nusabali

Puluhan Ogoh-ogoh Tak Dipralina

  • www.nusabali.com-puluhan-ogoh-ogoh-tak-dipralina

Sejumlah ogoh-ogoh masih berdiri kokoh usai pelaksanaan Nyepi tahun baru Saka 1940.

MMDP Ingatkan Bisa Bikin Kemalangan secara Niskala


SINGARAJA, NusaBali
Puluhan ogoh-ogoh itu tidak dipralina sesuai dengan fungsinya. Ogoh-ogoh yang masih dipertahankan oleh sekaa truna dan kelompok pemuda yang membuatnya malah masih disimpan di sejumlah balai banjar dan pinggir jalan.

Ogoh-ogoh yang dipralina itu pun marak di sejumlah sudut wilayah kota hingga ke pinggir desa di Kabupaten Buleleng. Keberadaan ogoh-ogoh yang belum dipralina tersebut akhirnya memakan tempat yang cukup banyak yang dapat mengganggu pemandangan dan fasilitas umum lainnya.

Ketua Majelis Madya (MMDP) Buleleng, Dewa Putu Budarsa dikonfirmasi Senin (19/3) kemarin tidak menampik hal tersebut. Ia pun mengakui sejumlah ogoh-ogoh masih dipertahankan oleh pembuatnya dan tidak dipralina usai pengarakan saat pangerupukan Jumat (16/3) lalu. Padahal setiap tahunnya pihaknya mengaku sudah melakukan sosialisasi dan imbauan kepada seluruh desa pakraman yang ada agar melaksanakan rangkaian Nyepi dengan ketentuan yang ada. Termasuk ketentuan pembuatan, pengarakan hingga pralina ogoh-ogoh.

“Dari tahun ke tahun ini yang memang selalu menjadi kendala usai nyepi. Kami kembali akan berikan imbauan kepada masing-masing desa pakraman untuk menindak lanjuti ogoh-ogoh yang tidak dipralina,” ungkap dia. Menurutnya pembuatan ogoh-ogoh sebagai kreativitas pemuda Hindu dalam menyambut tahun baru saka melalui ogoh-ogoh sangat baik. Apalagi pada hakekatnya ogoh-ogoh menyimbolkan buta kala. Buta Kala yang diwujudkan dalam ogoh-ogoh sudah sepantasnya untuk dipralina serangkaian dengan pangerupukan dan pacaruan untuk nyomia butha kala. Budarsa pun mengatakan jika tidak dibakar selain dapat menghambat kegiatan umum karena disimpan di balai banjar, juga bisa mendatangkan kemalangan dari segi niskala.

“Kalau simbol buta ini dibiarkan dalam artian tidak diomia, bisa-bisa dimasuki roh-roh yang tidak kita inginkan. Oleh sebab itu ogoh-ogoh memang harus dipralina,” imbuh dia. Pihaknya pun berharap kepada seluruh desa pakraman dan pemuda yang masih mempertahankan ogoh-ogohnya sampai saat ini untuk segera menindak lanjuti hal tersebut untuk kebaikan bersama. *k23

Komentar