nusabali

Janger Kian Bersinar

  • www.nusabali.com-janger-kian-bersinar

Sanggar Ratu Kinasih membawa pesan bahwa perbedaan di Indonesia seharusnya tidak perlu dipertentangkan

Sanggar Ratu Kinasih dan Kekeran Budaya ‘Pecahkan’ Suasana

DENPASAR, NusaBali
Kesenian Janger sejak tiga tahun terakhir selalu menjadi agenda Bali Mandara Nawanatya. Setiap tahun selalu ada yang menarik dari Janger, termasuk pentas Janger di Panggung Terbuka Ardha Candra Taman Budaya Denpasar, Sabtu (7/4).  Ada dua sanggar yang tampil, yakni Sanggar Ratu Kinasih, Nusa Lembongan dan Sanggar Kekeran Budaya, Banjar Pegok, Denpasar Selatan.

Sanggar Ratu Kinasih yang mempersembahkan Janger bertajuk Tari Janger Indonesia Indah menceritakan sebuah cara untuk tetap mempersatukan bangsa dengan diselingi gending-gending bertemakan cinta Tanah Air. Sebanyak 200 orang penari terlibat dalam pementasan ini. Kelihaian penari dalam memadukan gerakan dengan gending mampu menghipnotis khalayak yang hadir. Meski dinilai mempersembahkan Janger dengan maksimal, namun Pembina Sanggar, Ida Ayu Agung Yuliaswathi Manuaba menuturkan sanggarnya tak hanya bergerak pada tari Janger saja. “Tidak khusus Janger, kami juga bergerak di tari sakral topeng, tari kekebyaran dan lainnya,”ungkapnya.

Sanggar Ratu Kinasih membawa pesan bahwa perbedaan di Indonesia seharusnya tidak perlu dipertentangkan. Sekitar 200 anak dilibatkan dalam pentas Janger Kolosal ini. Masing-masing mempunyai peran tersendiri untuk mendefiniskan betapa indahnya perbedaan di Indonesia.

“Tari Janger Kolosal Indonesia Indah ini berbicara tentang perbedaan di Indonesia yang seharusnya sangat indah bila saling menghargai. Sekaligus saya menyindir situasi saat ini, janganlah ‘mesiat ajak nyama’. Perbedaan tidak usah dipertentangkan. Sesungguhnya jika disatukan itu sangat indah,” ujarnya.

Karena itu, Yuliaswathi mengambil Janger dalam pentasnya. Sebab Janger adalah representasi dari kebersamaan dan didasari saling menghargai satu sama lain. “Janger mediator yang sangat hebat. Kebersamaan itu tinggi sekali di dalam Janger. Yang pintar nari atau tidak, disana nggak kelihatan. Harus seragam dan kompak. Sehingga dari sikap saling menghargai tumbuh saling menyayangi di antara mereka. Janger bisa jadi satu media pemersatu,” katanya.

Sementara Sanggar Kekeran Budaya, Denpasar Selatan memadukan Janger dengan Dolanan, yang bertajuk Kedis Sangsiah. Sesekali tawa penonton mengisi penampilan Sanggar dari Banjar Pegok, Sesetan ini. “Konsep ini sengaja kami gunakan agar anak-anak yang tampil dapat menikmati pementasan dan lebih akrab dengan penonton,” tutur Putu Vinka Paramaditya.

Dirinya yang turut melatih anak-anak Sanggar Kekeran Budaya pun merasa bahagia, akhirnya anak didiknya dapat menampilkan janger yang maksimal. “Senang lihat anak-anak tampil, sebab ini bagian dari pelestarian budaya dan mereka sudah menjadi kader pelestari khususnya dalam jejangeran,” imbuhnya.

Pengamat seni, Dr I Nyoman Astita mengatakan, secara umum pementasannya sudah tertata dengan baik. Tetapi yang perlu dikritisi tiyang kira memasukkan unsur bondres. “Jadi bondres sering mencuri panggung. Penampilan bondres biasanya kurang menyatu dengan alur Janger dan juga alur cerita. Ini perlu hati-hati kalau kita berkolaborasi dengan bondres, apalagi tidak disutradarai dengan baik,” pesan Astita.

Alasan Astita, karena penampilan bondres selalu menjadi sub dari alur pementasan tetapi dia terlalu dominan. Dominasi itu terjadi, pertama karena egoism-nya bondres. Yang kedua karena dia tidak mau luluh dengan alur Janger yang ada. “Jadi di sini kita kelihatan tidak menata dengan baik,” kritiknya.

Masih menurut Astita, kalau pementasan bukan di Ardha Candra dan acara sejenis Nawanatya, pementasan itu sih baik-baik saja karena masyarakat juga menikmati. Tetapi secara alur pementasan itu perlu ada batasan-batasan supaya masing-masing dari unsur pementasan itu menyatu. “Jadikan tidak ditata seluruhnya itu sehingga kesatuan pementasan agak terganggu dan ada kesan waktunya berkepanjangan. Terlepas dari kelemahan itu pementasan tadi sudah dapat dinikmati penonton,” jelas Astita. *ind

Komentar