nusabali

Rencana Digelar di Tegalan Griya

  • www.nusabali.com-rencana-digelar-di-tegalan-griya

Di tegalan di sisi selatan Griya Gede Megati Taman Sari, almarhum Ida Pedanda Gede Oka Sidanta biasa menggelar upacara ngaben massal.

Palebon Ida Pedanda Oka Sidanta yang Lebar Tertimpa Pohon Pule

NEGARA, NusaBali
Upacara palebon Ida Pedanda Gede Oka Sidanta, 60, dari Griya Gede Megati Taman Sari, Banjar Tibusambi, Desa Yehembang Kangin, Kecamatan Mendoyo, Jembrana, yang lebar (wafat) tertimpa pohon pule saat muput ritual nuhur taru (mengambil kayu) di Banjar Kedisan, Desa Yehembang Kauh, Kecamatan Mendoyo, Jembrana, Sabtu (7/4) pagi, rencananya digelar pada Sukra Paing Gumbreg, Jumat (27/4). Menariknya, untuk upaca palebon tersebut, akan digelar di tegalan pribadi milik Griya di selatan Griya setempat.

Putri kedua Ida Pedanda Oka Sidanta, Ida Ayu Kade Murdani, 38, mengatakan, untuk rangkaian upacara palebon sang Ida Pedanda, telah ditentukan sesuai petunjuk dari sang Nabe, Ida Pedanda dari Griya Susut, Desa Sibang Kaja, Kecamatan Abiansemal, Badung. Rangkaiannya, untuk mersihin atau nyiraman akan digelar pada Redita Duka Tolu, Minggu (15/4), palebon pada Sukra Paing Gumbreg, Jumat (27/4), dan langsung dilanjutkan mukur atau ngelanus pada Soma Suka Wariga, Senin (30/4).

“Nanti saat palebon, Ida Nabe (Ida Pedanda dari Griya Susut) yang akan muput. Kalau rangkaian-rangkaian lainnya, akan dipuput beberapa Ida Pedanda dari Jembrana,” katanya ketika dikonfirmasi pada Minggu (8/4).

Menurut Dayu Murdani yang didamping sang suami, Ida Bagus Komang Susrama Megati, upaca pengabenan Jumat (27/4) nanti, tidak dilaksanakan di setra desa pakraman setempat. Namun dipilih lokasi tegalan pribadi milik Ida Pedanda Oka Sidanta atau milik Griya. Pemilihan lokasi palebon di lahan pribadi itu, sesuai dengan pesan beliau semasa hidupnya.

“Ya dulu Ida waktu masih malinggih, berpesan sama keluarga ketika lebar nanti agar pabasmian (palebon) dilaksanakan di tegalan duwe (milik) Ida. Kami keluarga masih ingat pesan Ida,” ujarnya.

Lahan milik pribadi Ida Pedanda Oka Sidanta di selatan Griya setempat itu, memiliki nilai historis tersendiri. Lahan tersebut biasa digunakan menjadi tempat menggelar upacara ngaben massal oleh Ida Pedanda Oka Sidanta. Ida Pedanda Oka Sidanta rutin menggelar upacara ngaben massal setiap tahunnya, mulai tahun 2014 sampai terakhir 2017, yang biasa dipilih saat Sasih Karo pada bulan Juli. Nantinya, jika ada keluraga braya (pengikut) yang perlu diaben, bisa diikutkan secara bersamaan saat palebon serta mukur atau ngelanus sang Ida Pedanda. “Malah bagus kalau ada iringan-iringan. Kami keluarga terbuka, bahkan suksma (terima kasih) kalau ada yang mengiringi,” ucapnya.

Dijelaskan Susrama Megati, dalam prosesi palebon seorang Ida Pedanda, biasanya palebon dilakukan setelah abulan pitung dina (1 bulan 7 hari), dan saat Rahina Tilem ataupun Purnama di sela-sela abulan pitung dina itu, diisi ritual malelet (mengganti busana Ida Pedanda). Namun ritual menunggu abulan pitung dina serta malelet itu, ditiadakan karena sang Ida Pedanda lebar tertimpa pohon atau masuk salah pati (meninggal secara tidak normal).  Nantinya, selain braya serta krama Desa Pakraman Yehembang Kangin, rangkaian prosesi Ida Pedanda Oka Sidanta yang lebar tertimpan pohon saat muput ritual nuhur taru bahan tapel (topeng) Barong dan Rangda, Tapakan Ida Betara Sesuhanan Pura Puseh Desa Pakraman Munduk Anggrek Kaja, Banjar Munduk Anggrek Kaja, Desa Yehembang Kauh, Kecamatan Mendoyo, Jembrana, dipastikan juga dikawal Desa Pakraman Munduk Anggrek Kaja.

“Dari Desa Pakraman Munduk Anggrek Kaja juga sudah meminta maaf kepada keluarga, membawa banten guru piduka ke Griya. Mereka minta maaf, karena ikut merasa bersalah sampai terjadi musibah saat muput ritual nuhur taru untuk kepentinggan Desa Pakraman Munduk Anggrek Kaja, sampai Ida ikut turun langsung ke lokasi. Kami dari keluarga juga sudah mengikhlaskan kejadian ini sebaga musibah,” tuturnya.

Saat ini layon (jenazah) Ida Pedanda Oka Sidanta disemayamkan di Bale Sari Griya setempat. Hingga Minggu sore kemarin, sejumlah Ida Pedanda juga dikabarkan melayat ke rumah duka. Ida Pedanda dari Jemrbana, di antaranya dari Griya Kusara (Desa Batuagung), Griya Megati (Desa Batuagung), Griya Manistutu (Desa Manistutu), Griya Badulu (Desa Batuagung), dan Griya Panida (Desa Batuagung). Kemudian juga ada Ida Pedanda dari dua Griya di Tabanan, yakni dari Griya Kutuh dan Griya Taman Sari, serta Ida Pedanda dari Griya Dalung, Denpasar.

Semasa hidupnya, sang Ida Pedanda Oka Sidanta juga dikenal sebagai sosok yang dekat pada braya. Tidak hanya melayani umat di Jembrana, sang Ida Pedanda diketahui sering muput di Jawa Timur hingga terjauh di Sumatera Selatan. Sejak madiksa bersama istri, Ida Pedanda Istri Rai Oka tahun 2002 lalu, Ida Pedanda Oka Sudanta diketahui pernah menjadi Pedanda Jawatan di Pemkab Jembrana saat zaman mantan Bupati Jembrana I Gede Winasa. Saat itu, beliau juga pernah menjadi Ketua Dharmopadesa Kabupaten Jembrana. “Sosok beliau memang sangat dekat. Walaupun sudah menjadi sulinggih, pesan beliau yang selalu kami ingat, bagimana selalu berprinsip mempersatukan umat, dan jangan sampai menbeda-bedakan umat,” kata Susrama Megati, menantu Ida Pedanda Oka Sidanta. *ode

Komentar