nusabali

Maedeng, Tradisi Memilih Godel di Buahan

  • www.nusabali.com-maedeng-tradisi-memilih-godel-di-buahan

Desa Pakraman Susut, Desa Buahan, Kecamatan Payangan, Gianyar,  memiliki tradisi unik menjelang Hari Suci Nyepi yakni Maedeng.

GIANYAR, NusaBali
Tradisi yang diwarisi secara turun temurun ini, digelar dua pekan sebelum Nyepi Caka 1940, Minggu (4/3) kemarin.  Seluruh peternak sapi se Desa Pakraman Susut wajib ikut serta. Terutama peternak yang memiliki anakan sapi alias Godel, baik jantan maupun betina. Uniknya, setiap menjelang Nyepi cukup banyak sapi bunting yang melahirkan. Sehingga ada ratusan ekor Godel ikut serta. Dari ratusan Godel yang dikumpulkan di lapangan terbuka Setra Pura Dalem Susut, hanya akan dipilih sepasang godel jantan dan betina. Godel yang terpilih, selanjutnya akan digunakan sebagai ulam Tawur Agung Kasanga pada Tilem Kasanga, Jumat (16/3).

Bendesa Pakraman Susut, Desa Buahan I Wayan Sudarsa menjelaskan para pemilik ternak sapi tanpa kecuali membawa godel miliknya untuk mengikuti tradisi Maedeng. Selanjutnya, tim seleksi yang beranggotakan prajuru  desa melakukan seleksi untuk memilih sepasang godel (jantan dan betina) terbaik. Menurut Sudarsa, setiap warga yang memiliki godel (anak sapi) wajib Maedeng. Karena itu, setiap pelaksanaan tradisi ini, tak kurang dari ratusan ekor godel dipastikan berkumpul di setra setempat dan siap untuk diseleksi.  Ditambahkan, persembahan sepasang godel untuk sesajen tawur ini diyakini sebagai sebuah kaul desa.

Dijelaskan, sesuai dengan cerita leluhur, pada masa lampau, desa setempat sempat diserang wabah penyakit mematikan serta paceklik (gering) berkepanjangan. Saat itu warga pun sangat kebingungan. Hingga di tengah kebingungan itu kemudian muncul sebuah pawisik agar warga setempat mempersembahkan sepasang godel (jantan dan betina) dalam setiap gelaran Tawur Kasanga. Persembahan godel jantan dihaturkan di Catus Pata (Perempatan Agung) Desa pekraman setempat, sedangkan godel betina di Pura Dalem. “Karena keyakinan dan kepercayaan inilah, tradisi ini terus kami laksanakan dan lestarikan hingga kini,” tuturnya.

Seluruh warga yang mengikuti tradisi ini mengaku bangga dan bersyukur saat godelnya terpilih sebagai persembahan. Mereka bersyukur mendapatkan kehormatan itu. Sebab, sesuai keyakinan warga setempat, jika godelnya terpilih sebagai persembahan saat Tawur Kasanga akan memberikan berkah yang lebih dalam kehidupannya. Selain itu, ternak godelnya diyakini akan mendapatkan kesempatan untuk meningkatkan derajatnya karena menjadi korban suci dalam upacara tawur. Sebagai kompensasi, desa setempat pun memberikan ganti rugi disesuaikan dengan harga di pasaran.

Salah seorang warga setempat, Wayan Sudia mengatakan, sesuai dengan keyakinan warga, godel yang belum sempat mengikuti tradisi Maedeng ini pantang untuk dijual. Sebab, diyakini akan mendapatkan musibah atau kegagalan. Kalaupun tidak dijual dan tetap dipelihara, juga diyakini akan mengalami musibah. “Karena keyakinan itulah, kami harus mengikuti tradisi Maedeng ini,” ujarnya. Dirinya pun mengaku heran karena setiap akan dilaksanakan tradisi ini, pasti banyak ada godel yang sudah lahir.*nvi

Komentar