nusabali

Lebih Baik Terlambat Daripada Tidak Sama Sekali

  • www.nusabali.com-lebih-baik-terlambat-daripada-tidak-sama-sekali

Dewasa ini, dunia wirausaha sangat getol digalakkan kepada kaum muda.

Dari Seminar Nasional Wirausaha Muda UKM Kewirausahaan Unud

DENPASAR, NusaBali
Selagi memiliki ide dan peluang usaha, lebih baik mulai dieksekusi daripada hanya dipikirkan. Istilahnya, lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali. Tema inilah yang diangkat dalam seminar nasional wirausaha muda oleh Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Kewirausahaan Universitas Udayana (Unud) di Gedung Graha Sewaka Dharma Denpasar, Sabtu (24/2) sore.

Seminar Nasional Wirausaha Muda Udayana 2018 bertajuk ‘Sometimes Late, Becomes Never’ itu menghadirkan dua pengusaha muda yang semangatnya sangat menginspirasi. Mereka adalah I Putu Giga Ulyana dan Nicholas Kurniawan. Giga Ulyana sendiri adalah pendiri tempat makan Twistterdog yang disebut-sebut mampu meraih omzet Rp 10 juta per hari dari berjualan makanan berbahan sosis dan kentang. Sementara Nicholas Kurniawan adalah ekportir ikan hias asal Jakarta yang tengah naik daun sebagai owner Venus Aquatics.

Ketua UKM Kewirausahaan Unud, Indah Setia Alam mengatakan, banyak generasi muda yang sebenarnya memiliki ide dalam membuat suatu usaha. Namun ide-ide tersebut seringkali menjadi ide belaka tanpa realisasi. Kemauan adalah salah satu kunci untuk merealisasikan itu.

Banyak yang berhasil meski memulainya terlambat. “Kita bisa mencontoh pendiri KFC, Harland Sanders, yang memulai usahanya pada umur 65 tahun dan kini usahanya menjamur di dunia.  Lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali. Tidak ada kata terlambat untuk memulai usaha,” ujar Indah di hadapan peserta seminar. Indah berharap, usai mendapatkan paparan materi dari para pengusaha muda, para peserta tidak hanya mendengar, namun menerapkan apa yang diberikan oleh narasumber, sehingga menumbuhkan semangat baru dalam berwirausaha. “Alangkah baiknya setelah punya ide langsung kita eksekusi. Setelah keluar dari ruangan ini, harapannya ada yang bisa diterapkan oleh para peserta,” katanya.

Sementara Kepala Bagian Perekonomian Pemkot Denpasar, Made Sariawan mengatakan, pengembangan wirausaha di Kota Denpasar tidak terlepas dari nilai budaya. Hal ini karena Bali sangat menjunjung tinggi Tri Hita Karana serta kearifan lokal. Misalnya perayaan Tumpek Kandang diaktualisasikan berupa pameran mengangkat potensi peternakan, Hari Raya Saraswati dengan pameran dan bisnis buku, serta Tumpek Landep, yaitu usaha yang berkaitan dengan logam. Usaha-usaha itu dikembangkan menjadi ekonomi kreatif.

“Pertumbuhan ekonomi di Kota Denpasar sekarang sekitar 7 persen. Anak muda sangat potensial diharapkan bisa meningkatkan pembangunan ekonomi. Setiap tahunnya kami juga mengadakan pembinaan dan lomba wirausaha,” katanya. *ind

Komentar