nusabali

Muncul Skenario Kereta Api Mengwitani - Sukasada

  • www.nusabali.com-muncul-skenario-kereta-api-mengwitani-sukasada

Jalur perlintasan Kereta Api Mengwitani-Sukasada sepanjang 57,5 kilometer, dengan jarak tempuh 43 menit

Percepat Akses Bali Utara-Selatan

SINGARAJA, NusaBali
Pemerintah pusat telah menyiapkan sejumlah skenario untuk percepatan akses Bali Selatan-Bali Utara. Salah satunya, dengan membangun perlintasan kereta api (KA) rute Desa Mengwitani (Kecamaan Mengwi, Badung)-Desa Sukasada (Kecamatan Sukasada, Buleleng).

Informasinya, Kementerian Perhubungan (Kemenhub) sudah menujuk tim guna menyusun alur perlintasan KA Mengwitani-Sukasada tersebut. Tim tersebut bahkan dijadwalkan sudah mulai bekerja, April 2018 ini. Dinas Perhubungan Provinsi Bali juga telah melakukan Feasibilty Study (FS) terkait proyek perlintasan KA Mengwitani-Sukasada ini.

Jalur perlintasan KA Mengwitani-Sukasada ini panjangnya mencapai 57,5 kilometer, dengan jarak tempuh 43 menit. Dalam FS juga disebutkan akan ada tiga stasiun perlintasan KA. Stasiun I, di Terminal Mengwi, Desa Mengwitani, Kecamatan Mengwi. Stasiun II, di kawasan Bedugul, Desa Candikuning, Kecamatan Baturiti, Tabanan. Stasiun III, di Terminal Sangket, Desa/Kecamatan Sukasada, Buleleng.

Nantinya, dalam sekali perjalanan, KA yang disiapkan mampu mengangkut penumpang sebanyak 144 orang. Penumpang ini terbagi dalam Kelas Bisnis (sebanyak 64 orang) dan Kelas Ekonomi (sebanyak 80 orang). Betulkah?

Saat dikonfirmasi NusaBali per telepon, Rabu (4/4), Kepala Bidang Keterpaduan Moda Dinas Perhubungan Provinsi Bali, Standly Suwandhi MT, membenarkan skenario perlintasan KA Mengwitani-Sukasada ini. Menurut Standly Suwandhi, rencana pembangunan perlintasan KA Mengwitani-Sukasada ini berawal dari Perencanaan Induk Perkeretaapian Nasional (Ripnas) yang disusun Kemenhub tahun 2013 silam.

Nah, untuk Bali, dalam Ripnas ditetapkan tiga perlintasan, masing-masing Perlintasan KA Gilimanuk (Jembrana)-Denpasar, Perlinatasan KA Denpasar-Padangbai (karangasem), Perlintasan KA Padangbai (Karangasem)-Singaraja (Buleleng). Oleh Kemenhub, daerah juga harus menindaklanjuti Ripnas tersebut dengan menyusun Rencana Induk Perkeretaapian Daerah (Ripda).

Dari Ripda itu, kata Standly Suwandhi, muncul lagi 4 tambahan perlintasan, masing-masing Perlintasan KA Antosari (Tabanan)-Seririt (Buleleng), Perlintasan KA Gilamanuk (Jembrana)-Singaraja (Buleleng), Perlintasan KA Mengwitani (Badung)-Sukasada (Buleleng), dan Perlintasan KA Sarbagita (Denpasar-Bangli-Gianyar-Tabanan).

“Sehingga total ada 7 perlintasan kereta api untuk Bali. Namun, yang menjadi prioritas utama adalah Perlintasan Kereta Api Mengwitani-Sukasada ini. Alasan utamanya, kita ingin memecahkan persoalan konektivitas yang memicu ketimpangan Bali Utara-Bali Selatan,” ungkap Standly Suwandhi.

Menurut Standly Suwandhi, sejatinya ada beberapa skenario alternatif dalam mempercepat konektivitas Bali Utara-Bali Selatan. Selain skenario Perlintasan Kereta Api, juga membangun Jalan Tol. Namun, yang tengah dikaji pembangunannya saat ini adalah perlintasan kereta api.

“Ini sama-sama dikaji. Intinya, untuk mempercepat akses Bali Utara-Bali Selatan, yang selama ini menjadi menyebab ketimpangan pembangunan itu. Tapi, perlintasan kereta api tidak terlalu banyak membutuhkan lahan jika dibanding membangun Jalan Tol,” bebernya.

Sementara itu, Kadis Perhubungan Kabupaten Buleleng, Gede Gunawan AP, mengatakan rencana pembangunan Perlintasan KA Mengwitani-Sukasada itu sudah beberapa kali dibahas, baik di Dinas Perhubungan Provinsi Bali maupun level Kemenhub. Menurut Gunawan, pihaknya sangat mendorong percepatan terwujudnya Perlintasan KA Mengwitani-Sukasada tersebut.

“Recana Perlintasan KA Mengwitani-Sukasada sudah dibahas berasama, karena ini telah masuk program nasional. Dan, kami dari Buleleng memang mendorong agar secepatnya bisa terwujud, di samping pula mewujudkan rencana pembangunan Short Cut (di Bedugul, Dewa Wanasari, dan desa Gitgit, Red),” tandas Gunawan.

Gunawan menyebutkan, banyak keuntungan yang didapat Buleleng jika Perlintasan KA Mengwitani-Sukasada ini terwujud. Salah satunya, warga Buleleng yang sebagian besar bekerja di Bali Selatan bisa tinggal di daerahnya. Sebab, mereka dapat pergi ke tempat kerja dengan naik moda transportasi kereta api, sehingga biaya hidup bisa lebih murah ketimbang tinggal di Bali Selatan.

“Selain itu, beban di Bali Selatan juga praktis bisa berkurang, karena pekeraja asal Buleleng bisa bekerja pulang pergi dengan naik kereta api ke Denpasar. Dengan demikian, pereknomian di Buleleng nanti juga bisa lebih berkembang,” jelas Gunawan. *k19

Komentar