nusabali

Warga Temukus Bingung Rayakan Nyepi

  • www.nusabali.com-warga-temukus-bingung-rayakan-nyepi

Sejak 30 hari lalu, krama Banjar Temukus Desa Besakih, Kecamatan Rendang, Karangasem, kembali dari pengungsian dan tinggal di kampung halaman.

AMLAPURA, NusaBali
Hanya saja mereka mengaku kebingungan menyambut Hari Raya Nyepi karena tak cukup bekal. Apalagi seluruh tanaman pangan di kawasan rawan bencana (KRB) III berjarak 4,2 kilometer dari kawah Gunung Agung ini terbakar abu vulkanik. Ternak sapi pun dijual murah saat Gunung Agung dinyatakan status awas.

Krama Banjar Temuku yang kembali ke kampung halaman memulai bertanam keladi dan jagung. Mereka berharap bantuan logistik, namun sejak pulang dari mengungsi tidak ada bantuan. Selama sebulan tinggal di kampung halaman krama hanya menemukan tanaman padang kasna, bunga gumitir, kacang tanah yang telah terbakar. Lahan kebun terlihat gundul, tanpa ada sisa tanaman. Warga memulai bertanam keladi dan jagung, baru berumur sebulan mesti menunggu sekitar tiga bulan lagi untuk panen. Sumber penghasilan lainnya tidak ada.

I Wayan Sudar beserta istri, Ni Wayan Karni, dan dua anaknya tak mampu berbuat banyak untuk bekal hidup sehari-hari. “Saya tidak punya apa-apa lagi, jangankan untuk hari raya, bekal sehari-hari saja tidak ada. Lihat sendiri alam di sini semuanya terbakar,” ungkap Wayan Sudar, Minggu (11/3). Warga lainnya, I Ketut Korsi menambahkan, baru memulai bertanam jagung dan keladi, mesti menunggu empat bulan lagi agar bisa panen.

Dikatakan, beli bibit jagung Rp 65.0000 per paket berisi 1.500 biji. “Sebelumnya saya punya dua sapi telah dijual Rp 2 juta per ekor, sedangkan bibitnya saja Rp 7 juta per ekor. Terpaksa kami jual untuk bekal ngungsi,” kata I Ketut Korsi. Awalnya ia memiliki empat ekor sapi, bibitnya dibeli Rp 35 juta, jelang mengungsi keempatnya dijual Rp 12 juta. “Sedih rasanya, sapi satu-satunya jadi kebanggaan terpaksa dijual murah,” ungkapnya.

Terpisah, Bendesa Pakraman Temukus, I Nengah Sindia, mengakui warganya sepulang dari mengungsi tidak memiliki usaha apa-apa. “Banyak warga kami bekerja serabutan sebagai buruh, yang penting punya bekal untuk sehari-hari,” katanya. Dari 910 jiwa penduduk Banjar Temukus, baru sebagian kembali ke kampungnya, sebagian lagi masih mengungsi karena jalan putus. *k16

Komentar