nusabali

Fenomena Gunung Agung Jadi Inspirasi Ogoh-ogoh

  • www.nusabali.com-fenomena-gunung-agung-jadi-inspirasi-ogoh-ogoh

Fenomena erupsi Gunung Agung yang terjadi sejak September 2017 dijadikan ide membuat ogoh-ogoh oleh Sekaa Teruna Eka Bhuana Tunggal Budi Kaja, Banjar Seminyak Kaja, Kelurahan Seminyak, Kecamatan Kuta, Badung.

MANGUPURA, NusaBali

Ogoh-ogoh yang sebagian besar terbuat dari bahan bambu ini mengangkat tema Apit Lawang.I Gede Jaya Putera salah seorang pencetus dan anggota Sekaa Teruna Eka Bhuana Tunggal Budi Kaja saat ditemui, Kamis (15/3), di Seminyak mengungkapkan Apit Lawang adalah kisah ketika Rahwana membuktikan kesaktiannya dengan memporakporandakan Gunung Kailash. Sehingga timbul gempa di Gunung Kailash saat itu. Karakter dari Mahakala (putera Dewa Siva) dan Nandiswara (bhakta setia Dewa Siva) ini merupakan penjaga dari Gunung Kailash. Pada saat itu mereka naik ke puncak gunung untuk menekan Rahwana hingga terjepit dan hancurlah kesombongan Rahwana.

Kejadian gempa Gunung Kailash dikorelasikan dengan erupsi Gunung Agung. Apa yang terjadi dengan Gunung Agung sama persis dengan apa yang terjadi pada Gunung Kailash saat Rahwana mengamuk. Hal itu akan diinterpretasikan apakah getaran yang dibuat oleh Rahwana itu yang terjadi pada Gunung Agung saat ini, ataukah pengaruh ulah manusia yang memiliki kesombongan yang sama seperti Rahwana.

“Awalnya ide ini muncul pada saat erupsi Gunung Agung mulai memberi dampak negatif terhadap pariwisata. Dampaknya saat itu terasa sekali di Seminyak. Pada saat itulah kami mulai berpikir untuk menyalurkan ide kami dalam bentuk seni budaya ogoh-ogoh,” ungkap Jaya Putera.

Kaitannya adalah apakah kesombongan Rahwana yang mengguncang Gunung Kailash hingga porakporanda diasosiasikan ke dalam kesombongan manusia saat ini yang membuat Gunung Agung seperti yang terjadi saat ini.

“Saat pertunjukan nanti pertama display baleganjur. Setelah itu masuk ke semi fragmen. Fragmen yang pertama keluar kisah dewa-dewa yang sedang bersemedi di Kailash. Babak kedua muncul Rahwana yang membuat onar. Dan ketiga munculah sosok Mahakala dan Nandiswara dan menjepit Rahwana. Pada saat itu mereka disimbolkan menjadi dua gunung,” tuturnya.

Ketua ST Eka Bhuana Tunggal Budi Kaja Dedi Diatmika mengungkapkan proses pembuatan ogoh-ogoh setinggi 4,5 meter itu sejak 9 Januari 2018 hingga 6 Maret. Dirinya mengaku tak ada kesulitan yang dihadapi.

“Syukur untuk tahun ini kami disupport oleh desa adat dan Pemkab Badung dalam hal pendanaan. Sehingga persoalan dana mencukupi. Anggaran yang dikeluarkan untuk semua biaya dari makanan hingga pementasan besok (sore ini) kurang lebih mencapai 50 juta rupiah,” kata Dedi Diatmika. *p

Komentar