nusabali

MUTIARA WEDA : Puja Saraswati

  • www.nusabali.com-mutiara-weda-puja-saraswati

Sujud ke hadapan Devi Saraswati, Pemberi anugerah dan yang memenuhi segala permohonan. O Devi, saat aku memulai pelajaranku, mohon anugerahkan hamba kekuatan pemahaman yang benar, selalu.

Sarasvati Namastubhyam Varade Kaama-Ruupinni,

Vidyarambham Karissyaami Siddhir-Bhavatu Me Sadaa.
(Saraswati Stotra oleh Agastya, 5)

SARASWATI artinya ‘esensi diri’ atau ‘seseorang yang menuju esensi pengetahuan diri’. Di dalam Upanisad dan Dharmasastra, Saraswati dipuja untuk mengingatkan kembali kepada pelajar agar bermeditasi pada nilai-nilai kemuliaan, pada arti dan esensi dari tindakannya. Saraswati disebut dengan berbagai nama di dalam literatur Hindu, seperti kekuatan Brahma (Brahmani), Dewi Pengetahuan (Brahmi), Dewi Sejarah (Bharadi), Dewi Aksara (Varnesvari), Dewi yang memberikan pengetahuan (Vidyadatri), dan yang lainnya. Di luar India, seperti di Bhurma disebut Thurathadi, di China disebut Biancaitian, di Jepang disebut Benzaiten, dan di Thailand disebut Saratsawadi.

Salah satu Saraswati Stotra yang disusun oleh Agastya mengatakan bahwa Saraswati adalah Beliau sebagai pemberi anugerah dan yang mengabulkan segala permohonan. Mengapa dikatakan sebagai pemberi anugerah? Ketika seseorang berada pada ‘dirinya’ atau ‘pengetahuan diri’ maka, semua anugerah ada di tangannya. Mengapa disebut ‘pengabul segala permohonan’? Karena orang yang berada di dalam pengetahuan, setiap keinginannya akan terkabulkan atau keinginannya telah menjadi pengetahuan itu sendiri. Maka dari itu, kita diajak untuk sujud kepada Dewi seperti itu yang disebut Saraswati.

Mengapa Saraswati, yang adalah ‘esensi diri’ berubah menjadi Dewi sebagai objek pujaan? Oleh karena pikiran kita adalah manifestasi prakrti, maka untuk bisa memahami ‘esensi diri’ itu diperlukan manifestasi dari ‘esensi diri’ itu juga, dan manifestasinya disebut Dewi Saraswati. Seperti halnya mata kita hanya mampu melihat gelombang pada permukaan laut, seperti itulah pikiran memerlukan Dewi Saraswati sebagai objek pemujaan. Mata kita hanya mampu melihat gelombang pada permukaannya saja dan bukan melihat lautan itu sendiri secara menyeluruh. Gelombang laut hanyalah manifestasi dari lautan itu sendiri. Demikian juga, ketika kita masih berada di bawah kuasa pikiran, ‘esensi diri’ kita hanya bisa dilihat melalui manifestasinya dan manifestasi itu disebut Dewi Saraswati.

Agastya mengajak kita untuk sujud di hadapan manifestasi Dewi Saraswati. Untuk apa? Di dalam sujud terdapat bhakti, atau sujud adalah bhakti itu sendiri. Agar bisa menjadi bhakti diperlukan keadaan ‘tanpa ego’. Ketika berada dalam keadaan ‘tanpa ego’, kita juga berada dalam ‘tanpa pikiran’, sebab pikiran berakar di dalam ego. Jika kita berada dalam ‘tanpa pikiran’ maka kita akan mampu melihat Saraswati itu sebagai ‘esensi diri’. Ketika kita mampu mentransendensi pikiran, maka kita juga akan mampu melihat objek pujaan sebagai esensinya. Sepanjang ada pikiran, maka selama itu diperlukan objek, tetapi ketika pikiran ditransendensi, objeknya pun melebur dan kembali ke esensinya. Dewi Saraswati yang awalnya menjadi objek pemujaan mengalami transendensi menjadi ‘esensi diri’ kita yang sejati.

Jika semua kondisi itu terjadi, maka ‘esensi diri’ atau Dewi Saraswati itu akan selalu membimbing kita menuju pada pemahaman yang benar. Pada saat inilah beliau disebut sebagai pemberi anugerah dan pemenuh dari segala permohonan. Oleh karena belajar memerlukan pikiran sebagai sarana utamanya, sementara pikiran adalah manifestasi dari Prakrti, maka diperlukan Dewi Saraswati yang merupakan manifestasi dari ‘esensi diri’ agar senantiasa berada pada pemahaman yang benar. Mengapa pikiran perlu bimbingan Dewi Saraswati? Karena sifat pikiran memiliki tendensi untuk korup, keliru, berjalan pada jalur yang tidak semestinya, terpengaruh oleh keadaan yang tidak sebenarnya, dan pikiran bisa berada pada jalur yang palsu dan tidak mampu menyadarinya.

Jika pikiran berada pada jalur yang salah, maka apapun yang dipahaminya akan salah. Jika cara pandang terhadap segala sesuatu di dunia ini keliru, maka jalan hidup yang sebenarnya tidak dapat kita lihat dan akhirnya tersesat. Kekuatan Saraswati sangat dipentingkan untuk menuntun pikiran agar tetap pada jalurnya sehingga semua pemahaman pikiran menjadi sebaliknya. Jika pikiran memiliki pemahaman yang benar terhadap segala sesuatu, maka perjalanannya juga akan mengarah pada arah yang benar. Maka dari itu, mari kita jadikan Saraswati sebagai penerang pikiran kita yang sering diliputi oleh kegelapan. *
 
I Gede Suwantana
Direktur Indra Udayana Institute of Vedanta

Komentar