nusabali

Dipercaya Bertuah untuk Nunas Tamba, Selalu Terbakar Saat Dinihari

  • www.nusabali.com-dipercaya-bertuah-untuk-nunas-tamba-selalu-terbakar-saat-dinihari

Penghuni gaib pohon Pule raksasa ini masing-masing berwujud wanita cantik yang disebut Ratu Bibi dan sosok perempuan sepuh dengan sebutan Ratu Lingsir. Itu sebabnya, di bawah pohon keramat terdapat Palinggih Ratu Bibi dan Palinggih Ratu Lingsir

Pohon Pule Keramat di Desa Kaliasem, Kecamatan Banjar Dua Kali Terbakar dalam Kurun Tiga Hari

SINGARAJA, NusaBali
Pohon Pule keramat berusia ratusan tahun di Banjar Lebah, Desa Kaliasem, Kecamatan Banjar, Buleleng tiba-tiba terbakar, Senin (2/4) dinihari sekitar pukul 01.30 Wita. Peristiwa kebakaran ini berbau niskala, karena terjadi buat kali kedua dalam tiga hari terakhir di pohon tua yang dipercaya bertuah untuk nunas tamba (mohon kesebuhan) tersebut.

Api yang berkobar saat kebakaran pohon Pule setinggi 50 meter dengan diameter sekitar 3 meter, dinihari kemarin, hanya terjadi pada bagian dahan yang mengering di sisi utara. Tidak jelas, dari mana sumber api. Warga mengetahui api sudah berkobar pada ketinggian sekitar 3 meter dari permukaan tanah. Muncul dugaan, api bersumber dari dupa menyala.

Maklum, warga setempat rutin menghaturkan bakti dan canang pada dua palinggih di bawah pohon yang berlokasi di jalan desa ini. Pertama, Palinggih Ratu Bibi yang berada tepat di bawah sisi utara pohon Pule keramat. Kedua, Palinggih Ratu Lingsir yang berada di sebelah utara Palinggih Ratu Bibi. Sedangkan di sisi selatan batang bawah pohon Pule raksasa, merupakan deretan warung-warung untuk jualan tipat santok dan makanan lainnya pada siang hari.

Menurut salah satu saksi mata, Gede Landep, 31, yang tinggal dalam jarak sekitar 100 meter dari pohon Pule keramat, peristiwa kebakaran itu diketahuinya saat dirinya pulang dari memancing ikan. Saat itu, Senin dinihari sekitar pukul 01.30 Wita, api sudah berkobar di dahan kering bagian utara.

“Saya kebetulan baru pulang dari mancing ikan ketika melihat api sudah membesar. Saya pun langsung telepon petugas pemadam kebakaran dan teman-teman lainnya untuk membantu memadamkan api,” ungkap saksi Gede Landep saat ditemui NusaBali di lokasi kejadian, Senin  siang.

Gede Landep menyebutkan, berkat kesigapan warga yang melakukan pemadaman secara manual dan bantuan mobil pemadam, kobaran api di pohon Pule keramat akhirnya dapat dipadamkan dalam tempo 1 jam. Api tidak sampai merembet ke bangunan bedeng pedagang tipat rujak dan makanan lainnya yang berada di bawah sisi selatan pohon Pule keramat.

Menurut Gede Landep, ini untuk kedua kalinya pohon Pule keramat terbakar dalam kurun tiga hari terakhir. Sebelumnya, pohon ini juga se-mpat terbakar saat Purnamaning Kadasa yang bertepatan dengan rahina Tumpek Landep pada Saniscara Kliwon Landep, Sabtu (31/3) dinihari. “Saat itu, kobaran api lebih kecil, hingga mudah dipadamkan,” kata Gede Landep yang juga jadi pecalang Desa Pakraman Kaliasem.

Pohon Pule yang terbakar secara beruntun ini diperkirakan sudah berumur ratusan tahun. Menurut Gede Landep, pohon keramat ini sudah ada dengan ukuran yang cukup besar saat kakeknya masih kecil. Hal tersebut juga dibenarkan oleh Wayan Madya, 90, seorang warga sepuh di Banjar Lebah, Desa Kaliasem.

Ketika dirinya masih kecil, Wayan Madya yang kini berusia 90 tahun sudah mendapati pohon Pule ini dengan ukuran besar. Warga setempat sangat mengkramatkan pohon Pule berukuran besar ini. Tidak ada yang berani menebang sembarangan pohon Pule ini. Tidak pula ada yang berani bicara jorok di sekitar pohon ini.

Selain itu, pohon raksasa ini sangat unik, karena merupakan gabungan dari tiga jenis pohon, yakni pohon Pule, pohon Beringin, dan pohon Lece. Ketiga jenis pohon ini akan terlihat jelas saat mendongak ke atas, karena bentuk dan tekstur daunnya berbeda. Padahal, di bagian bawah batang pohon raksasa ini tidak ada celah yang memisahkannya. Ketiga pohon raksasa itu nampak sudah menyatu di bagian bawah hingga tidak ada lagi rongga yang bisa dilihat.

Dulunya, kata Gede Landep, para tetua di Banjar Lebah, Desa Kaliasem pernah membuat satu palinggih di antara ketiga pohon raksasa tersebut. Kini, palinggih tersebut sudah tidak terlihat, karena ditutupi batang pohon yang semakin membesar dan menyatu.

Riwayat pohon Pule raksasa ini juga menyisakan sejumlah cerita di masyarakat setempat. Aktivitas jualan di bawah pohon ini dimulai pagi hari hingga sore. Kalau sudah memasuki petang hingga malam hari, tidak ada warga yang berani nongkrong-nongkrong di bawah pohon keramat ini.

Kebakaran dua kali beruntun dalam tempo tiga hari ini, kata Gede Landep, mengundang tanda tanya. Krama setempat pun sudah berembuk untuk menghaturkan banten Ulap Ngambe, sebagai simbolik meminta maaf secara niskala jika ada kesalahan niskala yang terjadi tanpa sengaja. “Kami sudah rembuk, karena kita di Bali percaya beliau (penghuni gaib pohon, Red) itu ada. Kita juga tidak tahu apakah punya kesalahan atau mengotori wilayah beliau?” katanya.

Menurut Gede Landep, krama setempat percaya penghuni gaib pohon Pule raksasa ini berwujud seorang wanita cantik yang disebut Ratu Bibi dan sosok perempuan sepuh yang disebut Ratu Lingsir. Itu sebabnya, di bawah pohon keramat ini didirikan Palinggih Ratui Bibi dan Palinggih Ratu Lingsir. Kedua palinggih ini dipercaya sebagai tempat nunas tamba (mohon kesembuhan). “Banyak orang yang datang dari luar desa yang mohon tamba ke sini. Mereka datang karena ada pawisik (petunjuk gaib) yang diterima melalui mimpi.”

Pamedek biasanya datang nunas tamba dengan menghaturkan banten, kemudian memetik daun dan kulit pohon pohon raksasa keramat ini. Seluruh rangkaian ritual itu dilakukan sendiri-sendiri, mengingat Palinggih Ratu Bibi dan Palinggih Ratu Lingsir tidak ada pamangkunya. “Banyak warga yang sudah tersembuhkan setelah nunas tamba di bawah pohon keramat ini,” cerita Gede Landep. *k23

Komentar