nusabali

'Orangtua Mesti Makin Urati'

  • www.nusabali.com-orangtua-mesti-makin-urati

Komisi Penyelenggara Perlindungan Anak Daerah (KPPAD) Bali prihatin terhadap kejadian tragis yang menimpa sejumlah siswa atau pelajar di Bali.

Kasus Mengorbankan Anak Makin Marak


GIANYAR, NusaBali
Seperti baru-baru ini kejadian siswa SMPN 2 Ubud, Komang Andika yang tewas saat mandi di Sungai Ayung dan siswi bunuh diri di Kecamatan Susut, Bangli. Peran dan perhatian orangtua disebut masih minim untuk mengawasi dan berkomunikasi dengan si anak. Komisioner KPPAD Provinsi Bali Kadek Ariyasa mengajak dan menggugah para orangtua untuk semakin peduli. "Perhatian orangtua terhadap anak kali ini begitu memprihatinkan. Orangtua mesti makin urati (peduli) dalam hal penguatan pola asuh yang baik dan benar terhadap anak," ujar komisioner KPPAD asal Desa Mas, Kecamatan Ubud itu, Minggu (11/3).

Ariyasa mengaku sudah banyak kasus yang membahayakan anak-anak. Contoh sebelumnya ada siswa yang terbawa arus ke cubang di air terjun Tegenungan di Desa Kemenuh, Kecamatan Sukawati. Termasuk kasus kecelakaan lalu lintas yang sempat terjadi di Jalan Raya Blahbatuh. “Itu mungkin belum hilang dari ingatan kita semua. Tapi kenapa masalah ini masih berlanjut,” ujarnya.

Dari kasus siswa tenggelam di Sungai Ayung, ada tujuh anak SMP naik sepeda motor menuju sungai. Kemudian mereka mandi di sungai yang dikenal berair deras itu. “Seharusnya para orangtua bisa menanamkan pendidikan mengenai lingkungan ini. Belum waktunya sudah diberikan naik motor,” keluhnya.

Disamping itu, orangtua juga harus mengajarkan supaya berhati-hati jika mandi di sungai. “Anak harus diajarkan ada risiko di alam sana,” pintanya. Dia pun mengajak para orangtua ini sadar.  

Sedangkan, untuk kasus siswi bunuh diri di Kecamatan Susut, Bangli, disebut kejadian ulangan. Sebelumnya di Bangli juga sempat terjadi kasus bunuh diri yang dilakukan pelajar. “Untuk bunuh diri sebelumnya di Kintamani, KPPAD sempat turun, ternyata motif hampir sama dengan yang di Susut ini (kejadian Sabtu 10 Maret, Red),” terangnya.

Ariyasa melihat, secara sekilas, dua kasus itu sama-sama ada unsur rasa kecewa terkait hubungan komunikasi antara anak dengan orangtua. “Hal ini kembali kami tegaskan semua hal ini tidak bisa dipisahkan dari pola asuh di dunia pendidikan,” tegasnya.

Pihak KPPAD Bali menilai, beberapa orangtua belum menganggap keterbukaan komunikasi dengan si anak hal yang penting. “Sebagian besar orangtua belum menyadari arti penting komunikasi untuk mendengar keluhan dan memenuhi hak anak,” jelasnya.

Ada banyak faktor penyebab munculnya lemahnya kesadaran komunikasi ini. Pertama, karena faktor pendidkan, wawasan dan pengetahuan yang agak terbatas. ‘’Lalu, ada tuntutan ekonomi yang lebih dominan,” jelasnya.

Faktor lainnya, dari masyarakat sekitarnya, termasuk peran pemerintah terbawah yakni banjar. “Peran pemerintah teratas sampai terbawah, harus menyosialisasikan agar setiap kasus yang mengorbankan anak dapat dijadikan pelajaran penting bagi para orangtua,” jelasnya.

Selain kepedulian orangtua, KPPAD juga menggugah kepedulian dari pengelola objek wisata maupun masyarakat sekitar sungai. Para pengelola obyek wisata atau fasilitas umum lainnya diminta agar meningkatkan perhatian dan kepekaannya. Mana kala mengetahui ada sekelompok anak-anak bermain atau menikmati fasilitas umum tersebut yang tanpa ada pendampingan maupun pengawasan orangtua, agar mengingatkan dengan tegas bahkan harus ikut menjaga keselamatan mereka. "Minimal ada tanda larangan atau peringatan yang jelas dan tegas atas bahaya kalau kurang waspada dalam menikmati fasilitas tersebut. Tanda itu pun harus dipasang di lokasi yang strategis. Bila perlu ada speaker pengeras suara untuk selalu mengingatkan kembali," pintanya.*nvi

Komentar