nusabali

100 Krama Sebanjar Keracunan

  • www.nusabali.com-100-krama-sebanjar-keracunan

Hingga kemarin, ada 88 pasien korban yang masih dirawat di RSUD Sanjiwani Gianyar, termasuk Kelian Adat Banjar Mudita, AA Gede Oka Indra

Petaka Usai Santap Nasi Bungkus Saat Pangrupukan Nyepi di Sukawati


GIANYAR, NusaBali
Petaka keracunan massal menimpa krama sebanjar di Banjar Mudita, Desa/Kecamatan Sukawati, Gianyar saat Nyepi Tahun Baru Saka 1940 yang bersaamaan dengan Hari Raya Saraswati pada Saniscara Umanis Watugunung, Sabtu (17/3). Para korban bertumbangan hingga harus dilarikan ke rumah sakit, setelah santap nasi bungkus yang dibagikan usai prosesi pengarakan ogoh-ogoh saat Pangrupukan Nyepi, Jumat (16/3) malam.

Hingga Minggu (18/3) siang, terdata ada 100 krama Banjar Mudita, Desa Sukawati yang jadi korban keracunan massal. Mereka awalnya dilarikan ke berbagai rumah sakit yang ada di wilayah Kabupaten Gianyar, Sabtu dinihari sekitar pukul 03.00 Wita. Namun, karena kondisinya tak kun-jung membaik sepulang dari rumah sakit, seluruh korban berjumlah 100 orang akhirnya diputuskan untuk dibawa kembali ke RSUD Sanjiwani Gianyar. Termasuk di antaranya Kelian Adat Banjar Mudita Anak Agung Gede Oka Indra dan Kelian Dinas Banjar Mudita, IB Ketut Mas Adnyana.

Mereka yang keracunan ini terdiri dari 82 pria dan 18 perempuan. Dari 100 korban keracunan nasi bungkus tersebut, sebanyak 88 orang di antaranya masih dirawat di RSUD Sanjiwani Gianyar, Minggu kemarin. Sedangkan 12 korban lainnya dibolehkan pulang dan hanya menjalani rawat jalan.

Humas RSUD Sanjiwani Gianyar, IB Punarbawa, dari 88 korban yang masih dirawat kemarin, satu di antaranya harus mendapatkan perawatan intensif di Ruang ICU, Ni Kadek Karcipta, 34. Sementara seorang ibu hamil, AA Istri Wina Laksmi, 29, dirawat intensif di VK Kunti RSUD Sanjiwani. "Kondisi keduanya memerlukan penanganan khusus," jelas IB Pnarbawa saat dikonfirmasi NusaBali, Minggu kemarin.

Selain itu, ada satu pasien korban keracunan lagi yang kemarin masih ditangani di IGD RSUD Sanjiwani. Sedangkan 85 pasien lainnya dirawat di beberapa ruangan terpisah di RSUD Sanjiwani, masing-masing di Ruangan Nakula (23 pasien), Ruangan Yudhistira (17 pasien), Ruangan Sahadewa (12 pasien), Ruangan Abimanyu (11 pasien), Ruangan Atjuna (8 pasien), Ruangan Ayodya (7 pasien), dan Ruangan Astina (7 pasien).

Informasi di lapangan, nasi bungkus penebar malapetaka keracnan massal ini dipesan oleh Ketua Pemuda Banjar Mudita, Desa Sukawati, IB Putu Wisnu Mas Budiana, 20, di warung Gusti Ayu Sukamini, krama setempat. Ada 200 bungkus nasi yang dipesan. Jumat malam sekitar pukul 21.00 Wita, nasi tersebut dijemput ke warung Gusti Ayu Sukamini yang berada persis di depan Bale Banjar Mudita. Kemudian, 200 bungkus nasi dengan lauk ayam suir, kacang saur, mie goreng, tem-pe, dan sambal tersebut dibagikan kepada krama yang dalam kondisi kelelahan, lapar, dan haus usai mengarak ogoh-ogoh. Nah, nasi bungkus tersebut selanjutnya disantap beramai-ramai, ada pula yang dibawa pulang.

Dari 200 nasi bungkus dengan harga Rp 5.000 per bungkus yang dipesan di warung Gusti Ayu Sukamini, sekitar 50 bungkus masih tersisa dam disimpan di bale banjar. Ketua Pemuda Banjar Mudita, IB Putu Wisnu Mas Budiana alias Gus Tu Wisnu, sendiri santap 4 bungkus nasi sekaligus.

Gus Tu Wisnu pun kaget ketika mendengar kegaduhan banyak krama yang keracunan gara-gara makan nasi bungkus. "Saya juga takut, karena sempat makan 4 bungkus. Untung saja, fisik kuat," ujar Gus Tu Wisnu, Minggu kemarin. Menurut Gus Tu Wisnu ini, berselang 1 jam setelah santap nasi bungkus, dirinya sempat meriang sekitar pukul 22.00 Wita. "Badan terasa panas dingin. Tapi, habis dikasi obat, saya bisa tidur," jelas Gus Tu Wisnu, Minggu kemarin.

Namun, berselang 6 jam kemudian, tepatnya Sabtu dinihari pukul 04.00 Wita, Gus Tu Wisnu mulai merasakan perutnya bermasalah, hingga beberapa kali bolak-balik ke kamar kecil. "Paginya saya mencret, tapi tidak sampai muntah-muntah seperti gejala yang dialami para korban lainnya. Saya sempat cek ke Posko di banjar, katanya cukup istirahat di rumah saja, nggak usah dirujuk ke RS," kenang mahasiswa STPBI ini.

Terungkap, para korban keracunan dilarikan ke rumah sakit mulai Sabtu dinihari pukul 03.00 Wita. Termasuk di antara korban yang dilarikan ke rumah sakit adalah Kelian Adat Banjar Mudita, Desa Sukawati, AA Gede Oka Indra. Selain Gung Oka Indra, Kelian Dinas Banjar Mudita, IB Ketut Mas Adnyana, juga jadi korban dan dirawat di Ruang Nakula RSUD Sanjiwani.

Hingga Minggu kemarin, Gung Oka Indra masih dirawat di Kamar 05 Ruang Arjuna RSUD Sanjiwani. "Acara santap bersama malam itu dikoordinir pemuda. Nasi bungkus dibagikan usai prosesi pengarakan ogoh-ogoh, saya juga ikut makan," tutur Gung Oka Indra kemarin. “Tak ada kecurigaan saat nasi bungkus tersebut disantap. Hanya saja, nasinya agak lembek. Mungkin karena saking laparnya, terasa enak-enak saja nasinya," lanjut dia.

Gung Oka Indra mengakui, dirinya sempat ikut mengantar bolak-balik sjumlah krama yang keracunan ke rumah sakit. "Saya awalnya nggak ada masalah, bahkan sempat urus krama yang keracunan ke RSUD Sanjiwani. Namun, Sabtu pagi sepulang ngantar krama ke rumah sakit, saya malah diare, badan menggigil dan lemes. Akhirnya, saya juga dilarikan ke sini," cerita Gung Oka Indra.

Kelian Adat Banjar Mudita ini jadi korban keracunan bersama anaknya yan baru berusia 6 tahun, AA Gede Lanang. "Anak saya dirawat terpisah di Sal Anak RSUD Sanjiwani. Dia ditemani ibunya di sana," jelasnya.

Sementara, Humas RSUD Sanjiwani Gianyar, IB Punarbawa, mengatakan pihaknya seluruh pasien korban keracunan mendapatkan penanganan maksimal. "Saat ini, kondisi para pasien mulai stabil, tinggal pemulihan. Mungkin besok (hari ini) sudah bisa dipulangkan dari RS," jelas IB Punarbawa di RSUD Sanjiwani Gianyar, Minggu kemarin. Menurut Punarbawa, kondisi ibu hamil yang jadi korban keracunan, AA Istri Wina Laksmi, juga kondisinya sudah membaik.

Sedangkan Dirut RSUD Sanjiwani Gianyar, dr Ida Komang Upeksa, mengatakan biaya perawatan seluruh korban keracunan asal Banjar Mudita, Desa Sukawati ini ditanggung pemerintah. "Tidak ada biaya perawatan, semuanya difasilitasi karena ini KLB (Kejadian Luar Biasa)," jelas dr Upeksa saat dikonfirmasi terpisah, Minggu kemarin.

Di sisi lain, pihak Dinas Kesehatan Gianyar sudah mengambil sanpel makanan nasi bungkus yang diduga sebagai penebar petaka keracunan massal. Menurut Kadis Kesehatan Gianyar, Ida Ayu Cahyani, ada dua kemungkinan kenapa nasi bungkus tersebut basi hingga menimbulkan petaka keracunan massal. Kemungkinan pertama, disimpan terlalu lama sebelum dikonsumsi. Kemungkinan kedua, nasi dibungkus dalam kondisi panas. Namun, untuk memastikannya, harus berdasarkan uji la-boratorium. "Tim kami sudah terjun dibantu Puskesmas Sukawati I untuk ambil sampel makanan. Hasil uji laboratorium baru keluar 7-10 hari mendatang," jelas Ida Ayu Cahyani.

Dikonfirmasi terpisah, Kadis Kesehatan Provinsi Bali dr Ketut Suarjaya mengatakan ada 14 sampel yang diambil terkait keracunan massal di Sukawati ini. Termasuk di antaranya 3 sampel air, 5 sampel usap alat, sayur, dan ayam sisit dari rumah pemilik warung, serta sampel nasi bungkus. "Saat ini semua sampel sudah dikirim ke Laboratorium Kesehatan untuk dilakukan pemeriksaan," jelas dr Suarjaya.

Semua pasien keracunan, kata dr Suarjaya, sudah diberikan pelayanan medis. Dinas Kesehatan Bali pun telah berkoordinasi dengan berbagai pihak untuk lakukan tindakan seperti pengamatan epidemiologi, pemeriksaan sampel rental pada penjamah dan pengolah makanan, alat-alat yang digunakan, air, dan bahan makanan yang digunakan. "Pengamatan epidemiologi kita lakukan dengan meminta penjelasan di TKP, karena kemungkinan ada kasus baru. Kami juga lakukan pengamatan sampel pada makanan yang tersisa," katanya.

Sedangkan Kepala BBPOM Denpasar, Dra I Gusti Ayu Adhi Aryapatni Apt, mengatakan, pihaknya telah berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan Gianyar untuk melakukan uji laboratorium atas sampel yang diambil. Sesuai rencana, uji laboratorium akan dilakukan Senin (19/3) pagi ini.

Sementara itu, Kapolsek Sukawati Kompol Pande Putu Sugiharta mengatakan hingga kemarin pihaknya belum melakukan pemeriksaan saksi-saksi. "Belum bisa kita periksa, karena semua korban masih di RS," kata Kompol Sugiharta.

Menurut Kompol Sugiharta, pembuat nasi bungkus yakni Gusti Ayu Sukamini juga belum diperiksa, karena yang bersangkutan masih menunggui anaknya yang jadi korban keracunan di rumah sakit. "Pembuat nasi bungkus ini masih menjaga anaknya di RS. Dia belum bisa kami periksa," tandas Kompol Sugiharta. *nvi

Komentar