nusabali

Bali Targetkan 2030 Bebas TBC

  • www.nusabali.com-bali-targetkan-2030-bebas-tbc

Data estimasi jumlah kasus Tuberkulosis (TBC) di Bali diperkirakan mencapai hingga 13 ribu

Peringatan Hari TBC Se-Dunia

DENPASAR, NusaBali
Pemerintah Provinsi Bali melalui Dinas Kesehatan Provinsi Bali memperingati Hari Tuberculosis (TBC) Sedunia di Lapangan Puputan Margarana, kawasan Niti Mandala Denpasar, Minggu (25/3) pagi. Kampanye dan sosialisasi terus dilakukan untuk mewujudkan target Bali Bebas TBC 2030.

Peringatan Hari TBC kemarin dimeriahkan dengan Senam Kesegaran Jasmani dilanjutkan pelepasan balon oleh Pj Sekretaris Daerah Provinsi Bali, IB Ngurah Arda. Usai senam, kegiatan dilanjutkan dengan Deklarasi Gerakan Masyarakat Menuju Indonesia Bebas TB melalui aksi ‘Temukan Obati Sampai Sembuh (TOSS) TBC’.

Ada empat komitmen yang dideklarasikan saat itu. Pertama, akselerasi penemuan kasus TBC dengan strategi penemuan aktif, intensif, dan massif dalam kegiatan ‘Ketuk Pintu’ dengan pendekatan keluarga dan masyarakat. Kedua, meningkatkan akses masyarakat pada layanan TBC yang bermutu dengan TOSS TBC. Ketiga, perbaikan sistem dan penguatan jejaring Public Private Mix (pemerintah, swasta, dan pelayanan mandiri) untuk pendekatan layanan TBC kepada masyarakat, serta keempat penguatan program terdesentralisasi menuju ‘Bali Eliminasi TBC Tahun 2030’.

Menurut Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Bali, dr Ketut Suarjaya, data estimasi jumlah kasus Tuberkulosis (TBC) di Bali diperkirakan mencapai hingga 13 ribu. Namun dari estimasi tersebut, baru sekitar 26 persen atau 3 ribu kasus yang ditemukan. Sisanya, masih ada sekitar 10 ribu kasus yang belum ditemukan dam berpotensi menularkan ke orang lain.

“Di Bali diestimasikan ada 13 ribu kasus TBC. Yang baru ditemukan baru sekitar 26 persen, dan tingkat kesembuhan yang sesungguhnya kita harapkan minimal 90 persen, tapi tingkat kesembuhannya baru 88 persen,” ungkapnya.

Beberapa masalah lain yang dihadapi juga, ada kasus yang kebal obat atau yang disebut resistensi obat. Dokter Suarjaya menyebut, hampir 10 persen kasus TBC diperkirakan kebal obat. “Hampir 10 persen kasus TBC yang terjadi itu resisten obat, dan diperkirakan memang sekitar 1.300-an, namun kita baru temukan sangat kecil, baru 75 kasus. Sehingga masih cukup banyak kasus-kasus TBC yang belum ditemukan sehingga berpotensi menularkan ke yang lain,” katanya.

Diungkapkan dr Suarjaya, ada beberapa kendala yang dihadapi untuk menemukan lagi 10 ribu kasus yang belum ditemukan itu. Pertama, mungkin mereka selama ini tidak terdeteksi di pelayanan karena tenaga kesehatan belum berpikir bahwa mereka yang datang itu adalah kasus TBC. Sementara kendala lainnya, karena banyak yang menderita kasus TBC tidak datang ke pelayanan kesehatan. Kemungkinan mereka mengobati dirinya sendiri di rumah, tanpa berobat ke dokter sehinggat kasusnya tidak ditemukan.

“Yang lagi 10 ribu ini kita berupaya terus untuk bisa menemukan kasusnya dengan pendekatan keluarga. Jadi seluruh tenaga kesehatan sekarang ditugaskan untuk mendeteksi penyakit TBC sampai ke rumah-rumahnya,” katanya sembari menyebut, akses fasilitas kesehatan di Bali berupa 120 puskesmas, 60 rumah sakit, dan praktek mandiri oleh dokter cukup mampu mendeteksi penyakit TBC ini.

Kadis Suarjaya mengimbau, masyarakat diminta tidak mendeskriminasi atau menjauhi penderitanya, namun penyakitnya. Masyarakat harus menghindari kemungkinan penularan penyakitnya, dengan cara penderita tidak batuk sembarangan melainkan menggunakan penutup mulut. Penularan TBC dimungkinkan melalui batuk, bersin-bersin dan dari ludah atau dahak penderita.

Selain dr Suarjaya, beberapa orang lainnya juga berkesempatan berbagi informasi tentang TBC di Podium Bali Bebas Bicara Apa Saja (PB3AS). Salah satu dokter Spesialis Paru RSUP Sanglah, dr Ni Luh Putu Eka Arisanti, yang ikut hadir kemarin pagi, mengatakan, penyakit TBC dapat menyerang organ lain dan menyebabkan kerusakan di organ tersebut. Selain itu TBC berbahaya karena bisa menular kepada orang lain. Dia juga menyampaikan bahwa penyakit TBC menular melalui dahak yang positif terinfeksi kuman TBC.

“Jadi jika ada yang mengalami gejala batuk lebih dari seminggu, demam, keringat malam dan penurunan berat badan segera periksakan diri ke puskesmas. TBC bukan penyakit keturunan dan bisa disembuhkan dengan berobat secara teratur selama minimal enam bulan dan terus mengikuti saran dokter,” ungkapnya.

Karenanya, dia menyarankan untuk memperhatikan etika batuk di tempat publik, yakni yakni menutup mulut dan hidung dengan tisu, lalu tisu tersebut dibuang di tempat semestinya. Jika tak ada tisu gunakan lengan baju bagian dalam. *ind

Komentar