SMKN Amlapura. Tetapi yang lebih sering memasuki areal sekolah adalah penghuni Stadion Gunung Agung, yang lokasinya di timur sekolah. Ada dua kelompok penghuni, kelompok pertama dikendalikan tiga wanita gaib berpakaian putih, hitam, dan merah, yang sering masuk ruang kelas. Sedangkan kelompok kedua, manusia hitam tinggi besar.

“Upacara pacaruan dan mlaspas itu sekaligus membentengi areal sekolah seluas 2,4 hektare. Makhluk gaib berwujud wanita mengenakan pakaian hitam, putih, dan merah, telah kami beri tempat di sudut depan sekolah, di luar pagar, sehingga siswa merasa aman,” katanya.

Sebelumnya, kata Wayan Artana, siswa sering kebingungan belajar. Di salah satu rung kelas sering terlihat ada satu bangku yang kosong. Ternyata di bangku itu diduduki makhluk gaib. 

Upacara mlaspas kemarin diantarkan Jro Mangku Dalang Made Setiaria dari Banjar Bugbug Tengah, Desa Bugbug, Kecamatan Karangasem. Bangunan yang diplaspas adalah 8 ruang kelas, 4 kamar kecil siswa, garase, ruang satpam, candi bentar, panyengker, seperangkat gong gangsa, dan gender.

Hadir pula Ketua Komite SMKN Amlapura I Wayan Latra Santosa, dari Banjar Selalang, Desa Seraya Barat, Kecamatan Karangasem, Sekretaris Komite Nengah Ngarta, dan undangan lainnya.

Jro Mangku Setiaria mengakui, upacara tersebut juga dimaksudkan untuk membentengi diri agar pengaruh non teknis tidak bisa masuk ke dalam sekolah. “Biarkan makhluk gaib hidup di dunianya masing-masing, agar tidak ikut masuk ke pekarangan sekolah,” jelasnya. 7 k16

Komentar